32 : Arshaka Gafi Haritsah

78 7 0
                                    

Tak sampai lima menit mereka berdua sampai di sebuah tempat dengan gapura besar bertuliskan ‘Tempat Pemakaman Umum.’

“Wudhu kamu belum batal 'kan, Mai?” tanya Radeva sambil melepas seat-belt nya lalu mengambil dua bunga mawar putih yang sempat mereka beli di perjalanan tadi.

Maira menggeleng. “Wudhu mu juga belum batal, 'kan?”

“Belum, Mai.”

Mereka turun dari mobil dan masuk ke tempat yang asri itu dan membaca doa dalam hati secara bersamaan.
السَّلامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنينَ وَأتاكُمْ ما تُوعَدُونَ غَداً مُؤَجَّلُونَ وَإنَّا إنْ شاءَ اللَّهُ بِكُمْ لاحقُونَ. أَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ اَلَّذِي لآ إِلَهَ إِلَّا هُوَ اْلحَيُّ اْلقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ.“ [*]

Langkah keduanya pun berhenti di sebuah kuburan dengan nisan bertuliskan ‘Arshaka Gafi Haritsah bin Habibie Haritsah.’

Maira dan Radeva duduk bersisian di sisi kanan kuburan, mereka duduk menghadap ke arah kiblat. “Assalamualaikum, Kak Gafi,” salam Maira.

“Assalamualaikum, Bang,” salam Radeva.

Keduanya menyiramkan sebotol air bersih ke kuburan Gafi yang ditumbuhi rumput hijau dengan rapi itu, lalu meletakkan dua kuntum mawar putih di dekat nisannya. Baru setelah itu mereka membaca surah Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, dan doa ziarah kubur, mendoakan yang terbaik untuk sang ahli kubur.

“Aamiin… ”

Maira mengusap pelan nisan dari keramik hitam yang diukirkan nama lengkap Gafi di sana. Gadis itu tersenyum saat tangan kirinya merasakan tanah kuburan Gafi yang selalu dingin, terasa sejuk saat disentuhnya.

“Kak, Kakak yang tenang ya di sana? Semoga Kak Gafi ditempatkan di tempat yang terbaik sama Allah. Kak Gafiㅡ”

Maira langsung diam tertunduk. Tenggorokannya terasa seperti tercekat. Sulit untuknya melanjutkan kalimatnya lagi. Semasa kecilnya, Gafi seolah menjadi kakak yang baik untuknya. Bahkan bisa Maira katakan kalau Gafi jauh lebih peduli padanya dibanding Kakak kandungnya sendiri.

Radeva terdiam. Samar-samar bisa ia dengar nada suara Maira yang terluka. Sesaat cowok itu mengerjap saat tak sengaja melihat tangan Maira yang terluka. Sejak dulu ia dan Gafi tau kalau Maira tak pernah baik-baik saja. Gadis itu menutup lukanya dengan sangat sempurna. Jadi tak heran kalau sejak dulu Gafi benar-benar bertekad selalu menjaga gadis itu.

“Mai… ”

“Dulu, Kak Gafi pernah cerita tentang harapannya dia ke kamu.”

Maira diam menunggu.

Radeva menunduk menatap gundukan tanah di depan mereka. “Dia bilang, apapun yang terjadi di hidup kamu, kamu harus kuat. Kamu harus jadi perempuan yang baik, yang bisa selalu jaga diri, jaga marwah.”

“Jadi perempuan yang baik ke semua orang sekalipun orang itu jahat sama kamu. Yang bermanfaat buat semua orang sekalipun orang itu benci sama kamu. Kamu juga udah mulai dewasa, kamu tau mana yang bener mana yang salah. Jangan sampai dunia membutakan kamu. Dia percaya sama kamu, Mai.”

Di balik kacamatanya, Maira menyembunyikan kedua matanya yang berkaca-kaca.

Radeva kembali melanjutkan kalimatnya. “Dia sayang sama kamu, Mai. Dia bahkan udah rencana ngelamar kamu kalo kamu udah cukup umur.”

Romansa Cakrawala ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang