18. Menancapkan Taring

533 142 9
                                    

Hai, Deers! Freya datang lagi. Semoga betah karena partnya pendek-pendek. Jangan lupa vote n komen yak! Btw, buat kalian yang ngalamin boss suseh kek Freya, sila berkomentar. Kalau aku, entah kenapa, walau boss segalak apapun tapi mereka selalu ramah padakuy🤭

💕💕💕

Freya mengempaskan badannya di sandaran punggung kursinya yang empuk. Dilepasnya kacamata, sembari memijat pangkal hidung mancung yang tiba-tiba berdenyut nyeri. 

Penolakan Desta yang tegas membuatnya geram. Namun, di sisi lain dia menjadi mempertanyakan keputusannya. Apakah dia memang tidak bijaksana dalam mengambil keputusan? Apakah Murni memang sebagus itu sehingga seorang manajer HRD yang dia kenal tegas itu membelanya?

Freya menggeleng, menepis keraguan akan kemampuannya. Dia dikirim ke hotel ini, karena dianggap mampu untuk membenahi kekisruhan yang terjadi di d'Amore hotel. Dia yakin pasti bisa mengatasi tantangan yang diberikan Papa Antoine sehingga akhirnya ia bisa mengabdi di kantor pusat.

Tak ingin larut pada satu permasalahan, Freya pun akhirnya kembali menekuri aktivitasnya. Setelah ia mengecek dokumen penawaran pihak ketiga yang menyediakan bahan mentah untuk restoran, kini Freya ganti memeriksa pengajuan biaya pest control dari departemen maintainance.

Saat matanya melihat deretan angka yang diajukan dari departemen keuangan, alis Freya mengernyit tajam. Bagaimana bisa biaya pest control sebegitu besarnya padahal kondisi keuangan hotel sedang pailit. Seharusnya pihak keuangan paham dan tidak mengajukan perpanjangan kontrak pihak ketiga dengan perusahaan jasa pest control yang menawarkan biaya yang begitu mahal.

Freya mengerucutkan bibir. Tangannya mempermainkan anting bulat seolah bisa membantunya berpikir jernih. 

"Jangan-jangan, duit segede ini karena ada penggelembungan?" Freya berbicara dengan dirinya sendiri sambil mengangguk-angguk seolah mengamini kesimpulan sementaranya.

Namun, kala Freya melanjutkan mencermati angka-angka yang menurutnya tak nalar, interkom ruangannya kembali berdering. Bita, sang sekretaris mengabarkan bahwa Murni, manajer Front Office, ingin menemuinya.

"Suruh masuk!" 

Tak lama kemudian, pintu jati ruangan general manajer terbuka menguak seorang wanita dengan rambut berantakan. Sepertinya wanita bernama Murni itu terlalu terburu-buru untuk menghadap Freya, hingga tak sempat merapikan penampilan yang menjadi syarat utama seorang pegawai hotel khususnya yang bekerja di garda depan.

Murni menganggukkan kepala untuk menyapa Freya. Tangan bergetar Murni menutup daun pintu perlahan-lahan, tetapi gaungnya tetap saja terdengar keras hingga menimbulkan perasaan mencengkam. 

Sementara itu, dari tempatnya duduk, Freya mengamati gerak-gerik wanita yang sedang mengikis jarak dengannya. Sosok wanita berkulit sawo matang dan kurus itu mengingatkan pada sang ibu yang dulu yang berjuang bekerja demi menghidupinya. 

Kesunyian seolah mencekik tenggorokan Murni. Suara langkahnya yang berat seperti ketukan bom waktu yang beberapa detik lagi meledak. Murni hanya bisa menunduk, menatap ujung kaki yang menapak lantai, seperti domba yang hendak pergi ke pembantaian.

Begitu dia berdiri menghadap ke depan meja general manajer, dia hanya  menunduk dengan gelisah. Tatapan mata yang tak berkedip di balik kacamata baca Freya, membuat tubuh Murni semakin bergetar.

"Ada perlu apa, Bu?" tanya Freya sambil menaikkan kacamata ke pangkal hidung.

Murni menggigit bibirnya. Kepala yang awalnya menunduk, mendongak perlahan. Matanya memerah menyiratkan ekspresi memelas.

Freya mencengkeram pulpen sambil tersenyum tipis. Kedua alis terangkat. "Ada yang perlu Bu Murni bicarakan?"

"Saya … tadi ditelepon Pak Desta." Suara Murni tergagap. Perempuan seusia Freya yang sudah berstatus sebagai seorang ibu itu tak bisa lagi menahan air matanya.

"Trus?" Freya meletakkan pulpennya, dan menyandarkan punggung di sandaran kursi. Satu kakinya bertumpu di kaki yang lain. Sedang kedua siku tangannya bertumpu di sandaran lengan kursi dengan jari jemari yang saling berpaut.

"Saya … saya … kata Pak Desta, ibu akan memecat saya. A-apa be-betul begitu, Bu?" tanya Murni tergagap. Bahunya mulai bergerak naik turun. Wanita itu menggigit bibir bawahnya untuk meredam tangisnya.

"Kalau benar begitu lantas kamu mau apa?" Satu alis Freya terangkat dengan tarikan bibir miring yang mengerikan.

💕Dee_ane💕

Paralel (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang