Cobaan atau... [REVISI]

207 25 0
                                    

2. COBAAN ATAU...?

***

Hidup segan mati tak mau. Mungkin peribahasa itu sangat cocok digunakan untuk Tara sekarang.

Sejak menolak permintaan Nisa, hampir satu bulan ini hidupnya malah semakin hampa. Adiknya Dana, yang dua tahun lebih muda darinya  sudah menikah dan punya anak, teman-temannya sudah berkeluarga, hanya dirinya sepertinya yang masih berusaha meluluhkan hati Tama yang malah semakin keras saja.

Tara pusing, tiga bulan lagi dia ulang tahun ke 29. Tapi kemarin dia malah memergoki Tama dengan perempuan lain sedang fitting baju pengantin.

Lhaa gaun indah rancangannya saja belum pernah di pakai. Tama kok malah sibuk bikin baju lagi dengan perempuan lain?

Apa sih mau laki-laki itu?

"Tama sialan! Aku harus gimana sebenarnya? Kenapa nggak kamu putusin aja pertunangan kita, aku nggak sanggup kalau aku yang harus melakukannya.." Lirih Tara frustasi. Kalau sudah cinta memang apa mau dikata, sudah disakiti tetap juga berat mau melepasnya.

Dinda yang melihat bos nya terus-terusan galau ikut merasa sedih. Walaupun tidak punya pacar, membayangkan diselingkuhi kekasih pasti sakit sekali rasanya.

"Mbak, kalau saran saya mending mbak cari cowok lain aja deh mbak." Cicitnya ragu, namun melihat Tara yang diam saja membuat Dinda berpikir Tara tidak masalah  mendengar nasihatnya.

"Mas Tama memang ganteng dan baik mbak, tapi kalau nggak baik buat mbak? Buat apa? Jodoh itu rahasia tuhan mbak, kita nggak bisa paksain. Kalau Mas Tama nya tetap kekeuh dengan pacar rahasianya itu, mbak mending sama yang lain aja deh. Siapa tahu, mbak malah bahagia." Dinda menghela nafas lega, akhirnya tersampaikan juga kosa kata yang tadi tersusun diotaknya.

Tara melirik Dinda dengan kening terangkat sebelah. "Menurut kamu begitu?"

"Hehehe, iya mbak." Cicit Dinda lagi.

"Memangnya laki-laki yang gimana yang cocok sama saya? Kamu ada pandangan?"

Dinda langsung bersemangat. "Yang kayak Mas Raka itu loh mbak! Baik, pengertian, sayang sama mbak, sabar menghadapi mbak, bahkan dia udah paham gimana mbak." Dinda bicara panjang lebar tentang Raka, karena ia sendiri pernah bertemu laki-laki itu. Raka pernah beberapa kali datang ke butik.  Beberapa kali menjemput Nisa,  kadang juga mengantar bos nya sendiri seperti beberapa minggu lalu.

"Lalu, dimana ada orang yang seperti Raka?"

"Nggak tahu mbak, he he he.."

Di balik senyum lirihnya, ingin sekali Tara memukul kepala Dinda.

***

Dinda merasa badannya panas dingin. Niat awal ingin menasehati, ia malah terjebak dengan bosnya di tempat menyeramkan saat ini.

"Mbak.. saya takut mbak, ini kita mau kemana sih kok kayak hutan begini?"

Tara mendengus. Ia juga takut, makanya mengajak Dinda. Tapi dia juga penasaran, apa yang dilakukan Tama di daerah sepi seperti hutan ini? Dengan membawa Andi adiknya, dan Pras sepupunya.

Ketiganya terlihat rapi dengan kemeja batik dan celana bahan, Andi juga terlihat membawa sesuatu seperti bingkisan saat ia melihat mereka hendak masuk ke dalam mobil.

Tara sangat penasaran sehingga mengikuti mereka, salah sendiri tadi ia melihat ketiganya saat ia dan Dinda hendak pulang menuju apartement. Matanya sangat jeli jika berurusan dengan Tama.

Tama, Andi dan Pras terlihat berhenti di depan sebuah rumah, yang lebih bersih dari rumah lainnya. Lalu seorang pria dan wanita paruh baya menyambut hangat ketiganya.

SALAH RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang