DUA ENAM

765 93 3
                                    

Kembali ke hutan dan mengunjungi kementrian. Tidak ada cara lain agar dia bisa berbicara dengan Mamanya yang disekap selama 50 tahun lebih. Sekali lagi, kekuatan telepati antara pihak kementrian dengan rakyatnya terhalang. Bahkan untuk mereka-mereka yang disekap atau dipenjara. Satu-satunya cara untuk berbicara dengan mereka hanyalah dengan bertemu. Itupun jika pihak kementrian memperbolehkan.

Memasuki garis perbatasan kementrian, Tay tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang berada di lingkup kementrian. Semua tahu siapa Tay, terlepas siapa Mamanya. Memang begitu dan akan selalu begitu. Mereka sangat memperlihatkan kebencian mereka itu terhadap anak seseorang ayng dianggap dukun. Dukun yang gila. Entah dari mana mereka bisa menyematkan sebutan itu pada Mama Tay. Tay saja masih tidak tahu alasan kenapa Mamanya dipenjara bahkan sampai sekarang.

Kementrian memiliki gedung yang megah dengan keamanan yang ketat. Siapapun yang memasuki wilayah kementrian harus memiliki tujuan yang jelas. Bahkan untuk sosok pemimpin pack yang mendapat undangan rapat pun. Dan biasanya, tiap tamu akan diikuti oleh 1 penjaga yang mengawalnya sampai tujuan.

Sebelum bisa menemui Mamanya, tentu Tay harus menemui kepala kementrian. Tay akan menemui seorang tahanan. Tay diantar menemui pria berbadan tegap dan kekar dengan kepala plontos di sebuah ruangan dengan tulisan "KEPALA KEMENTRIAN" di depan pintu. Pria itu sedang bersantai, duduk di sova, meneguk minumannya sambil menyaksikan sebuah acara di tv. Begitu melihat Tay, ia langsung mematikan tv itu dan mempersilakan Tay untuk duduk.

"Nggak, Pak! Saya kemari penting. Biarkan saya bertemu Mama saya!" Kata Tay cepat.

"Tumben? Saya kira kamu sudah lupa dengan mama kamu..." Jawab pria itu dengan sunggingan senyumannya.

"Ini penting!" Kata Tay.

"Apa yang bikin kamu harus menemui Mamamu itu, huh? Terakhir kamu menemuinya... Kalau gak salah sekitar... Emh... 2 atau 3 tahun yang lalu?" Pria itu basa-basi.

"Bapak Wanchana yang terhormat, saya tidak punya waktu untuk berbasa-basi dengan Bapak! Izinkan Saya bertemu Mama Saya. Sebentar saja!" Tay mempertegas keinginannya.

"Kamu tinggal sebutkan kepentinganmu. Itu saja." Wanchana tidak mau kalah.

Tay menarik napas panjang lalu menghempaskannya, "Saya akan menikah!" Katanya.

Wanchana membulatkan kedua matanya.

"Jadi saya harus menemui Mama saya untuk meminta restunya!" Lanjut Tay.

"Oh hoooo..." Wanchana terkekeh dibuat-buat. "Akhirnya? Tay Tawan? Bahkan kamu mendahului saudaramu itu? Hebat!" Pujinya.

"Ini tidak ada hubungannya dengan dia! Tolong, jangan membuang waktu saya!" Gertak Tay cukup serius. Wanchana membuang muka.

"Tidak lebih dari 5 menit..." Kata Wanchana lalu terdiam.

Tak lama, seseorang memasuki ruangan itu.

"Ya, Pap?"

"Mek, kamu temani dia ke penjara, menemui Mama gilanya itu." Perintah Wanchana kepada Mek.

"Baik." Jawab Mek dan lalu mempersilakan Tay untuk keluar.

Ada 2 orang yang mengawal Tay. Seorang penjaga dan Mek. Tay tahu tujuan Wanchana menyuruh Mek untuk ikut mengantarnya. Hanya emmastikan agar ia tidan membicarakan sesuatu yang penting. Dan jika memang itu penting, Wanchana harus mengetahuinya. Mek bisa melakukan itu.

Penjara yang dituju tidak terlalu jauh. Ada banyak orang yang di penjara di sana dengan berbagai kasus. Tapi Tay bahkan tidak tahu kasus apa yang menimpa Mamanya. Penangkapannya saja tiba-tiba.

"Mama!" Seru Tay begitu di depan ruang penjara Mamanya. Tak lama, seorang perempuan menunjukkan dirinya. Ruangan itu cukup gelap. Tidak banyak cahaya yang bisa masuk. Seorang perempuan dengan rambut yang acak-acakan mendekati pintu penjara yang terbuat dari besi pada umumnya. Wajahnya terlihat lebih keriput dan kurus. Entah bagaimana mereka merawat orang di penjara. Atau bahkan tidak mereka rawat?

The Cursed (Werewolf-Omegavers) || S1-TAMAT || S2-To Be Continued... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang