TIGA SATU

435 61 15
                                    

New hanya diam, duduk di atas kasurnya sambil meremas selimut. Ia menatap sosok Tay yang sedang menyiapkan semamgkuk bubur. Bukan Gulf yang ia dapati begitu ia membuka matanya. Tapi Tay. Dokter giginya.

"Gak mau turun, hm?" Tanya Tay sambil mengambil sendok.

"Apa perlu saya bawakan ke tempat tidur?"

"Masih belum sadar betul, ya?"

Masih tetal tidak mendapat jawaban, Tay memutuskan untuk membawa semangkuk bubur itu ke hadapan New. Ia duduk di pinggiran kasur dan menyerahkannya pada New.

"Makan!" Perintah Tay. New hanya menatap bubur itu.

"Kenapa? Tenang aja, ga ada racunnya kok..." Kata Tay. Tapi New tetap diam. Akhirnya, Tay berinisiatif untuk memakan satu sendok bubur itu untuk menunjukkan pada Gulf bahwa bubur itu aman.

"Aman..." Kata Tay setelah menelan satu sendok buburnya.

"Saya... Gak bisa makan bubur, Dok..." Ucap New.

"Hah? Masa?"

New mengangguk pelan. Tay lalu mengambil bubur itu lalu menyendoknya dan membawanya ke hadaoan New, teoat di hadapan mulut New. New menggeleng. Tay mengangguk dan New masih menggeleng sambil mengerutkan keningnya.

"New..."

New tiba-tiba membuka mulutnya dan biarkan Tay menyuapinya. Ia hanya melihat bagaimana ekspresi Tay dan suaranya saat memanggilnya barusan. Itu saja sudah cukup membuat New membuka mulut.

"Bisa kan?" Tanya Tay begitu New menelan bubur di mulutnya setelah mengunyahnya cukup lama.

"Kalau ada Gulf, dokter pasti dimarahin, dipukulin, diomelin trus disuruh tanggung jawab kalau saya kenapa-kenapa." Kata New. Tay menyeringai.

"Iya, saya akan tanggung jawab..."

"Ah, apanya?"

"Ya kalau kamu kenapa-kenapa..."

"Lah dokter sengaja bikin saya kenapa-kenapa dong?"

Tay diam. Bukan seperti itu, tapi ya seperti itu. Tapi bukan begitu... Tapi yasudah.

"Nih..." Tay hendak menyuapi New lagi. New menggeleng.

"Kamu udah beberapa hari gak makan..."

"Gulf mana?" Sebenarnya New sudah memikirkannya sejak tadi. Biasanya jika dia sakit, Gulf pasti ada saat dia bangun tdur. Gulf cenderung akan menginap dan menemaninya. Jadi, begitupun sebaliknya.

"Satu sendok lagi..." Bujuk Tay. Mau tidak mau, New melakukannya. Tay lalu menaruh sisa bubur di atas nakas.

"Gulf ada urusan mendadak." Kata Tay.

"Trus kok bisa dokter yang di sini? Gulf nyuruh dokter?" Tanya New. Tay mengangguk asal.

"Emang kalian sedekat itu?"

Tay menggeleng.

"Trus? Kenapa dokter bisa di sini? Bukannya seharusnya di klinik..."

Tay melirik jam tangannya yang menunjukkan waktu jam 8 pagi. Ya, biasanya dia sudaj di klinik sekitar jam 7 pagi. Tapi beberapa hari ini dia harus menutup kliniknya agar dia bisa menunggu New.

Tay menyeringai, menyadari betapa konyolnya dia sudah berada di tempat New selama dua hari.

"Yasudah, karena kamu sudah bangun, saya pamit buka klinik..." Kata Tay yang kemudian berdiri.

"Hah?"

Ponsel Tay tiba-tiba berdering. Ia segera meraihnya. Melihat nama yang muncul di layar ponselnya, membuatnya segera mengangkat panggilan itu.

The Cursed (Werewolf-Omegavers) || S1-TAMAT || S2-To Be Continued... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang