Rencana Gila Nisa (Revisi)

394 25 0
                                    

1. RENCANA GILA NISA


***

Raka sedang menonton sebuah acara di TV saat Nisa keluar dari kamar dengan keadaan lebih baik dari sebelumnya. Padahal belum lama Raka menyaksikan isak tangis pedih wanita itu.

"Sayang? Sini, nonton bareng.." Nisa tersenyum manis menanggapi ajakan suaminya. Ia melangkah mendekat, tapi tidak duduk. Ia hanya berdiri dengan senyum manis di hadapan Raka.

"Aku ke minimarket sebentar, kita perlu camilan untuk nonton bareng."

Raka senang bukan main melihat Nisa tersenyum cerah lagi. Sangat cantik, isterinya itu sangat cantik kalau sedang tersenyum. "Aku antar ya?" Tawarnya. Ia khawatir istrinya belum pulih benar dari rasa sedih.

"Nggak usah, aku cuma sebentar kok. Oh ya, kamu mau nitip minum apa? Minuman kamu di kulkas abis, Pa."

"Apa aja, sayang. Kamu hati-hati ya?" Nisa menggangguk, lalu mencium sebelah kiri pipi Raka sebelum pergi.

"Aku nggak lama kok, tunggu ya."

Raka mengangguk. Menatap kepergian Nisa dengan perasaan was-was. Isterinya tidak sedang merencanakan sesuatu kan?

Raka menggelengkan kepalanya, mencoba berfikir positif. Ya, ia harus percaya pada istrinya.

Film yang sedang di tontonnya mulai seru. Biasa, film barat memang lebih sering memacu adrenalin. Raka semakin terbawa alur sampai-sampai berjengit kaget saat mendengar bunyi bel beruntun.

"Siapa sih yang pencet bel seperti itu?" Gumamnya heran.

Ting tong.. Ting tong.. Ting tong.. !!

"Iya sabar...!" Raka segera menjangkau pintu dengan geram. Dasar tamu tidak sabaran!

Ting..

Ceklekk.. "Sab-,..?" Berkali-kali Raka mengerjapkan matanya, meyakinkan apa yang dilihatnya saat ini nyata. "Tara?"

Gadis di hadapan Raka balik menatapnya datar. "Nisa ada?" Todongnya tanpa basa-basi. Khas Tarasha Athena.

"Lagi ke minimarmet, masuk dulu yuk.." Raka masih belum bisa menutupi keterkejutannya meski gadis itu telah melenggang masuk, melintasi ruang tamu dan duduk anggun disofa, tepat di tempat ia tadi duduk menonton TV.

"Tumben, kesini nggak bilang-bilang?"

Tara mendesah pelan, lalu menarik toples berisi keripik singkong di meja yang ada dihadapannya. "Kalian ada masalah apa lagi sih? Nggak capek apa, hidup kok ribet banget!"

Raka hanya menggeleng pelan di tempatnya. Gadis itu masih sama seperti dulu, tidak berubah sama sekali. Sangat ketus padanya. "Kalau nggak mau pusing, kenapa capek-capek kesini? Jauh kan dari Jaksel ke Bogor?"

"Capek sih, kalau nggak sayang sama Nisa juga males deh!"

"Kamu kurusan.. Lagi diet?"

Tara mendelik saat melihat mata Raka tertuju padanya penuh makna. Secepat kilat ia membuang wajah, malas bertatap mata terlalu lama dengan Raka. Lelaki itu sedang menyebalkan jika mulai mengamatinya seperti ini.

"Lihat tuh, lengan kamu lebih kecil dari tiga  bulan lalu."

Tuh kan? Tara sudah bisa menebak, Raka memang mengamati tubuhnya.

Ini bukan hal  asing lagi, Raka memang selalu melakukanya. Mengamati semua perubahan Tara bahkan sejak mereka masih SMP. Padahal, cewek itu selalu sensitif jika di komen tentang perubahan tubuhnya.

"Jangan diet, Ra. Kamu jelek kalau kurus, kalau salah metode diet kamu juga bahaya, bisa sakit juga lho kamu-,"

"Iya ih! Diem, aku nggak diet!" Jawab Tara sebal. Ia tak habis pikir, kenapa Nisa betah dengan manusia cerewet satu itu.

SALAH RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang