39. Pak Assisten GM

429 101 16
                                    

Gaes, di antara semua ceritaku. Aku ngrasa cerita ini ... ancur dari awal. Walau sesemas editor mengukuhkan otlenku oke, tapi eksekusi di bab awal aku ngrasa zonk karena cerita di awal dibatasi 500 kata. Suer! Ini kesalahan dan aku masih utak atik buat merevisi. Jadi, aku bakal selesaiin dulu cerita ini, sebelum merevisi bab-bab awal loss doll. Makasih buat kalian yang sudi baca cerita ini. Mohon maaf bila banyak kekurangannya ya. Aku selak gatel nulis Gandhes dan Elang di sebelah🤣🤣

💕Happy reading💕

"Freya!" Sapaan itu membuat beberapa tamu yang ada di bar menoleh dan memperhatikan Freya. 

Jantung yang berdetak tak terkendali itu terkikis oleh rasa malu karena menjadi pusat perhatian. Freya berdecak dan memberi tatapan tajam pada David yang masih saja mengumbar senyum manisnya.

"Itu mulut mengandung TOA ya, kok bisa keras gitu?" ujar Freya sarkas.

David terkekeh keras. Wajah Freya yang berkerut itu justru menjadi daya tarik tersendiri bagi David. 

"Lagian dari tadi terpesona gitu ngelihatnya. Biasa aja lagi, Fre. Aku ini memang ganteng." David semakin bersemangat membuat Freya merajuk dan memanyunkan bibir.

Mata Freya menyipit dengan bibir yang sudah maju beberapa centimeter. Dia duduk di depan David dengan kasar, sambil menyedekapkan tangannya.

"Tumben mau duduk di sini." David mengulum senyum.

"Ah, nggak mau aku di sini?" Freya tampak gusar. Nadanya bahkan meninggi. Dia menyesal karena memutuskan duduk di situ. 

Lagi-lagi David terkikik. Dia menutup mulutnya dengan kepalan tangan. Matanya sesekali melirik wajah Freya yang bibirnya sudah mencang mencong.

"Tapi sepertinya pantatmu sudah lengket di situ." David menggerakkan dagu.

Freya mendengkus. Dia tidak mengindahkan candaan David. Dia memang enggan bergeser dari tempatnya. "Aku denger Mas langsung ngelamar ke HRD pusat, ya?"

Satu alis David terangkat. Dia tersenyum miring. "Cie, yang perhatian."

Freya berdecak. "Ih, pede banget!"

"Lah, terus, kok sampai tahu aku ngirim lamaran ke Livian Group?"

Freya berdeham sejenak. Dia mengalihkan pandangan ke arah lain, menghindari pandangan intens David. "Tahulah! Karena kantor pusat tertarik dengan CV Mas."

Kedua mata David membeliak. Kedua matanya bersinar. "Oh, ya?"

"Malah, Mas David nggak akan ditawari manajer marketing, tapi …" Freya terdiam sesaat. "... Assisten GM!"

"Apa?" Rahang kokoh itu seolah tertarik bumi. Matanya mengerjap berulang. "Assisten GM?"

"Yup!" Freya menegaskan keraguan David. "Assisten GM d'Amore Hotel!"

***
David termangu di kamarnya, masih mengenang percakapan sore tadi di bar hotel. Dia mengelus dagunya halus, tak percaya dengan yang didengarnya.

"Kamu mau coba?"

Pertanyaan Freya itu terngiang di kepala. Harusnya dia senang mendapat kesempatan itu. Tapi, entah kenapa laki-laki itu memikirkan sesuatu.

Mama!

David teringat peristiwa pertengkarannya dengan Mama, saat dia melamar ke d'Amore. Bukan iseng, tapi memang David ingin sekali memasuki hotel itu.

"Kenapa harus d'Amore, Mas?" tanya Mama dengan nada tinggi beberapa malam itu.

"Ma, kenapa Mama tidak memperbolehkan aku bekerja di sana? Itu hotel yang dirintis Papa dahulu!"

"Kamu tahu, 'kan, Mas? Hotel itu semacam kutukan! Dan, Mama membenci hotel itu!" Urat leher Mama menonjol tegas, setegas ucapannya.

Paralel (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang