Sudah sepuluh menit Krist berada di lantai. Dia yang tadinya terlelap di atas kasurnya tiba-tiba mendengar suara jeritan yang cukup melengking hingga menusuk ke dadanya. Matanya melotot dan tangannya langsung memegangi dadanya. Naapsnya cukup tersengal. Seperti ada ysng menyumbat saluran pernapasannya. Panas, dadanya terasa perlahan panas. Sesak. Ia mencoba untuk memanggil Singto dengan telepatinya tapi tidak berguna. Fokusnya hanya pada rasa sakitnya.
Krist mencoba beranjak, turun dari kasurnya. Namun begitu kedua kakinya menyentuh lantai, sekujur tubuhnya terasa lemas. Keringat dingin mulai keluar dari pelipisnya. Ia langsung terjatuh begitu saja. Mengerang di lantai, bayangannya justru teringat akan Max. Takut Max akan terluka.
"Mas Max... Lu kenapa?" Batin Krist.
"Krist!" panggil Singto begitu membuka pintu kamar Krist. Ia melihat Krist yang tergeletak di lantai dengan darah yang keluar dari mulutnya segera berlari menghampiri. Ia sudah tidak merasakan luka-luka pada tubuhnya akibat pertarungan tadi. Yang ia rasakan hanyalah ketakutan akan krhilangan Krist.
"Krist, gw di sini..." Kata Singto yang sudah tidak bisa menahan air matanya lagi. Ia lalu meraih kepala Krist dan meletakkannya di atas paha Singto.
"Toooo... Sakit bangeettt... Hhhh..." Erang Krist sambil tangan satunya menangkap tangan Singto.
"Iya gw tau. Gw gak bisa apa-apa Krist. Maafin gw..." Jawab Singto.
"Mas Max kenapa?" tanya Krist.
Pertanyaan itu membuat Singto terdiam dalam tangisannya. Krist bukan lagi menanyakan dirinya. Pertanyaan itu sudah cukup menjadi bukti bahwa Max tidak berbohong. Sejak malam itu, sebenarnya Krist sudah menjadi pengantin Max dan sudah tidak seharusnya Singto mendekatinya. Tapi kini, Singto tahu apa yang akan terjadi pada Max. Jika membayangkan Krist juga harus merasakan hal yang sama dengan Max sebagai omeganya, itu terlalu menyakitkan. Singto hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aaaaaaawwwwwuuuuuwwwhhhhhhh..."
Singto mendengar dengan jelas auman serempak dari para serigala. Auman yang memberitahukan bahwa semuanya sudah selesai. Namun, auman itu justru menjadi racun untuk Krist. Ia memberontak dan berteriak kesakitan begitu mendengar auman itu. Singto mencoba untuk menenangkan Krist meskipun ia tahu itu sia-sia.
"Sakiiiiittthhhhhh... Hhhhnnnggghhh..." Seru Krist berkali-kali. Hanya rasa sakit yang bisa ia rasakan malam ini. Seluruh tubuhnya seperti terkoyak.
"Mas Tay... Gw pengen selametin Krist tapi gw gak tau harus gimana, Mas... Tolongin..." Ceracau Singto mencoba berkomunikasi dengan Tay.
Tay yang mendengar itu, sekaligus mendengar tangisan Singto tahu bahwa Krist tidak akan baik-baik saja. Ditambah di hadapannya saat ini sudah tergelrtak Max.
Off, Mile, Apo dan Win langsung berlari kembali ke kastil begitu mendengar suara putus asa Singto."Aaaaarrkkkhhhhh..." Teriak Krist semakin kuat.
"Krist..." Singto hanya bisa memanggil sosok yang ia anggap masih kekasihnya itu. Singto memeluknya begitu Krist mulai tenang.
"Maafin gw To..." Ucap Krist di tengah-tengah rasa sakitnya. "Maafin gw... Gw sayang Lu..." Bisik Krist. Suaranya perlahan tidak keluar. Ia kehabisan tenaganya.
"Gw juga sayang sama Lu. Gw cinta sama lu, Krist. Gw mohon lu bertahan... Jangan tinggalin gw!" Pinta Singto dengan sangat. Ia mengusap wajah pucat Krist.
Off, Mile, Apo dan Win yang tiba di depan kamar Krist hanya diam di sana. Melihat bagaimana keadaan Krist dari kejauhan yang sudah mengeluarkan banyak darah dari mulutnya. Mereka juga tidak bisa melakukan apapun. Mendengar tangisan Singto, cukup menusuk perasaan mereka. Tidak ada ysng menyangka bahwa akhir dari semua kekacauan di kastil adalah seperti ini. Bahkan Krist bukan lakonnya.
Win sudah tidak bisa menahan air matanya. Mile langsung merangkul Win, membawa tubuh si bocah agar memeluknya. Dia tahu Win tidak akan sanggup melihatnya. Ditambah, Win harus kehilangan teman omeganya.
"Ssing-thooo..." Panggilan terakhir dari Krist sebelum napas terakhirnya menghilang. Sekujur tubuh Krist seketika melemas. Singto tidak bisa lagi merasakan detsk jantung Krist.
"Krrriiiiiisssstttttt...!!!" Teriak Singto dengan kencang. Siapa yang bisa terima kekasihnya meninggal tepat di hadapannya seperti itu? Apalagi meninggal dengan penuh rasa sakit.
Off dan Apo langsung memasuki kamar Krist. Dengan cepat, mereka meraih tubuh Singto agar melepaskan Krist yang sudah tiada itu.
"Nggaaaakkk... Krriissttt... Ngggaaakkkk...!" Ceracau Singto berontak tiap kali Off dan Apo hendak menjauhkan Krist dari tubuh kekasihnya.
"Singto! Sadar To..." Seru Apo. Off segera meraih tubuh Krist dan membawanya ke atas kasur. Ia menatap wajah Krist yang hampir dipenuhi dengan darah itu. Jadi, beginikah akhirnya? Memang harus ada yang dikorbankan dari tragedi ini.
"Po, bawa Singto keluar aja. Kita tunggu sampai yang lain datang buat makamin Krist." Kata Off. Apo segera menarii tubuh Singto dengan kuat untuk keluar dari kamar.
"Nggaaakk... Please biarin gw di sini... Mas Off gw mohooonnnn...!" Pinta Singto memohon dengan sangat.
"Singto! Lu bisa gila kalau kelamaan di sini!" Seru Apo sambil terus menarik tubuh Singto. Apo kemudian memba2a Singto ke ruang pertemuan. Harus!
PLAAAKK!!!
Apo menampar Singto begitu keduanya memasuki ruang pertemuan.
"Lu harus sadar!" seru Apo kemudian menampar Singto lagi dan lagi. Sampai Singto sedikit tenang dan tangisannya perlahan melemah.
Apo lalu memegang kepala Singto dengan kedua tangannya. Gemas melihat teman betanya menjadi lemah seperti itu walaupun di sisi lain dia mengerti bagaimana perasaan Singto yang kehilangan Krist, kekasih yang ia perjuangkan sejak awal, meskipun Krist berkali-kali melakukan hal buruk pada Singto. Tapi, tidur dengan Max adalah yang terburuk.
"Lu harus sadar! Gw juga ga mau kehilangan sahabat beta gw, oke? Sadar To!" Teriak Apo. Berharap Singto bisa mengontrol perasaannya dan bisa waras menghadapi semuanya.
Singto menutup kedua matanya lalu menarik napas yang dalam, terdiam selama beberapa detik kemudian menghembuskan napasnya. Ia lakukan itu beberapa kali samapi ia sendiri merasa bahwa ia sedikit lebih tenang dan bisa mencerna perkataan Apo.
"Ini sudah kuasa dewi bulan, To. Kita ga bisa apa-apa. Kita cuma bisa berharap semoga ini adalah akhirnya." Kata Apo yang juga mulai tenang. Singto masih terdiam dengan matanya yang tertutup.
Singto sadar bahwa dirinya harus bisa mengontrol perasaannya. Jika tidak, dia bisa berubah menjadi serigala gila. Ia harus bisa mengontrolnya meskipun itu susah. Harapan bisa segera menikahi Krist kini tinggal angan-angan belaka yang tidak akan pernah bisa terwujud. Seketika sesal di benak Singto menyeruak. Kenapa ia tidak menikahi Krist sejak dulu?
Singto membuka kedua matanya. Ia menatap Apo di hadapannya yang juga mengkhawatirkannya.
"Thank's, Po..." Lirih Singto. Apo lalu memeluk Singto. Bersyukur bahwa Singto masih bisa mengontrol perasaannya. Apo juga tidak ingin ada kawanan lain yang menjadi korban.
***
Malam itu juga semua serigala di Night Owl Pack berduka atas meninggalnya Max dan Krist. Mew meminta tubuh Max untuk dimakamkan di area pemakaman pack karena bagaimanapun Max masih menjadi bagian dari pack. Krist dimakamkan di sebelah Max. Singto tidak masalah dengan itu. Bahkan di mana pun, asal Krist dikubur dengan layak. Bersamaan dengan itu, Singto harus mulai mengubur perasaannya pada Krist. Krist hanya akan tinggal sebagai kenangan mulai malam ini. Kenangan yang tidak akan terganti.
Tidak ada ysng menyangka bahwa semua akan berakhir dengan sangat tidak terduga. Terutama untuk Singto dan Krist. Semua tahu bagaimana Singto mencintai Krist, omega yang dicap murahan itu. Kini, semua rasa kasihan tertuju pada Singto. Mereka merasa seeprti Singto telah melindungi orang yang salah dan segala perjuangannya untuk bisa menikahi Krist sia-sia karena Max mendahuluinya.
Lagi-lagi, ini perihal Max. Semua sadar bahwa sejak awal, semua terjadi karena Max. Namun di sisi lain semua juga sudah berakhir di Max. Semoga saja ini benar-benar terakhir dari segala akhir yang menimpa pack mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed (Werewolf-Omegavers) || S1-TAMAT || S2-To Be Continued...
Fantasía🐺 THE CURSED 🐺 GULF itu manusia biasa seperti kita. Suka baca fiksi fantasi, apalagi tentang werewolf. Hobinya ngehalu jadi luna werewolf. Cita2nya jadi omeganya alpha. Dia percaya kaum werewolf itu nyata. Makanya, dia mencari tahu keberadaan mere...