Gulf dan New benar-benar berangkat. Keinginan Gulf untuk bertemu dengan makhluk immortal yang dianggap mitos itu sudah dipendam sejak ia masih SMP. Ketika ia mengenal yang namanya dunia fiksi . Dia membaca banyak cerita fiksi bergenre fantasi dengan karakter makhluk immortal. Semakin lama bukannya bosan, ia justru semakin mempertanyakan keberadaan mereka. Bagi Gulf, mereka adalah makhluk yang menarik.
Gulf terlalu penasaran dan semangat hingga ia mencari banyak artikel tentang 'mereka'. Dari sekian artikel, dia menemukan cukup banyak artikel yang mengatakan bahwa makhluk itu berada di hutan lebat di pinggir desa S. Gulf masih SMA waktu itu. Belum memiliki tekad untuk pergi. Ditambah New berjanji kepada Gulf akan menemaninya pergi tapi kalau mereka sudah kuliah. Itu hanya akal-akalan New saja agar Gulf tidak terus mengajaknya pergi. Bahkan dia tidak mengira bahwa hari itu akan tiba.
Perjalanan menuju desa S ditempuh selama hampir 5 jam dengan mobil. Sudah termasuk tambahan waktu untuk macet. Belum lagi beberapa kali berhenti di pom bensin untuk sekedar pipis. Gulf bilang perjalanan mereka santai.
Mereka melewati gapura yang kokoh, menandakan bahwa mereka sudah memasuki kawasan desa S. Suasana berbeda. Di sepanjang perjalanan ada pohon besar di tepi jalan. Memberi hawa sejuk meskipun sudah siang dengan sinar matahari yang terik. Udara yang masih bagus, membuat New membuka kaca mobil. Gulf mematikan AC mobil, membiarkan angin memasuki mobilnya.
Tiba di sebuah pendopo di mana ada beberapa warga sedang bersantai di sana. Gulf menghentikan mobilnya. Seorang warga segera menghampiri.
"Ada perlu apa ya mas?" tanya warga itu begitu Gulf turun dari mobil.
"Pak, Saya mau tanya lokasi hutan pinus, lewat mana ya?" tanya Gulf.
Ekspresi warga itu berubah, yang tadinya terlihat ramah seketika mengernyitkan keningnya. Beliau kemudian menoleh ke warga lainnya. Seolah paham, seorang warga lain menghampiri. Keadaan itu membuat Gulf khawatir tanpa mengurangi niatnya."Nyari hutan pinus?" tanya warga yang baru bergabung. Gulf langsung mengangguk.
"Oh, gini mas, dari sini lurus aja ikutin jalan sampe ada pertigaan, belok kiri. Kalau ke kanan itu perkampungan. Kalau ke kiri juga ada perkampungan tapi mas lurus aja sampe ada papan tulisannya hutan pnus." Jelasnya. Tidak rumit.
"Oh gitu, yaudah, terimakasih ya pak..." kata Gulf.
"Tapi mas," sergah si bapak. Gulf yang tadinya hendak kembali ke mobil, langsung berbalik lagi. "Jangan masuk terlalu dalam ya. Soalnya sudah ditutup." Bapak itu memperingatkan.
"Oh, oke pak. Saya Cuma mau foto-foto kok. Terimakasih ya pak."
"Gapapa itu di kasih tau?" tanya si bapak yang sebelumnya menghampiri Gulf begitu mobil Gulf pergi.
"Udah, itu urusan mereka. Kan mereka juga jaga..." jawab temannya yang mengarahkan Gulf ke hutan pinus.
*
"Huwaaaaahhh enak banget hawanya...!" seru New begitu keluar dari mobil. New langsung meregangkan tubuhnya. Mengangkat kedua tangannya dan menghirup udara bersih di sana dengan kuat.
"Gulf, kita liburan aja di sini. Lebih enak kayaknya..." saran New.
"Gila ya..., Ada loh tempat sesejuk ini. Nih kalo beneran mereka tinggal di tempat beginian, ga adil banget New...!" omel Gulf tiba-tiba.
"Hah?"
"Ya lu lihat dah asri banget. Adem! Sedangkan kita tinggal di kota panas, sempit, macet!" jelas Gulf.
"Ya kalau mereka tinggal di kota juga, lu yang keenakan hey... Mikir!" balas New.
"Haha, bener juga... Yaudah ayok lah!" ajak Gulf semangat sambil menenteng ranselnya.
"Semoga aja apa yang dicari Gulf gak ada dan kami bisa pulang dengan selamat. Jadi, Gulf gak akan bahas-bahas soal makhluk itu lagi. Amin." Do'a New sebelum mengikuti Gulf.
Suasana begitu melewati papan bertuliskan peringatan pun seketika berubah. Sebelumnya suasana terik matahari terasa bahkan menembus jaket Gulf dan New. Namun tiba-tiba saja berubah mendung dan berangin.
"Anjir Gulf, dingin banget kayak masuk ke Indomaret!" oceh New. Gulf tidak merespon. Ia hanya fokus memandangi dedaunan yang bergoyang akibat angin itu.
Gulf menangkap sosok yang berlari dari dalam hutan menuju ke arahnya."Lah, Bright?" seru Gulf.
"Heh, lu ngapain di sini sama New?" tanya Bright yang terengah-engah.
"Main doang. Lu sendiri?" tanya Gulf balik.
"Main? Aneh lu...! Gw? Ya ini desa gue kali..." jawab Bright. Gulf mengernyitkan keningnya sambil menyisiri tubuh Bright dari atas sampai bawah.
"Bule ganteng modelan lu ternyata anak desa? Gue kira rumah lu di Amerika sono..." sindir Gulf menyunggingkan senyumnya.
"Lu sendiri ngapain dari dalam hutan, Bright?" giliran New yang bertanya.
"Jalan-jalan sih." Jawab Bright.
"Yaudah, kita masuk dulu ya..." pamit Gulf.
"Eh Gulf, New! Haduh... Ngapain sih?" Bright masih mencoba menghalangi kedua temannya itu. "Kalian ga ngerti apa kalau hutan ini berbahaya? Tuh udah ada tulisannya loh."
"Tenang aja Bright, kita gak jauh kok. Toh jalannya juga jelas gini... Santai aja... Kita juga udah sedia kompas." Kata Gulf.
"Bright, udah ya biarin aja temen gue ini masuk. Lu gak ngerti gimana malam-malam lu kena teror sama dia Cuma perkara mau ke sini doang. Biarin ya, biar dia seneng." New mencoba memberi pengertian pada Bright.
Ponsel Bright berdering. Melihat nama di layarnya, membuat Bright tidak memiliki pilihan lain selain mengangkatnya. Saat itu juga, Gulf dan New sudah berjalan meninggalkan Bright.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed (Werewolf-Omegavers) || S1-TAMAT || S2-To Be Continued...
Fantasy🐺 THE CURSED 🐺 GULF itu manusia biasa seperti kita. Suka baca fiksi fantasi, apalagi tentang werewolf. Hobinya ngehalu jadi luna werewolf. Cita2nya jadi omeganya alpha. Dia percaya kaum werewolf itu nyata. Makanya, dia mencari tahu keberadaan mere...