9. Menggila [Revisi]

351 22 0
                                    

9. MENGGILA

***

Tara berasal dari keluarga yang sederhana, sama seperti dirinya. Tapi Raka tidak tahu selama ini Tara bekerja cukup keras. Gedung Apartement yang sedang ia kunjungi contohnya, perlu budget yang tidak sedikit untuk memilikinya. Adiknya saja yang berprofesi sebagai model, belum pernah membeli aset berharga selain mobil. Lava juga boros bukan main, mungkin itu juga yang menjadi masalahnya.

"Kamu mau mandi? Tapi nggak ada ganti, nggak ada baju laki-laki disini."

Raka tersenyum menggoda. "Tama.. nggak pernah ninggalin bajunya disini?"

Tara melengos pergi tanpa menjawab. Jangankan meninggalkan baju, masuk kemari saja belum pernah! Gerutu Tara dalam hati.

Tara memutuskan mandi lebih dulu. Membiarkan Raka menjelajah bebas semua ruangannya, biar saja, tidak ada hal yang perlu ia tutupi dari Raka.

Senyum Raka terukir lebar saat Tara menutup pintu kamar mandi. Buru-buru ia keluar dari apartement dan kembali ke mobilnya. Ia mengambil dan menyiapkan kue Tar kecil yang tadi sempat di belinya sebelum datang ke butik Tara.

Begitu semua siap, dengan sedikit salah tingkah Raka berdiri menunggu tepat didepan kamar mandi. Jantungnya berdebar menunggu Tara membuka pintu.

Tara sudah selesai mandi dan mengenakan pakaian di dalam kamar mandi. Keusilan Raka selalu tidak terduga, ia harus berhati-hati bagaimana pun keadaannya.

Ceklek..

"Ka, aku udah sel-,.."

"Happy birthday ..."

Tara terpana ditempatnya. Raka berdiri dengan kue mungil ditangannya yang telah tertancap lilin berapi kecil. Suasana kamar berubah remang, sepertinya Raka sengaja mematikannya hingga hanya ada cahaya lilin dan sorot lampu dari kamar mandi yang menerangi mereka.

"... to you..
Happy birthday to you.."

Suara berat milik Raka mengalun indah dalam indera pendengaran Tara. Begitu tulus dlnan teduh tatapan lelaki itu padanya membuat Tara membeku. Ia bahkan lupa dirinya ulang tahun hari ini.

"Happy birthday... happy birthday...
Happy birthday.. Tara..."

"R-Raka?" Ini diluar dugaan. Tidak pernah terbayangkan Tara akan melewati moment semanis ini bersama orang yang sudah ia cap paling menyebalkan didunia. Orang yang pernah Tara kecualikan sebagai untuk ia berikan hatinya.

"Happy birthday, Ra. Make a wish dulu terus tiup lilinnya." Titah Raka lembut. Matanya menatap Tara begitu lembut.

Tara menurut. Dengan sedikit gugup, ia mendekat pada Raka.

Raka mensejajarkan kue di tangannya dengan wajah Tara. Lilinnya menerangi Tara, dan ketika gadis itu membuka mata, baranya juga bisa ia lihat di manik cokelat gadis itu.

Tara meniup lilinnya. Menyisakan kegelapan diantara hening. "Terimakasih, Raka."

"Kado buat aku mana?"

"Kado? Kan aku yang ulang tahun?" Tanya Tara bingung.

Raka tersenyum evil. Di letakkan kue tar mungil itu di atas nakas. Lalu ia kembali berdiri tepat dihadapan Tara.

Meski Raka seolah siap menerkamnya kapan pun, jangan pernah berfikir Tara akan  melangkah mundur atau merasa terancam. Ia tetap tidak selemah itu.

"Aku juga mau hadiah, Ra. Kalau kado untuk 29 tahunmu adalah aku, mau kah kamu menjadi kado untukku malam ini?" Bisik Raka sensual, tepat ditelinga kiri Tara.

SALAH RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang