EMPAT SATU

358 56 9
                                    

"Sudah bangun?" Tanya Mew begitu Gulf membuka matanya. Gulf segera melirik Mew yang berdiri di depan pintu balkon, memandangi pepohonan di luar, masih dengan pintu tertutup. Gulf langsung mengingat apa yang terjadi semalam. Tapi dia lupa kenapa dia bisa pinsan.

"Ada air minum di nakas. Minum aja... Iyu obat buat kembaliin tenaga kamu." Kata Mew. Gulf langsung melihat ke nakas yang tidak jauh dari tempatnya. Tubuhnya terasa lemah, bahkan untuk duduk saja dia harus berusaha.

Dengan lambat, Gulf meraih segelas air yang dimaksud Mew lalu meneguknya perlahan. Setelah itu ia kenbalikan gelasnya ke nakas dan dia kembali menjatuhkan tubuhnya. Masih terlalu lelah untuk terus duduk.

"Maaf atas yang semalam. Saya tau itu berlebihan." Ucap Mew.

"Kenapa bapak marah ke saya perkara ciuman itu?" tanya Gulf dengan suara serak.

"Saya juga gak tahu. Tapi untungnya saya gak lepas kontrol. Jadi, kamu masih beruntung." Jawab Mew. Gulf hanya berdehem untuk melegakan tenggorokannya yang masih terasa kering.

"Gimana perasaan kamu sekarang?" Tanya Mew.

"Lemes. Capek." Jawab Gulf.

"Gimana kalung itu? Apa yang kamu rasain sebelum bangun?"

Gulf terdiam untuk merasakan kalung yang menyentuh tubuhnya.

"Ga ada apa-apa."

"Gak panas?"

"Nggak."

Kini, Mew yang terdiam. Dia masih mencari benang merah akan kalung Gulf. Jika benar apa yang dikatakan Gulf soal reaksi kalung itu, seharusnya kalung itu juga bereaksi waktu Gulf pinsan. Tapi kenapa ini tidak?

Mew lalu menghampiri Gulf dengan langkah cepat. Kemampuan serigalanya untuk bergerat cepat sangat menguntungkan bahkan sebelum Gulf sadar bahwa Mew sudah duduk di sebelahnya.

"Kamu bisa duduk?" Tanya Mew.

"Eh?"

Gulf mencoba melakukannya walau harus mengerahkan tenaganya. Tapi Mew tidak diam saja. Dia membantu Gulf agar bisa dudik di hadapannya.

"Tutup mata kamu." Pinta Mew.

"Apa lagi sih Pak? Bapak mau apa lagi? Masih kurang yang semalam?" Keluh Gulf.

"Nah, pintar. Kamu sudah bisa berontak bahkan sebelum saya apa-apakan."

"Bapak sendiri yang bilang kalau saya harus berontak kalau mau diapa-apain sama orang asing!" seru Gulf mulai kesal.

"Saya? Orang asing? Bahkan setelah kita ketemu 2 tahun di kampus, kamu anggap saya orang asing?" Seru Mew tidak terima.

"Apa sih bapaakk... Ya bapak juga seenaknya aja nyium saya. Dosen macam apa yang nyosor mahasiswanya begitu? Ini juga ngapain prgang-pegang tangan saya?!" gerutu Gulf setelah mengocrh dan sadar bahwa Mew sudah menggenggam tangan Gulf sejak tadi.

"Ppppssttt!!!" Mew menarik tangan Gulf ketika Gulg mau melepaskan genggaman tangan Mew. "Udah, tutup aja mata kamu!" Pinta Mew kembali ke rencana awalnya. Dengan terpaksa, Gulf melakukannya.

"Nanti, di hitungan ke 3, kamu buka mata kamu trus tatap mata saya selama 5 detik. Kalau ngerti, remas tangan saya." Perintah Mew. Gulf pun langsung meremas tangan Mew sesuai instruksi.

"1..., 2..., 3...," Mew menghitung pelan lalu Gulf membuka kedua matanya perlahan.

Begitu Gulf membuka kedua matanya, jarak hidungnya dan hidung Mew hanya sekitar 10 senti. Kedua matanya pun langsung menatap mata Mew sesuai yang diinstruksikan. Kedua mata Mew berbeda dengan semalam saat Mew menjadi serigala. Saat ini yang dia lihat adalah ketenangan. Perasaannya juga perlahan membaik.

1
2
3
4
5

Gulf tidak menyadari bahwa waktu yang diminta Mew sudah habis. Dia juga tidak inisiatif untuk menghitungnya sejak awal. Tapi Gulf masih menatap mata Mew. Mata yang selama ini menyiratkan kedisiplinan selama di kampus, yang selalu menatap mahasiswanya dengan tegas seolah-olah tidak ada yang bisa membantahnya. Sekarang Gulf tahu kenapa sosok Pak Mew terlihat begitu disiplin dan tegas. Tapi saat ini yang ia lihat adalah dua mata milik pemimpin kawanan serigala di hutan yang jauh dari tempat tinggalnya.

"Ok." Kata Mew mengedipkan matanya, membuat Gulf juga melakukan hal yang sama.

"Kenapa?" Tanya Gulf.

"Nggak papa. Kamu istirahat aja. Saya mau keluar." Kata Mew yang kemudian pergi begitu saja.

"Apa sih, gak jelas banget!" Gumam Gulf kemudian merebahkan tubuhnya lagi.

***
"Tay, gw akan nikahin Gulf." Ucap Mew tiba-tiba begitu menghampiri Tay di camp.

"Hah?" Seru Tay.

"Kalau gw nikahin Gulf, berarti lu juga harus nikahin New."

"Hah?" Seru Tay lagi dengan nada lebih tinggi.

"Lu apa sih hah heh hah heh?!" Gerutu Mew.

"Ya lu tiba-tiba datang ngomong gitu... Gw lagi fokus anyink!" Seru Tay.

"Hhh ya pokoknya gitu. Gw mau nikahin Gulf. Itu keputusan gw." Kata Mew mengulangi ucapannya tadi.

"Yaudah... Itu keputusan lu kan? Tapi ada apa nih kok tiba-tiba lu memutuskan gitu?"

"Gw barusan nyuruh dia buat tatap mata gw selama 5 detik. Tapi lu tau? Dia natap gw selama 10 detik." Jelas Mew dengan semangat.

Tay mengernyitkan keningnya, "Hah? Apaan sih lu gitu doang?"

"Ya artinya Gulf juga suka sama gw dong? Gw cuma minta dia tatap mata gw 5 detik loh..." Jawab Mew bangga.

Tay menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan apa yang saudaranya itu lakukan. "Ya bagus deh kalau emang keputusan lu gitu..." Gumam Tay.

"Ah, soal kalung Gulf..." Seru Mew yang membuat Tay kembali fokus pada Mew.

"Kemarin, dia bilang kalau kalung dia itu bereaksi. Dan yang gw tangkap, kalungnya selalu bereaksi kalau Gulf kenapa-kenapa. Kayak waktu pertama dia ke sini trus pinsan gara-gara racun lu, katanya dia bangun-bangun udah di kos trus dadanya panas gara-gara kalung itu. Karin juga waktu Gulf pinsan gara-gara Krist. Kalungnya semept gw bawa kan? Tapi akhirnya dia bangun setelah New masangin lagi kalungnya. Ya emang mungkin cuma segitu, tapi ga tau kenapa feeling gw tuh kalung emang bereaksi kalau Gulf kenapa-kenapa." Jelas Mew.

"Trus?"

"Semalam, gw sengaja cium dia sampe dia kehabisan napas dan pinsan. Tadi, gw tanya apakah kalung itu bereaksi sebelum dia bangun? Jawabannya nggak." Lanjut Mew.

"Apa mungkin ya? Tapi gimana bisa?" Gumam Tay.

"Gw masih penasaran sama kalung itu. Gak tau kenapa gw juga yakin kalau itu kalung gw." Kata Mew.

"Gw juga ngerasa gitu sih. Tapi gw juga bingung kenapa bisa ada di Gulf trus ada isinya gitu..." Sahut Tay.

"Tapi yaudahlah. Ini lu beneran gapapa? Udah hampir bulan purnama loh..." Tanya Tay. Biasanya, Mew sudah berada di rubanah 1-2 hari sebelum bulan purnama.

"Gw gapapa, gw baik-baik aja..." Jawab Mew.

"Yaudah deh, mending lu awasin kawan-kawan yang malam ini mau berburu deh..." Pinta Tay.

"Oke. Nanti malam, lu bisa keliling kan sama mereka?"

"Bisa. Lu gimana?"

"Kayaknya gw bakal stay di kastil dulu deh. Ya meskipun gw gak kenapa-kenapa, takut aja ntar kenapa-kenapa. Jadi kalau sewaktu-waktu gw harus ke rubanah, jaraknya lebih deket." Jawab Mew.

Tay mengangguk-angguk lalu menepuk lengan Mew dan kembali fokus berlatih sekaligus mengawasi kawanan lainnya di camp.

The Cursed (Werewolf-Omegavers) || S1-TAMAT || S2-To Be Continued... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang