***Tara mengusap kasar air matanya begitu keluar dari mobil. Mau ditahan baganapun, ia tetap menangis. Emosi bercampur rasa takut benar-benar membuatnya kacau. Raka benar-benar luar biasa hebat bisa mengacaukannya sejak dulu.
Tara melirik kanan dan kiri sebelum memasuki lift. Bangunan itu telah sepi. Tentu saja, jam bekerja telah berakhir sejak pukul 4.30 sore tadi. Karyawan yang lembur pun pasti hanya berada dibiliknya, bukan berkeliaran kemana-mana.
Ting...
Begitu pintu lift terbuka, suasana remang di lantai 5 menyambut Tara. Dengan sedikit gemetar, Tara bergegas menuju ruangan Raka berada.
Ceklek..
"Selamat datang.. Tara?!" Sapa Raka, sebagai sambutan manis kepada wanita itu.
Tara masih tetap berdiri ditempatnya, belum ingin beranjak dari pintu. Ia perhatikan pakaian Raka yang masih sama seperti siang tadi saat mereka bertemu.
"Mau aku yang paksa kamu masuk, atau kamu jalan sendiri kemari dan kunci pintunya?" Titah Raka, atau mungkin lebih cocok disebut perintah.
Tara mengerjab beberapa kali, tersadar dari lamunannya. Dihelanya nafas perlahan, sebelum menutup pintu dan membuatnya terkunci dengan sadar. Malam ini, ia tidak akan berakhir mudah.
Sedikit kekuatannya yang masih tersisa, ia gunakan untuk melangkah menuju Raka.
"Kamu keterlaluan kali ini." Ucapnya dengan nafas tercekat. Hanya dengan mengingat tangisan Dinda siang tadi, kemarahannya kembali menguar naik.
"Hey, kita sudah belasan tahun saling mengenal kan? Saya bisa melakukannya, tentu kamu tahu apa penyebabnya, right?" Balas Raka santai. Tanpa beban sama sekali. "Jadi, apa yang kamu sembunyikan dari saya? Apa rencana kamu sebenarnya?"
"Itu bukan urusan kamu!" Sentak Tara tajam.
"Oh ya? Kamu yakin begitu?"
Raka mempersempit jarak mereka dengan seringai tajamnya, membuat Tara melangkah mundur ketakutan. "Raka, jangan main-main!"
"No! Saya serius, Ra. Sangat! Saya bisa lakukan apapun untuk merusak rencana kamu itu, saya rasa.. saya sudah terlalu membiarkanmu bertindak semaunya!" Raka tidak peduli wanita dihadapannya menangis, hal itu malah membuatnya semakin yakin bahwa Tara memang memiliki sesuatu yang disembunyikan dibelakangnya.
"Ra? Haruskah saya yang mencari tahu ini sendiri?" Pancing Raka lagi. Namun Tara, sekali lagi malah berhasil memancing egonya.
"Silahkan! Cari saja apapun yang kamu mau! Aku nggak punya apapun untuk disembunyikan!"
Raka mendekat dan menarik kasar Tara dalam pelukannya. Erat. Sangat erat sampai Tara merasa sesak. "Mau kamu apa sih, Ra?" Bisik Raka lemah. Berbanding terbalik dengan tenaganya yang mendekap Tara semakin kuat. "Aku selalu nggak bisa nebak isi kepala kamu, aku nggak paham apa yang harus aku lakukan supaya nggak terlihat salah dimata kamu, Ra. Kamu sendiri nggak pernah mau jelasin apa salahku, sampai kamu perlakukan aku seperti ini."
Dalam pelukan Raka, Tara meringis pilu. Ia menggigit bibirnya hingga rasa anyir terasa. "Itu cuma perasaan kamu, disini kamu yang berlebihan!" Tegas Tara dengan suara seraknya.
Raka melepaskan pelukannya. Menatap Tara tak percaya. "Apa kamu bilang?"
"Kamu yang berlebihan!" Ulang Tara lagi. Lebih keras dari sebelumnya.
"Kamu yang sengaja buat aku kebingungan, pergi saat sedang hamil, supaya aku nggak berhenti mikirin kamu kan? Supaya otak saya penuh dengan kamu, kamu dan kamu! Dan sekarang kamu bilang saya yang berlebihan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
SALAH RASA
Storie d'amoreRasa cinta bisa membuat dunia kita lebih berwarna. Tapi kalau jatuhnya pada orang yang salah, apakah cinta akan tetap indah? #27 Oktober 2021