Setelah Ayahnya menyuntikkan obat pereda rasa sakit, Sang Ayah langsung keluar dari ruangan terkutuk yang sudah memakan banyak korban itu.
"Shhh kepala gue" gumam Vitha memegang kepalanya yang terasa berat.
Membuka matanya, tempat yang sama dengan yang terakhir kali dia liat, tapi kali ini cahaya-cahaya dari laptop tidak terlihat apakah itu tandanya dia sudah melewati uji cobanya?.
Sosok Ayahnya juga tidak terlihat. Apakah dia sudah meninggalkan anaknya sendirian ditempat ini.
"Kok hidung gue berdarah lagi" gumamnya saat menyentuh hidungnya terdapat noda berwarna merah yang menempel di tangannya. Mengelapnya dengan baju khusus berwarna biru tua.
Pintu lift terbuka membuat Vitha waspada dan ternyata yang keluar dari situ adalah sosok bundanya.
"Vitha"
"Bunda"
Dua orang itu pun berpelukan guna melepas rindu.
"Bunda gapapa kan?" Tanya Vitha melihat kondisi bundanya, tampak baik dan sehat.
"Bunda gapapa tha, bunda yang harusnya nanya kamu gapapa?"
"Aku gapapa kok bund" jawab Vitha kembali memeluk bundanya.
"Bunda cuman dikasih waktu sama ayah buat ketemu sama kamu cuman 5 menit, bunda harap kamu kuat jalanin ini ya sayang, nanti ada pembantu khusus dilab yang ngasih kamu makan" terang sang bunda mencium kepala Vitha, lalu pergi meninggalkan Vitha kembali dengan tangan yang mengepal, menyuruh Vitha untuk semangat.
Vitha hanya tersenyum melihat bundanya tidak jauh berbeda dari kemarin dimana dia memutuskan untuk pergi dari rumah ini.
"Gue boleh gasih lepas ni kabel-kabel, mana sakit lagi" katanya mencoba untuk mencabut kabel yang ada dikedua tangannya.
Setelah tercabut keluarlah darah segar dari punggung tangannya, Vitha menatap ngeri jarum yang selama ini menusuk ke badannya. Hampir tiga kali lipat lebih besar dari jarum suntik biasanya.
"Buset ni jarum buat gajah bukan buat manusia" ucapnya menggelengkan kepalanya. Tapi yang namanya Vitha dia tidak menghiraukan rasa sakit dan darah yang keluar dari tangannya.
"Vitha kamu sudah baikan? Ayo kita lanjut"
Vitha yang membelakangi pintu lift terkejut melihat sosok Ayah nya kembali lagi.
"Yah disini gaada kamar mandi gitu?" Tanya Vitha.
Ayahnya hanya mendengus mendengar penuturan sang anak. Menekan tombol yang membuat kabel-kabel itu melepaskan diri dari badan Vitha, membuat Vitha menjerit tertahan rasanya kepalanya hampir tercabut, dua jarum yang melekat disamping kiri dan kanan kepalanya di cabut secara bersamaan.
"Cepat 10 menit Vitha" kata Ayahnya.
Setelah selesai dari kamar mandi dia kembali menatap sang Ayah yang menunggu dirinya didepan Laptop.
"Sudah? Silahkan kembali berbaring tha" suruh Sang Ayah.
Vitha kembali menurutinya dan kembali ditusuk oleh jarum-jarum sebesar itu ditempat yang sama.
Ayahnya kembali mendekatinya dengan membawa jarum suntik yang lebih kecil dari yang menusuk sekujur badannya. Menyuntikkan cairan tersebut kebadannya dan belum terjadi reaksi apapun.
Takk....
"Menguji coba ketahanan tubuh di aktifkan"
Suara robot itu lagi membuat Vitha tahu apa yang selanjutnya terjadi kepadanya, kali ini dia tidak pingsan.
Kabel-kabel jarum yang melekat dibadannya kini mulai mengangkatnya dan membuatnya berdiri, kali ini dia bisa bergerak sesukanya, karena ini diluar kontrol ayahnya.
Tiba-tiba dia melihat orang yang selama ini dia sayangi dalam hidupnya membawa pisau dan hampir menusuknya jika tidak menghindar mungkin pisau itu sudah menusuk perutnya.
"BUNDA KENAPA MAU BUNUH VITHA" teriak Vitha menangis menatap sang bunda.
Bundanya tetap diam dan tetap melancarkan serangan terhadap Vitha, membuat beberapa lengan, pipi, leher, rambut tergores pisau tersebut, dan mengeluarkan darah.
"Bunda Vitha gamau bunda terluka gara-gara Vitha"
Vitha tidak melawan karena itu adalah bundanya "bagaimana bisa ini terjadi" batin Vitha.Beberapa serangan dapat dia tangkis dengan sekuat tenaga tanpa melukai sang Bunda. Dan menjauhkan benda tajam itu dari tangan Bundanya.
"Bunda sadar ini Vitha akhhh" teriaknya melemah.
Sia-sia, Vitha mencoba untuk menyadarkan Sang bunda untuk berhenti menyerangnya, malah dia terkena tamparan pada bagian dadanya membuat Vitha sulit bernapas.
...
Sedangkan kini dikediaman Senada. Tisya, Alpha, Delvin dan Ersya sedang mempertanyakan soal keberadaan Vitha pada Sena.
"Bang lu yakin Vitha gaada disini?" Tanya Tisya.
Kenapa dia mengajak Alpha, Delvin dan Ersya? Ya mungkin buat bolos bareng-bareng itu asik.
"Iyalah Sya yakali gue ngumpetin Vitha disini buat apa coba" terang Sena menatap Tisya aneh.
"Kali aja dijadiin koleksi boneka cantik sama lo bang" kata Delvin ngawur sangat.
"Kalo Vitha nya mau udah gue koleksi dari dulu" kata Sena mengikuti permainan nya si Delvin membuat Alpha berdecak.
"Serius nih bang elah" ucap Alpha malas.
"Ck mau banget diseriusin lo Al" sahut Delvin.
"Dih gue ga gay ya ogeb" kata Alpha menoyor kepala Delvin.
"Yang bilang lo gay siapa? firaun dia udah duluan mati Al" Sahut Delvin lagi.
"Ck diem bisa gasih, ingat Vitha kita kesini cari Vitha bukan bahas lo bertiga gay" kesal Tisya.
"Lah kok dihhh" kata Alpha, Delvin dan Ersya bersamaan.
...
Next ga? Komen and vote ya!!!
And yg udah voment makasih bayak...
See you...

KAMU SEDANG MEMBACA
CENTAURUS [END]
FantasyRoman tipis-tipis. Action 99%. Romance 1%. Jika memang dirinya tidak dibiarkan untuk bahagia, lalu mengapa mereka datang untuk mengisi kebahagiaan itu???. Eros, orang pertama yang membuatnya tahu arti kasih sayang dan cinta. Tapi, itu sia-sia. Terny...