DUA TIGA - TRAGEDI

826 106 15
                                    

Gulf terus meremas ponselnya. Tatapannya kosong menatap New yang masih pinsan padahal sudah lewat dari 3 hari yang dijanjikan Mew. Ia sempat menghubungi Mew beberapa kali tapi tidak ada jawaban sama sekali. Sekarang, otaknya sedang berdebat dengan perasaanya, apakah ia harus pergi ke hutan lagi untuk menemui Mew.

"New, lu beneran mau gue samperin Pak Mew, nih? Lu sedukung itu ya gue sama Pak Mew makanya pinsan lu lama supaya gue bisa temuin Pak Mew buat modus gitu, ya?" Gumam Gulf.

"Hhhh tapi gue capek New... Pak Mew gak ada tempat tinggal di sini apa ya? Biar gue gak harus ke hutan gitu loh... Jauh dan capek..." Gulf menjatuhkan tubuhnya tepat di atas karpet di lantai. Mata panda milik Gulf terpejam. Sejak semalam ia tidak tidur karena ia menunggu New hingga bangun tapi tidak bangun.

"GAK!" Seru Gulf tiba-tiba begitu membuka matanya dan mendudukkan tubuhnya.

"Gue gak bisa santai gini dong! Gue harus minta pertanggung jawaban Pak Mew lah!" Gulf berdiri. Entah dari mana rasa semangatnya itu.

"New, lu tunggu di sini. Gue bakal usut ke Pak Mew supaya lu bisa cepet bangun, oke? Mumpung matahari belum keluar juga, biar gak kesiangan!" Pamit Gulf sebelum akhirnya ia pergi ke kamar mandi, bersiap untuk pergi ke hutan.

Perjalanan selama 5 jam menuju hutan tetap Gulf tempuh meskipun kantuk menggelayuti pikirannya. Yang terpenting sekarang adalah New harus bangun. Bagaimanapun caranya. Ia tidak ingin kehilangan New begitu saja hanya karena ramuan salah sasaran itu. Dan yang harusnya bertanggung jawab adalah Mew.

Pukul sepuluh, Gulf sudah tiba di hutan. Memarkirkan mobilnya di tempat biasa, ia langsung keluar dari mobil dan bergegas memasuki hutan. Ia sudah begitu hapal dengan cuaca di desa itu. Jadi, jika nanti tiba-tiba sesuatu terjadi pada cuaca di hutan, ia tidak akan kaget atau takut lagi. Dan di sepanjang perjalanan begitu memasuki desa S itu, awan memang sudah mendung tapi cerah.

Langkahnya seolah sudah menghapal jalan di hutan itu. Suara angin dan dedaunan yang bergesekan tidak membuatnya merinding lagi. Dia seolah sudah akrab dengan medan hutan itu.

Ia mencoba tidak peduli dengan keadaan hutan yang tiba-tiba berangin dengan langkah yang semakin lebar. Di menit-menit pertama Gulf memang berhasil. Tapi ia mulai ragu ketika angin membawa aroma anyir ke hidungnya. Tempo langkahnya melemah. Hidungnya mencoba menyium aroma itu dengan kuat, meyakinkan dirinya bahwa yang ia cium memang aroma darah. Dan jika memang begitu, pantaslah jika bulu kuduk Gulf seketika merinding.

"Aahh kenapa ada aja sih cobaannya?" Gerutu Gulf sambil memijit leher belakangnya. Mencoba menghilangkan rasa merindingnya.

"Padahal kemarin-kemarin gak ada bau anyir gini... Ni hutan bener-bener terkutuk apa gimana sih? Mana gue gak tahu juga harus jalan seberapa jauh... New, lu harus lihat perjuangan gue supaya lu bangun!"

KRASSAAKK...!

Langkah Gulf berhenti begitu saja.

"Duh... Padahal dari tadi gue udah pede bisa masuk hutan. Ni gara-gara bau anyir gue jadi pesimis lagi ah!" Gumam Gulf.

Bau anyir semakin kuat di hidung Gulf. Bukan lagi sosok serigala yang Gulf pikirkan, melainkan kuntilanak yang mengikuti dan mengawasinya. Dan jika begitu, ia harus mengambil kuda-kuda untuk berlari sekencangnya. Tapi, suara hentakan kaki juga ia dengar dan itu semakin dekat. Kuntilanak tidak mungkin berjalan dengan kaki, kan?

Hal itu berhasil membuat detak jantung Gulf yang tadinya tenang, berubah menjadi tidak karuan. Padahal ia tidak sedang berlari atau apapun yang bisa membuat jantung berdetak kencang. Kedua matanya mencoba untuk menyisir ke segala arah untuk waspada meskipun sebenarnya ia takut dengan apa yang tiba-tiba muncul yang entah dari arah mana. Seperti serigala yang muncul saat terakhir kali ia ke hutan.

The Cursed (Werewolf-Omegavers) || S1-TAMAT || S2-To Be Continued... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang