29. Pulang [Revisi]

113 13 0
                                    

***

Jakarta, 2 tahun kemudian...

***

Dinda tak henti-hentinya berceloteh sepanjang turun dari bandara. Mengomentari banyak hal di Jakarta yang masih sama setelah kepergiannya ke Paris. Termasuk macetnya jalanan yang sedang mereka lalui.

"Haaahhh.. Dinda mau makan Karedok abang perempatan mbak nanti sore! Mbak Tara juga mau kan?"

"Hm.." Tara hanya bergumam pelan membalas ocehan Dinda.

"Dinda juga mau makan siomay, huhhh kangen banget sama siomaynya mang Ujang mbak!"

"Hm.."

"Oh iya, Mbak kan udah janji. Dinda boleh numpang di apartement sampai Dinda dapat kost baru. Jangan tiba-tiba usir Dinda yaa nanti!"

"Iyaa.." Tara kembali menatap pemandangan kota melalui jendela. Perasaannya saat ini tidak bisa dijelaskan. Rasanya terlalu menyesakkan jika mengingat lagi ia telah melepaskan salah satu anaknya.

Tara sudah melahirkan. Dua bulan tepat setelah kepulangan Raka. Ia sengaja tidak memberitahu Raka jadwal melahirkannya. Ia juga tidak pernah spesifik memberitahu Raka  tentang usia kandungannya selama hamil. Hanya ada Dinda dan Charles yang menemaninya, menguatkannya pada masa itu. Bahkan Charles juga ikut menginap selama beberapa hari dirumah sakit.

Kaisar Andra Dinata dan Kaila Athena Adam. Dua bayi dengan jenis kelamin berbeda namun keduanya sama-sama sangat mirip Raka. Hanya mata keduanya yang mewarisi milik Tara.

Tara memberitahukan kelahiran Kaisar setelah mereka pulang dari rumah sakit.

Tara juga pindah tempat tinggal, takut Raka kembali datang dan menemukan anaknya bukan hanya satu melainkan dua.

Tara tidak mengizinkan Raka berkunjung, begitupun dengan Nisa. Tara hanya meminta waktu 6 bulan untuk menyusui Kaisar, lalu mempersilahkan Raka dan Nisa membawanya setelah itu.

Raka dan Nisa setuju. Meski awalnya tidak, sehingga Nisa harus terus membujuk suaminya hingga luluh. Nisa sangat menyayangi Tara, maka dari itu ia benar-benar menghargai apapun keputusan Tara, apalagi Tara juga sedang  membantunya.

Bahkan Tara menyerahkan Kaisar di Bandara. Ia benar-benar tidak ingin Nisa dan Raka tahu tempat tinggalnya. Tara tidak akan pernah lupa betapa menyakitkannya moment itu, dimana Kaisar menangis kencang dan ia malah berlari menjauh. Sebab, Tara tidak yakin sanggup melepaskan jika tetap lama berada disana.

Setelah kepergian Kaisar, Kaila mengalami demam beberapa hari. Tara tidak tahu apakah ini karena perpisahannya dengan saudara kembarnya atau karena mamanya juga sedang dalam keadaan sedih dan kacau. Kaila lebih sering rewel sejak hari itu. Namun, semuanya tidak bertahan lama. Perlahan, mereka terbiasa. Kaila dan Dinda, mulai bisa  tanpa kehadiran Kaisar. Tapi tidak dengan Tara, setiap malam ia masih sering menangis. Setiap hari Dinda masih mendapati dirinya melamun.

Setiap hari ia bertanya-tanya, bagaimana jika dalam waktu lama Nisa dan Raka tidak memiliki anak juga? Atau bagaimana jika Nisa dan Raka memang tidak bisa memiliki keturunan?

Semua pertanyaan-pertanyaan itu semakin membuat Tara kacau. Sesuai permintaannya pada Tama, Tara meminta lelaki itu mengadopsi Kaila sebagai putrinya. Tama telah membereskan semua berkasnya, bahkan Kaila telah ikut pulang bersama Tama satu minggu yang lalu. Lelaki itu sangat pandai mengambil hati Kaila, sehingga bocah kecil itu begitu antusias saat Tama mengajaknya. Tidak peduli jika Mamanya  masih tertinggal di Paris.

***

Di rooftop kediaman Raka, dua gelas teh hangat dan beberapa camilan tersedia diatas meja. Pada senja kali ini, keluarga kecil itu merayakan hari ulang tahun Nisa yang ke 32.

Betapa Raka sangat bersyukur kepada tuhan, setelah kehadiran Kaisar, keluarga kecilnya begitu damai dan bahagia. Tidak ada lagi orang tua yang menuntut cucu, tidak ada lagi isterinya yang tertekan dan bersedih, hanya ada banyak canda tawa dan rasa syukur.

Kaisar Andra Dinata. Putranya sangat tampan cerdas. Sangat aktif hingga kadang membuat Nisa kwalahan, namun wanita itu malah begitu senang. Ia dan Nisa saling berbagi tugas dalam menjaga Kaisar. Raka sendiri tidak paham, awalnya ia tidak begitu menginginkan anak. Ia tidak suka dengan anak kecil. Namun sejak mengetahui Tara mengandung, hingga lahir lah Kaisar, Raka selalu antusias untuk bertemu bayi itu.

Menemaninya, menjaganya, mengajarinya mengucapkan kata, berjalan, bernyanyi, dan banyak hal lain yang begitu antusias untuk ia lakukan bersama Kai dan Nisa.

Raka melupakan kekecewaannya pada Tara yang tidak mau ikut pulang saat menyerahkan Kai. Dan Tara meminta perceraian hari itu juga. Bahkan ia dengar Tara dan Tama sudah menikah dan memiliki anak sekarang. Padahal, dulu ia sempat berharap Tara ikut bergabung menemani pertumbuhan Kai meski mereka tidak lagi menjadi suami isteri.

"Papa, mikirin apa?"

"Papapaaa.." Kai ikut berceloteh mengikuti ucapan Nisa.

Raka terkekeh dan menggeleng pelan. Di letakkan ponselnya diatas meja,  postingan Dinda masih terlihat disana. Dimana ada gambar Tara sedang melamun menatap jalanan.

"Tara pulang hari ini.." Ujar Nisa semangat. "Aku nggak sabar pengen ketemu, kangen banget. Tapi dia belum kabarin sih mau ketemu dimana.."

Raka ambil alih Kai dalam gendongannya. "Oh ya? Mau kasih kamu kejutan?"

"Hehehee.. Aku minta Tara, kadonya dia pulang ke Indonesia." Nisa tersenyum penuh  semangat. Membayangkan kedatangan sahabatnya lalu mereka akan berpelukan erat seperti teletubis.

"Dia mau?" Tanya Raka tak percaya.

"Mau dong, dia setuju! Makanya hari ini pulang."

"Hmm.. Baguslah..."

Nisa mengernyit melihat suaminya berubah lesu. "Papa kenapa sih? Mamanya Kai mau datang loh ini?"

"Hm..."

Raka ingin memaksakan senyumnya, tapi malah raut kecut yang keluar. Di tatapnya Kai yang juga sedang menatap dirinya. 'Apakah kamu juga merindukan mama mu nak?'

***

SALAH RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang