6. Jalan-jalan

829 184 16
                                    

"Ibu, sudah siap?" Freya keluar dari kamar dengan balutan blus pink-mocca dengan hotpants putih tulang. Sneaker yang senada dengan atasnya sudah melekat di tungkai langsingnya.

Ibu tersenyum melihat penampilan Freya yang terlihat mungil. Sangat berbeda dengan kesehariannya yang selalu tampil formal.

"Sudah." Ibu bangkit dari duduknya. Baju sederhana berupa blus bunga-bunga dan rok selutut tak mengurai wanita separuh baya itu.

Freya mengamati sang ibu dengan hati yang nyeri. Dua minggu hidup bersama, tapi Freya belum pernah mengajak Ibu jalan-jalan. Freya sangat ingin membelikan Ibu beberapa pakaian dan mendandaninya, agar terlihat lebih terawat.

Lagi-lagi saat mereka hendak keluar, Ibu menahan langkah Freya. "Fre …."

"Ayo, Bu! Hari ini aku akan menjadi peri untuk Ibu! Ibu akan menjelma menjadi wanita berkelas!" Freya menarik tangan Ibu dengan senyuman lebar.

***

Sejurus kemudian Freya dan Ibu sudah duduk di dalam mobil yang melaju di jalanan utama kota Yogyakarta. Mereka hanyut dalam pemikiran masing-masing, diiringi lantunan lagu dari media player. Beberapa kali terdengar decakan lirihan yang masih bisa tertangkap oleh pendengaran Freya.

"Kenapa, Bu?" Freya melirik ke arah ibu yang duduk sambil menjentik-jentikkan kuku. Freya ingat betul kebiasaan Ibu ketika gelisah.

"Nduk, kita nggak usah saja ke mall. Kalau temenmu lihat gimana?" tanya Ibu dengan ekspresi gelisah.

Freya tersenyum tipis. 

"Ibu mboten sah khawatir," kata Freya sambil memutar setir untuk menghindari mobil yang ada di depan. "Kita kan mau ke Solo. Jadi kemungkinan ketemu orang lain yang kita kenal bakal sedikit."

Ibu berdecak kencang. "Tetap saja ibu khawatir. Ibu takut … apa yang sudah kamu raih selama ini hancur gara-gara Ibumu yang …." Embusan napas kasar keluar dari hidung mancungnya.

"Tenang, Bu." Freya tersenyum lebar seraya menepuk paha sang ibu.

Ya, Freya sudah memikirkan hal itu. Oleh karena itu, Freya mengajak Ibu ke sebuah mall di Solo. Dia merasa kecil kemungkinan dia akan bertemu orang yang ia kenal, mengingat jarak Solo yang cukup jauh dari Yogyakarta.

Dua jam kemudian, mereka akhirnya sampai di sebuah mall yang ada di pusat kota Solo. Freya menggandeng Ibu memasuki pusat perbelanjaan yang menawarkan berbagai barang bermerek. Mungkin kemewahan yang akan ditawarkan Freya, terasa sangat asing bagi Ibu, sejak peristiwa naas terjadi dalam hidup mereka.

"Bu, ini ada baju bagus." Freya mengambil sebuah gaun bermotif bunga warna merah jambu yang sangat cantik. Dia mengepas pada badan sang ibu sambil menekuk kepala ke kanan dan ke kiri.

"Warnane koyo cah enom, Fre. Masa Ibu pakai gaun seperti ini?" tolak Ibu begitu membaca tag yang ada di kerah gaun.

Freya terkekeh. Bagi Freya harga yang tertera pada kertas kecil yang tergantung di gaun itu tidaklah mahal. Kemewahan dan kenyaman yang dia peroleh dari keluarga Bollen, mampu membuat Freya mendapatkan apapun yang ia mau. 

"Ibu!" Freya menyipit tajam. "Baju ini akan sangat pas dipakai Ibu. Ayo, dipakai dulu."

Freya menarik Ibu walau sebenarnya wanita yang melahirkannya itu enggan. Harga gaun itu setara dengan gaji bulanannya. Sangat sayang bila harus menghabiskan uang sebesar itu untuk sebuah pakaian.

Namun, saat Freya hendak membawa Ibu ke ruang ganti, suara seseorang terdengar.

"Bu Freya!"

Freya menoleh. Seketika rona di wajahnya menguap karena melihat Satria, manager food and beverage hotel yang dipimpinnya.

"Sama siapa?" tanya Satria saat matanya menumbuk ke arah Ibu yang berdiri di samping Freya.

💕Dee_ane💕

Kuy, datang ke ceritanya Satria punya PuxxCho





Paralel (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang