TIGA SEMBILAN

376 54 9
                                    

Singto merapihkan selimut Krist lalu menggenggam kedua tangan kekasihnya itu sebelum ia pergi. Baru saja ia melangkah turun dari kasur, Krist memanggilnya dengan suara serak.

"To..."

Mendengar itu, Singto segera berbalik dan menghampiri Krist. Ia genggam tangan Krist dan mengamati wajah si omega.

"Krist, kamu udah sadar? Ada yang sakit gak?" tanya Singto. Tangan Krist membalas genggaman tangan Singto. Wajahnya sedikit merengut, membuat ekspresi hendak menangis. Eprlahan, Krist membuka kedua matanya.

"Tooo..." panggil Krist begitu matanya terbuka dan melihat Singto di hadapannya dengan wajah takut dan cemas. Sesenggukan mulai terdengar dari mulut Krist.

"Kenapa? Aku di sini. Kamu ada yang sakit gak, Krist? Jawab aku jangan nangis.... Aku bingung kalau kamu nangis doang..." keluh Singto.

Kedua tangan Krist lantas menarik leher Singto allu memeluknya. Saat itu, tangisan Krist pecah begitu saja. Hanya saja, ia tahan agar tidak sampai terdengar ke luar. Hanya Singto yang tahu, dan itu cukup menyesakkan si beta.

Singto hanya diam, membiarkan Krist menangis semaunya sepuasnya. Singto hanya bisa mengelus kepala Krist. Dia akan menunggu sampai Krist tenang.

Dua menit cukup untuk Krist mengeluarkan penyesalannya dalam bentuk air mata. Singto lalu mengangkat tubuhnya setelah dirasa tangisan Krist perlahan mereda. Krist sudah tidak menahannya. Singto lalu menyentuh wajah Krist, mengusap sisa air matanya.

"Udah..." kata Singto meyakinkan Krist bahwa semua baik-baik saja.

"Maafin gw, To..." ucap Krist.

"Iya, gw maafin kok. Udah ya..." jawab Singto tersenyum. Singto cukup lega bisa mendengar permintaan maaf dari Krist itu meskipun ini bukan pertama atau kedua kalinya.

"Lu kenapa gak marah sama gw sih To? Lu tahu kan apa yang udah gw perbuat sama Mas Max? Kenapa lu masih di sini?"

"Krist, gw sayang sama Lu. Gw juga sadar kalau gw belum bisa ngebahagiain Lu. Bahkan gw gak tau apa lu akan bisa bahagia sama gw nanti? Jadi, apa pantes gw marah ke lu, hah? Mau lu pergi sejauh apapun, gw bakal tetep tungguin lu. Gw akan tetep maafin lu. Gw cuma beta yang ga punya apa-apa buat bisa bahagiain lu, Krist." ungkap Singto dengan kedua mata berkaca-kaca. Ada air mata yang muncul di sana. Singto tengah menahannya dengan tersenyum agar tidak jatuh.

"Tapi, gw udah jahat banget To. Gw udah ngeracunin Gulf. Gw takut. Gw gak suka Mas Mew ngelindungin dia di pack kita. Gw takut... Gw cuma pengen pack kita damai kayak senelum-sebelumnya..." aku Krist.

"Iya, gw paham kok. Lu emang masih gampang gegabah." Singto terkekeh. "Nanti, lu harus minta maaf ke Mas Mew, ya? Gw temenin. Termasuk sama Gulf." pinta Singto.

"Gw takut, Singtooo..." rengek Krist.

"Iya, nanti aja. Lu tenangin diri lu dulu. Gw tunggu sampe lu siap!"

"Trus, soal Mas Max..."

"Sssstttt! Selama itu bikin lu ngerasa gak enak hati, gak usah dibahas ya... Gw juga gak akan ungkit-ungkit. Sekarang, fokus gw cuma masa depan lu aja." ungkap Singto dengan lembut. Sangat di luar ekspektasi Krist.

"Singto? Lu gak sarapan?" sebuah panggilan dari Mile.

"Krist baru aja sadar, Mas. Gw mau nemenin dia dulu. Masih belum stabil soalnya." jawab Singto.

"Habis sarapan ini, lu bisa ngumpul di ruang pertemuan gak?" tanya Mew.

"Mmmhhh..." Singto menatap Krist, "bisa kok Mas, bisa."

"Ok. Nanti bawain sarapan buat Krist kalau gitu. Minta obat ke Tay." titah Mew.

"Oke, Mas. Thanks..."

The Cursed (Werewolf-Omegavers) || S1-TAMAT || S2-To Be Continued... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang