57. Kejutan

407 89 21
                                    

Halloo! Freya dan David datang lagi. Xixixi, nggak tamat-tamat yak?  Semoga terhibur aja ya. Jangan lupa klik vote dan kasih komen. Selamat membaca.

❤️❤️❤️

Sejak malam tahun baru, David merasa tak nyaman dengan Freya. Apalagi dia merasa bahwa pihak kantor pusat sama sekali tidak menyadari kemampuannya. Mereka menyanjung Freya secara berlebihan  karena keberhasilan event tahun baru yang bisa mendulang keuntungan serta mendongkrak rating hotel.

Padahal, awalnya David berpikir, bila dia tidak bisa membuat Freya menyerah, David bisa membantu untuk menyukseskan event tahun baru yang baru saja berlalu. Dia memprediksi bahwa Freya akan mendapat nama, dan kemudian  akan dipindahkan ke kantor pusat sesuai tantangan awal sang pendiri Livian Group, sehingga David bisa menempati posisi GM tanpa harus melukai Freya.

Nyatanya, semua yang David pikirkan tidak terjadi. Freya masih duduk dengan nyaman di kursi empuk ruangan GM, dan parahnya, kantor pusat tak menganggap usaha Davis dalam mengkoordinir tim sehingga event tahun baru itu dapat terselenggara dengan sukses.

"Mas David kaya nggak senang gitu aku tetep di d'Amore." Bibir tipis Freya mengerucut ke depan.

Sungguh David ingin mengiyakan, tapi dia menahan lidahnya.

"Nggak juga. Bukannya kamu bela-belain bertahan di sini demi bisa memboyong ibumu ke Surabaya? Trus biar bisa kumpul juga dengan keluarga Bollen?" David betul-betul menata nada suaranya agar tak terdengar kecewa.

"Ya, rencanaku berubah. Lagian, Ibu memilih laki-laki itu. Terus di sini juga ada Mas. Masa iya, kita LDR-an?"

David mendengkus. Dia melirik Freya, tak mengindahkan daging yang sudah matang di permukaan pemanggang. "Fre, kamu pengin banget jadi GM, ya?"

"Ehm, gimana, ya, Mas?" Freya mengetuk dagu dengan jari telunjuk ber-nail art. "Yang jelas aku bahagia banget bisa bikin Papa bangga. Yang bikin aku nggak nyangka, ternyata Papa memasrahkan hotel ini ke aku. Trus Papa juga nitipin aku ke Mas buat bantuin aku."

"Nepotisme banget nih ceritanya …," komentar David dengan mata menyipit. Mendengar cerita Freya, hati David lambat laun terasa panas. Dia yakin akan sulit menggeser posisi Freya, karena sang pemilik perusahaan perhotelan itu sudah mempercayai putri angkatnya untuk mengelola hotel itu. Bahkan papa angkat Freya itu tak menyadari bahwa ada orang yang lebih berkompeten yang bisa menggantikan Freya.

Freya hanya terkekeh. "Ah, nggak juga. Aku kan dipilih karena Papa tahu kemampuanku."

"Apa nggak sebaiknya kalau belajar itu mulai dari bawah? Jadi kamu tahu proses saat melakukan pekerjaan itu sendiri. Tanpa menyalahkan ini itu. Karena antara harapan manajemen dan kenyataan di lapangan kadang sangat berbeda loh. Kalau kamu mengalami semua dari nol, ikut prosesnya, aku yakin kamu bisa menjadi pemimpin yang lebih bagus. Kamu bisa membuat kebijakan strategis yang menguntungkan banyak pihak. Nggak cuma mengeksploitasi karyawan, dan menyalahkan bila terjadi kekeliruan." David berusaha memberi pandangan baru pada Freya.

"Tapi, Papa bilang kerjaku sudah bagus. Itu artinya aku bisa belajar walau berada di posisiku sekarang," jawab Freya dengan penuh percaya diri.

David tersenyum tipis. Batinnya kini sudah membara karena tak rela hotel yang dibangun Papa dikuasai oleh Freya. David berusaha melupakan masa lalu Freya, tapi tetap saja dia tidak rela anak pembunuh papanya menginjak puncak tertinggi manajemen di hotel tetap Papa mengembuskan napas terakhir.

Maaf, Freya … Di saat aku ingin membuat posisimu tergeser dengan cara yang halus, nyatanya usahaku nggak berhasil. Sepertinya, aku harus mengeluarkan kartu As-ku.

"**

Saat Freya masih bergelung di bawah selimut, suara bel pintu membangunkan kesadarannya. Walau Freya enggan bangun, tetap saja kebisingan itu mengganggunya.

Paralel (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang