2 : 31

2.1K 476 140
                                    

"Sakit tenggolokan..."

Jungkook dehem beberapa kali sesudah ngomong, matanya sayu berair, hidung tersumbat, tenggorokannya gatal, tapi pas batuk malah sakit, ngga jarang dia batuk sampai pengen muntah. Penyebabnya jelas kebanyakan teriak sewaktu ngonser, ditambah dia main hujan.

Jadi kronologinya begini, kan pulang konser jam delapan, Yoongi sama Chanyeol yang pasif aja capek, apalagi Jungkook yang aktif. Tapi si bayi, malam itu bukannya tidur cepet malah begadang. Alasannya sederhana, dia ngga bisa tidur. Terus-terusn keinget AgustY tiap mau pejamin mata, lalu gegulingan sendiri saking bapernya. Kecapekan, kurang tidur, paginya mandi hujan lagi. Hujan turun sekitar jam enam, adek kebangun dari jam lima subuh, dia sok-sokan jadi anak indie yang berjiwa pluviophile. Menari-nari di bawah guyuran hujan, sorenya sakit. Mampus lo, Jung.

Duduk di bangku klinik sambil genggam tangan besar Yoongi. Tadi pagi, pas Yoongi baru tau bahwa Jungkook mandi hujan, dia langsung dimarahi habis-habisan. Yoongi serem banget, Chanyeol aja sampe balik ke rumah sendiri. Dan sampai sekarang, si abang masih dingin banget sikapnya. Jarang loh, Yugi begini ke adek.

"Tunggu di ruang sebelah ya kak, sementara kami menyiapkan obatnya."

"Ah, iya, makasih." bahkan pas keluar ruangan aja, Yoongi jalan duluan. Bayi gembul yang ngekor di belakang, pengen banget nangis nerima perlakuan dingin kayak gitu.

"Maap... Hik..." ngusap ujung hidung, berasa panas waktu dirinya nangis. Yoongi natap datar ke arah Jungkook, liatin dari bawah sampai atas. Perhatiin gimana kaki gemuk pendek itu saling membelit, tangan bertaut, kepala menunduk. Pose andalan Jungoo sewaktu merasa kalut, takut, khawatir, cemas.

"Diem."

Bahunya sedikit berjengit pas dengar suara menekan dari Yoongi. Megang paha abangnya, terus beraniin diri buat natap tepat di mata sipit berbintik hitam kecokelatan.

"Kok galak?"

"Galak karena kamu bandel!" dorong pelan kening Jungkook pakai telunjuk. Adek masih sempat nyengir, matanya teralih ketika perempuan muda manggil Yoongi buat ngambil obat.

"Sebentar ya, Jung."

Kaki pendek mengayun sebab ngga sampai menapak lantai. Curi-curi pandang ke arah orang jualan. Depan klinik ini banyak banget jajanan, berderet dari ujung ke ujung. Sementara Yoongi ngurus pembayaran, dia turun menuju penjual permen kapas. Pesan satu yang dalamnya isi es krim.

"Ayo pul—astaga Koo, kamu—"

"Cepet bayal heung."

Mau ngejitak tapi ntar ni bocah nangis, mau batalin juga ngga bisa. Yoongi cuma mampu nahan amarah, selesai bayar, langsung gendong Jungkook masuk ke mobil. Gelas plastik yang dipegang adek, direbut kembali. Jungoo berhasil makan walau sedikit, kemudian dikasih ke anak-anak lewat. Mata si bayi berkaca-kaca, terlampau sebal dengan aksi ngga jelas abangnya.

"Apa? Mau marah?" Yoongi nanya, tapi nadanya kayak menantang. Naikin alis sambil pasang seatbelt.

"Jahat sekali."

"Kamu yang jahat ke dirimu sendiri. Kalo seenaknya terus, abang ngga segan buat didik kamu pakai cara keras, Koo."

"Geli banet. Da usah sok kelas deh, beli kumamon aja masih diskonan."

Yoongi melotot, nepuk pelan pipi gembul Jungkook sampai bergetar karena terlalu berisi.

"Heung, selius, aku mau minuman sobeli."

"Ngga."

"Ih, kamu mau anak kita nanti lahil na ilelan?"

"Ileran apanya, Jungik? Ngomong betah banget ngelantur gitu."

[Taebungie Saranghae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang