36. Kebenaran

450 113 18
                                    

Selamat tahun baru, Deers? Apa resolusimu tahun ini? Ehm, aku ... sementara ingin melewatkan tahun ini dengan bahagia dan kesehatan prima, agar bisa berkarya dan melayani sesama. Yup, hanya itu. Semoga harapan kalian tahun ini tercapai yak.
Setelah sebulan lebih hiatus, akhirnya aku kembali, gaes. Aku pastikan kalian ilang feeling karena kelamaan off. Oleh karena itu, kalian bisa baca bab-bab sebelumnya. Happy reading!😙

💕💕💕

Freya mengerjap. Pandangannya beralih ke arah tisu putih yang terjulur di depannya. Dengan perlahan dia mengambil tisu itu dari tangan David. Disekanya air mata yang membuat pipi Freya basah.

David tersenyum simpul saat melirik Freya. Sementara gadis yang ada di sebelahnya, sibuk mengusap bulir bening dengan hati-hati agar tidak merusak riasan matanya. Selanjutnya, perjalanan mereka hanya diisi dengan kebisuan. 

Di saat kabin mobil diliputi keheningan, alunan musik dangdut koplo tiba-tiba mengalun. Freya tersentak karena suasana sendu itu kini dikuasai musik rancak dengan lirik patah hati.

"Dangdut koplo bisa bikin hati riang walau sebenarnya liriknya itu tentang hati yang ambyar. Musik kesukaanku," komentar David.

Freya semakin tercengang. Dia menatap wajah oriental David. Wajah itu sangat tidak cocok dengan nama yang Indonesia sekali—Bagaskara—dan kesukaan musiknya yang sangat down to earth.

"Kenapa?" Alis kiri David terangkat. Dia mengerling ke arah Freya.

Freya menggeleng lalu meluruskan wajahnya menatap pemandangan kepadatan kendaraan di ringroad. 

"Aneh … karena tiba-tiba ada lagu 'Mendung Tanpo Udan'?" David menebak ekspresi yang tergurat di wajah tirus Freya.

Bibir Freya yang mengerucut, bergerak miring sedikit ke kiri. Entah kenapa dia melupakan sejenak apa yang dialaminya karena merasa geli dengan kesukaan David. Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan lagu dan penyanyinya. Yang aneh adalah orang yang kini sedang bersenandung melantunkan tembang bahasa Jawa.

"Kok senyum nggak jelas gitu?" David masih berusaha meraup mimik muka Freya yang perlahan-lahan semakin cerah.

"Siapa yang senyum?" sangkal Freya. Namun, otot wajahnya sepertinya tidak mau bekerja sama saat David menyanyi dengan lebih keras. Bibir Freya yang mengembang, menerbitkan tawa ringan yang justru membuat David semakin bersemangat bernyanyi.

"Awak dewe tau nduwe bayangan, besok yen wes wayah omah omahan. Aku moco koran sarungan, kowe belonjo dasteran." David menunjuk ke arah Freya.

Freya memutar bola mata. Namun, garis kesedihan di wajah terhapus oleh suara David yang merdu. Seolah lagu itu dinyanyikan oleh penyanyi idola Korea yang sedang trend. Jeon Jung-kook? Freya tak sadar terkikik sendiri menyadari pikirannya. Ya, suara David sangat mirip dengan suara salah satu personel boyband terkenal itu.

"Cie, yang mulai senyum. Udah nggak bete lagi, Mbak Fre?" goda David.

Freya melirik David dengan pandangan pura-pura kesal. Sungguh, bersama David, dia seolah bisa lepas bebas dari semua masalah yang mengimpit hidupnya. Baru kali ini juga Freya merasa nyaman dengan laki-laki, karena selama ini dia selalu menjauh dan tak ingin berurusan dengan lawan jenis.

"Apaan sih?" Freya membuang muka. Dia melipat bibir menyembunyikan senyumnya, tidak ingin lelaki di sebelahnya berbesar kepala karena berhasil membuatnya tertawa.

"Fre, kamu cantik kalau tersenyum kaya gitu."

Freya berusaha menulikan pendengarannya. Rasanya mulut David mengandung banyak gula yang bisa membuatnya diabetes. Terlalu manis … dan sepertinya itu tidak baik untuknya.

Paralel (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang