34 : Udah nggak flu?

87 8 0
                                    

Malam ini malam jumat. Setelah menyelesaikan bacaan Al-Kahf 110 ayatnya, Maira merebahkan diri ke tempat tidur. Di sebelah kanannya secara berurutan ada Fla dan Chiko. Namun Kak Abel masih sibuk mengerjakan sesuatu di meja kerjanya. Sedangkan Chiko tidur di keranjang bayi sebelah tempat tidur.

“Oekk… oekk… ”

Maira langsung menghampiri Chiko saat mendengar suara tangisan bayi itu. Begitu pula dengan Kak Abel. Dalam penerangan kamar yang remang, Maira bisa melihat Kak Abel sedang mengecek kondisi bayinya.

“Chiko kenapa, Kak?”

“Pipis, Mai.”

“Popoknya di mana, Kak? Biar aku yang ambilin.”

“Di atas lemari pakaiannya Chiko, Mai. Sama ambilin keranjang kecil warna birunya itu ya?” Di sela menenangkan Chiko, Kak Abel menunjuk ke arah lemari pakaian Chiko. Maira mengangguk dan mengambilkan semua perlengkapan bayi yang ditunjuk Kak Abel dan ia berikan ke wanita muda itu.

Maira tak sedikit pun melepaskan pandangan dari gerak-gerik Kak Abel yang sedang mengganti popok Chiko yang basah dengan telaten. Chiko sudah pipis di popoknya. Makanya bayi itu menangis karena merasa tidak nyaman.

Ya iya di popoknya. Ya masa Chiko ke kamar mandi sendiri?!

Setelah selesai, Chiko masih juga menangis. Bayi itu juga tidak mau disusui. “Kayaknya Chiko pengen sama Deva deh, Mai. Dia sering kayak gini soalnya.”

“Radeva jam segini udah tidur belum, Kak?”

Kak Abel terdiam sejenak. “Ini hari jumat, 'kan? Deva biasanya gak tidur, Mai.”

Maira yang tak tega melihat Fla terus menggeliat karena terganggu dan Kak Abel yang sibuk bekerja, akhirnya memutuskan untuk membawa Chiko bertemu Radeva. Sesuai dengan saran Kak Abel.

Tok tok tok

Maira mengetuk pintu kamar Radeva. Beberapa kali ia juga berusaha menenangkan bayi di dalam gendongannya.

“Sebentar,” sahut Radeva dari dalam. Beberapa detik kemudian pintu pun terbuka. Menampilkan sosok pemuda tampan dengan baju rumahan dan rambut yang basah.

Radeva mengernyit. “Maira?”

Maira menunduk. “Dari tadi Chiko nangis. Kata Kak Abel, kayaknya dia pengen sama kamu.”

Radeva mengambil alih Chiko ke gendongannya dan diciumnya lembut bayi itu. “Utututuu… kenapa nangis, Nak?”

Karena Chiko tak juga berhenti menangis, Radeva dan Maira memutuskan untuk ke ruang tengah. Radeva menyalakan beberapa lampu ruang tengah agar tidak gelap gulita. Ya kali dia sama Maira gelap-gelapan.

Radeva menidurkan Chiko ke kasur lantai tebal yang mereka tempati sambil ditepuk-tepuk lembut pantat bayi itu. Perlahan tangis Chiko mulai mereda.

“Chiko kenapa, Dev?”

“Mungkin dia bosen tiduran di keranjangnya terus, Mai.”

Maira manggut-manggut. “Udah gak flu?”

“Alhamdulillah udah nggak, Mai. Btw, kamu gak tidur?”

“Belum ngantuk. Kamu sendiri?”

“Sama.”

Maira terdiam menatap betapa lucunya bayi yang sedang tidur sambil terus menggeliat di depannya dan Radeva. Diusapnya lembut pipi tembam bayi itu.

“Kamu pengen punya anak juga, Mai?”

Maira melotot.

Belum sempat melayangkan protes, Radeva lebih dulu melanjutkan kalimatnya. “Kamu udah cocok jadi Bunda muda kok. Kurang suami aja kayaknya,” kekeh cowok itu membuat Maira semakin melotot.

Romansa Cakrawala ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang