TIGA DUA

405 56 7
                                    

"Krist ga pulang, Po?" Tanya Singto begitu melihat kamar Krist kosong. Mendengar pertanyaan itu, Apo yang sedang meregangkan tubuhnya dan menghirup udara pagi yang segar itu langsung membeku.

"Hah?"

"Kok hah, Po?" Tanya Singto. Firasatnya mulai buruk.

"Semalam Krist udah pulang kok..." Kata Apo.

"Di kamarnya gak ada. Dan Lu gak bilang ke gue kalau dia udah pulang..." Seru Singto.

"Dia pulang sama Mas Max. Makanya gue gak kasih tahu lu karena dia sama Mas Max. Seriusan di kastil gak ada?" Tanya Apo.

"Mas Max keluar kastil?!" Singto segera mempercepat langkahnya menuju kamar Max. Dan ya, kamar Max kosong.

"Coba lu cari di dapur atau camp atau manapun di kastil..." Saran Apo.

"Gak ada ya... Udah gue cari dari tadi, udah cek kamarnya dua kali malah. Makanya gue hubungin lu..." Seru Singto sambil berjalan keluar dan menuju camp. Ini masih pagi, tentu tidak ada yang berada di camp.

"Eh seriusan? Semalam beneran diajak pulang kok sama Mas Max. Gue gak boong!" Seru Apo.

"Yaudah, gue coba cari aja..." Kata Singto yang langsung berlari keluar dari area kastil.

Singto sebenarnya tidak tahu harus mencari Krist di mana. Krist tidak pernah seperti ini jika marah ataupun ngambek. Hal aneh juga dia rasakan pada Max. Entah, firasatnya saat itu buruk akan Max. Jika benar Max sudah keluar dari kastil, kenapa tidak ada yang mengetahuinya? Seharusnya dia dapat kabar itu dari penghuni kastil karena bagaimanapun mereka akan lega melihat Max sudah keluar kamar.

Menggunakan insting serigalanya, ia berlari menuju ruangan khusus milik alpha pemimpin pack. Ruangan yang dianggap sebagai penjara untuk alpha tanpa luna.

Hal terburuk yang Singto pikirkan hanyalah Krist seorang omega yang sudah lama tidak mendapatkan kepuasan dari Alpha dan Max adalah Alpha yang sudah lama tidak pernah rut.

Semakin mendekati ruangan itu, nyatanya jantung Singto semakin berdegup. Instingnya semakin kuat. Entah sudah berapa kali kalimat "TIDAK MUNGKIN" ia ucapkan. Tapi, semakin dekat dan semakin ia mengucapkannya, justru ia semain yakin dengan apa yang dia pikirkan.

"Ngghhhh Mma-asshhh..."

"Ssstttt...!!! Aku tahu kamu keenakan, tapi hhh janganh bersuaraa..." Bisik Max sambil menutup mulut Krist. Krist meremas tangan Max dan meraih leher Max.

"Aaahhhhh... Pantatmu enak juga..." Bisik Max lagi sambil terus menggenjot lubang pantat Krist. Tiap Max menggenjotnya, Krist harus menahan suaranya. Ia sangat ingin mendesah, tidak bisa berbohong bahwa ia merasakan kenikmatan yang selama ini ia inginkan, yang tidak bisa ia dapatkan dari si beta Singto.

"Feromonmuuuhhhh mmmhhhh..." Max langsung mencumbu Krist, menggigit gemas lidah Krist dan memberikan ludahnya pada Krist. Dengan begitu, Krist kembali menggoyangkan pinggulnya, menunjukkan bahwa ia pun menikmati permainan itu.

Cumbuan Max pun beralih ke salah satu puting Krist yang memerah dan sedikit membengkak di sekitarnya. Bahkan hanya dengan satu jilatan saja, Krist bisa merasa ngilu akibat terlalu sering dimainkan oleh Max.

"Aakkhhhh... Maasshhh mmhhh..."

"Gimana kamu bisa tahan selama ini, hm?" Tanya Max begitu melepaskan kulumannya pada puting Krist.

Meskipun sosok beta tidak memiliki pendengaran sekuat alpha atau omega, tapi Singto masih bisa mendengar desahan serta ceracauan Max dan Krist dari ruangan itu. Jaraknya tidak terlalu jauh. Keuntungannya sebagai beta yang tidak memiliki feromon, membuatnya bebas berada sedekat apapun dari ruangan itu.

The Cursed (Werewolf-Omegavers) || S1-TAMAT || S2-To Be Continued... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang