Sepasang mata Gulf dengan teliti memerhatikan buku catatannya kemudian memastikan bahwa dia berjalan pada jalan yang benar. Gulf membawa buku catatan yang berisi hasil risetnya terhadap keadaan hutan itu. Sedangkan New di belakang Gulf hanya menikmati suasana hutan yang semakin lama semakin terasa aneh.
New melihat jam tangannya, tapi jamnya mati.
“Gulf, bukannya tadi kita sampe sini siang ya? Kok sekarang tiba-tiba gelap sih, kayak mau maghrib.” Seru New sambil melompati sebuah lubang kecil di hadapannya.
“Anginnya bikin merinding.” Gumam New bergidik.
“Anjir kompas gue mati, New!” seru Gulf yang baru menyadari bahwa kompasnya sudah tidak berfungsi.
“Jam gue juga mati nih,” sahut New santai.
Angin kembali berhembus membawa hawa dingin, membuat Gulf dan New bergidik.
“Gulf, beneran gue merinding, balik yuk!” ajak New yang mulai tidak yakin dengan perjalanannya.
“Nanggung New...” tolak Gulf yang masih sibuk membaca buku catatannya.
“Gak tau kenapa gue ngerasa angin barusan kayak jadi pertanda gak baik gitu Gulf. Balik aja deh ayo. Besok balik ke sini. Besok pagi. Gue janji!” New merayu.
“Hehe...”
“Malah nyengir loh..., Ayo ah Gulf!” New memaksa, meraih tangan Gulf hendak menariknya agar segera pergi dari hutan itu. Tapi, Gulf menahan dirinya.
“Justru itu New, itu salah satu tanda kalau di hutan ini emang ada sesuatunya!” jelas Gulf.
“Hah? Gimana?”
“Jadi ya, dijelasin nih dari artikel-artikel yang gue baca, katanya, kalau cuaca sebelumnya itu terang cerah trus tiba-tiba mendung dan berangin, tandanya kita lagi disambut.” Jelas Gulf. New menghela napas, merasa semakin konyol dengan penjelasan temannya itu.
“Gulf!” panggil seseorang. Gulf segera menoleh ke sumber suara. Begitupun New yang langsung melihat sosok laki-laki mungil berlari ke arah mereka.
“Gun? Lu ngapain di sini?” tanya New.
“Ini desa nenek gue. Kan lagi liburan, jadi ya gue ke sini sekalian main sama Bright.” Kata Gun. Tidak heran, Bright dan Gun ,memang sering bersama di kampus. Mereka adalah sahabat.
“Kalian sendiri ngapain di sini?” tanya Gun.
“Emh, main doang sih, hehe. Bosen di kota. Jadi ya pengen jalan-jalan aja ke desa.” Jawab Gulf bohong.
Gun sempat melihat buku tipis di tangan Gulf. Dengan matanya yang tajam, Gun bisa membaca sekilas isi dari buku itu. Gulf langsung menyembunyikan buku itu di balik tubuhnya. Tidak mungkin ia membiarkan Gun mengetahui niatnya ke hutan itu yang sebenarnya.
“Mending kalian jangan masuk terlalu dalam deh. Apalagi tujuan kalian Cuma main. Ngingetin aja sih...” Gun memperingatkan.
“Lah, lu sendiri?” balas Gulf.
“Ya kan gue udah tahu daerah sini. Ada Bright juga yang nemenin gue. Takutnya ntar kalian malah tersesat. Soalnya sering loh kejadian orang orang masuk hutan ini trus tersesat dan gak bisa pulang berhari-hari. Ini gue ngingetin sebagai temen sih.” Kata Gun masih berusaha membuat kedua temannya agar pergi.
“Seriusan Gun? Ngeri dong?” respon New. Gun mengangguk. “Tuh Gulf, gue bilang juga apa? Udah yuk ah kita pergi aja!” ajak New lagi.
“Kalau gitu, kenapa gak lu aja yang temenin kita, Gun?” ajak Gulf tiba-tiba membuat New mendelikkan kedua matanya.
“Hah? Duh Gulf, lu batu ya? Ini juga mendung, bentar lagi pasti ujan nih. Ujan gede pasti kalau udah kayak gini. Gak ada tempat teduh loh!” tukas Gun.
Gulf memerhatikan keadaan hutan itu yang semakin mendung. Hanya awan hitam di atas mereka.
Gun, si werewolf omega yang memiliki penciuman cukup tajam – seperti werewolf pada umumnya – seketika mengendus aroma dari jajaran menteri sedang berada di wilayahnya. Ini tidak biasa. Ia juga tidak mendapat informasi dari Mew selaku pimpinan pack bahwa akan ada orang-orang dari kementerian akan patrol. Apakah ini mendadak? Yang jelas, itu berbahaya bagi Gulf dan New.
“Oke, ayo gue antar kemanapun lu mau!” kata Gun cepat merubah keputusannya.
“Lah, eh, ga perlu! Gue Cuma bercanda, Gun!” tolak Gulf.
“Yaudah sih Gulf kasih tahu Gun aja niat lu ke sini apa. Siapa tahu, Gun tahu. Atau gak dia lebih tahu.” Kata New.
“Iisshh apaan sih?” gertak Gulf.
“Emang apa?” tanya Gun.
“Dia nyari werewolf.” Jawab New dengan cepat. Gulf tidak sempat menutup mulut New.
“Bhahahaha... Lu seriusan? Gila ya lu?” ejek Gun.
“Iya, dia emang udah gila. Coba deh Gun, makhluk begituan gak ada kan?” tanya New berharap bisa mengakhiri perjalanan siang atau sore itu.
“Trus kalau misal beneran ada, gimana? Mau ketemu?” tanya Gun menatap Gulf.
“Hehe..., Cuma kepo.” Gumam Gulf nyengir.
“Yaudah, ayo gue antar!” ajak Gun sambil menarik tangan Gulf.
“Lah? Heh! Maksud lu?” seru Gulf yang juga kemudian menarik tangan New.
“Gun, lu gila juga apa gimana sih?” New merasa hanya dirinya yang normal.
“Udah deh, ayo ikut aja!” tukas Gun tidak mau menjelaskan. Baginya saat itu yang penting para atasan tidak menemukan kedua temannya itu. Akan sangat berbahaya jika mereka tahu ada manusia yang bermain di hutan mereka karena mereka tidak ingin sesuatu terjadi lagi pada kaum mereka. Seperti dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed (Werewolf-Omegavers) || S1-TAMAT || S2-To Be Continued...
Fantasy🐺 THE CURSED 🐺 GULF itu manusia biasa seperti kita. Suka baca fiksi fantasi, apalagi tentang werewolf. Hobinya ngehalu jadi luna werewolf. Cita2nya jadi omeganya alpha. Dia percaya kaum werewolf itu nyata. Makanya, dia mencari tahu keberadaan mere...