Centaurus 17

2.1K 160 0
                                    

Masih di kediaman Sena, kini mereka semua berkumpul diruang tengah untuk membahas posisi Vitha dimana.

"Terakhir nya Vitha ada dimana?" Tanya Sena menatap empat orang yang memakai baju seragam sekolah yang sama.

"Terakhir dikantin bang" jawab Tisya sekenanya.

"Dikantin masa ngilang gitu aja sih Sya" bingung Sena.

"Katanya Vitha dibawa Om-Om" ucap Tisya lagi.

Setelah lama hening, suara seseorang membuat mereka tersadar.

"Mungkin Om-om yang lo maksud itu suruhan ayahnya Vitha" kata orang itu.

Sena yang melihat Jea sudah seperti semula membuatnya khawatir.

"Masa iya sih bang?" Tanya Tisya lagi.
Sedangkan Alpha dkk hanya menyimak.

"Bisa jadi sih yang dibilang Jea, soalnya gue sama Vitha pernah mau dikeroyok anak buah ayahnya" terang Sena membuat Tisya ingat sesuatu.

"Lah iya bener gue juga baru ingat bang, waktu gue pulang sekolah bareng dia gue juga di cegat sama anak buah Ayahnya" ucap Tisya.

"Nah bisa jadi kali ini juga anak buah ayahnya iyakan" ucap Alpha.

"Bisa jadi sih" jawab Sena.

Sedangkan Jea yang sudah duduk disebelah Tisya hanya diam menatap wajah datarnya Ersya.

"Woi lo yang datar" seru Jea kepada Ersya.

"Ngomong kek, jangan kayak patung diam doang". Lanjutnya memakan camilan diatas meja tanpa menatap wajah Ersya.

Sedangkan Ersya hanya sekilas menatap Jea lalu kembali mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Jadi gimana Jea?" Tanya Sena menatap adiknya.

"Lah kok lo nanya gue bang" Jea bingung.

"Kali aja sebelum ada kejadian kek gini, Vitha ada bilang something sama lo?" Jelas Sena sambil memainkan ponselnya.

"Gue lupa" jawab Jea, membuat semua orang yang ada di ruang tamu itu menghela nafas berat.

"Coba kuy kerumah Vitha" saran Delvin menatap semua orang bergantian.

"Gak" jawab Sena dan Jea bersamaan.

"Kenapa?" Tanya Alpha heran melihat raut tegang Sena setelah Delvin mengusulkan hal tersebut.

"Jauh, capek" jawab Jea cepat.

...

Sedangkan kini Vitha mulai tersadar dari pingsannya setelah bermimpi buruk tentang bundanya yang ingin membunuhnya. Apa itu mimpi?.

Masih mencoba mengingat-ingat apa yang sebelumnya terjadi pada dirinya, tapi itu sia-sia karena dia tidak mengingatnya.

"Tha udah sadar?" tanya Ayahnya.

Setelah mendengar suara sang Ayah membuat Vitha tersadar dari lamunannya. Menganggukkan kepala guna menjawab pertanyaan Ayahnya.

"Ayah Vitha kenapa?"

"Kamu belum berhasil melewati uji coba ketahanan Tha" jawab Ayahnya tenang.

"Jadi yang tadi itu benar?" Tanya Vitha lagi tercengang.

"Bunda mau bunuh Vitha?" Sambungnya.

"Maybe yes or not tergantung bagaimana asumsi mu" jawab Ayah nya lagi.

"Yasudah malam ini kamu perlu istirahat yang banyak, karena besok Ayah akan kembali menguji kemampuan mu" sambungnya keluar dari ruangan tersebut.

Vitha menatap kepergian Sang Ayah dengan raut wajah datar.

"Ga waras". Gumamnya.

...

Sore hari, di sebuah kafe kini Jea dan Tisya sedang membicarakan sesuatu hal yang mungkin penting?.

"Jadi di sekolah kalian kesebar berita bahwa Vitha itu dibawa Om-om buat disewa gitu?" Tanya Jea memastikan.

"Hm" jawab Tisya berdehem karena sibuk memakan makanan yang sudah mereka pesan.

Melihat respon dari Tisya hanya biasa saja membuat Jea kesal.

"Jadi siapa pelaku yang buat berita sesat kek gitu?" Tanyanya lagi.

"Carina, tapi udah gue beri peringatan sih" jawab Tisya setelah meneguk makanan yang sudah dikunyahnya.

"Udah di hapus sama dia?"

"Bentar gue tanya dulu". Jawab Tisya mengambil hp yang ada di dalam tas kecilnya.

Menelpon seseorang guna mencari tahu seberapa jauh sudah gosipnya tersebar.

"Masih belom Je" Kata Tisya setelah bertanya kepada seseorang melalu telepon.

"Coba suruh dianya aja kesini"  saran Jea.
Dibalas anggukan oleh Tisya dan melakukan apa yang Jea sarankan.

Setelah menunggu hampir 15 menit untuk kedatangan Carina. Akhirnya penantian itu berbuah manis, dimana Carina datang dengan gaya songongnya memasuki kafe tanpa malu dengan busana ketat dan terbuka, membuat atensi pengunjung disana terpaku pada sosok tersebut.

"Apa lagi?" Tanyanya dengan nada ngegas khasnya, setelah sampai pada tempat duduk Jea dan Tisya.

Melihat penampilah Carina membuat Jea mengerutkan alisnya.
"Sya lu yakin dia masih anak SMA?" Tanya Jea menatap body carina yang beuh super.

Tisya hanya mengangguk kan kepala menjawab pertanyaan Jea. Kemudian menyuruh Carina untuk duduk ditengah-tengah mereka berdua.

"Well Carina, perempuan berambut pirang panjang dengan wajah oval dan mata yang tajam, kencan sana sini, pacaran sama om-om atau pun suami orang, ga masalah yang penting uangnya banyak. Latar belakang keluarga yang abu-abu membuat hidupnya juga hilang kendali. Kebebasan yang diberi orang tuanya salah diartikan olehnya, right?" Tanya Jea menatap Carina yang membeku.

"Darimana lo tau?" Tanyanya.

"Gapenting darimana gue tau, yang penting kalau lo berbuat semau Lo, semua citra baik lo tergantikan oleh kelakuan lo yang selama ini tidak diketahui banyak orang, mau?" Lagi Jea bertanya, auranya sangat mengintimidasi membuat Carina gugup.

"Apa mau lo sih?" Tanyanya masih mencoba mempertahankan egoisme yang dia punya agar tidak dipandang sebelah mata oleh Jea.

"Hapus semua berita gajelas tentang Vitha" kata Jea tenang.

"Gajelas gimana orang itu faktanya" sahut Carina dengan bodohnya.

Jea tersenyum mendengar celetukan bodoh dari Carina. Menunjukkan layar hpnya yang terdapat Video Carina yang sedang berjalan masuk kedalam ruangan khusus untuk para wanita yang ingin menggugurkan kandungannya (aborsi).

"Oke fine orang-orang bakal tau sesering apa seorang Carina Vela menggugurkan kandungan nya" kata Jea dengan Smirknya.

"Oke-oke gue hapus".

...

Next?

CENTAURUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang