44 : Temenin aku makan

66 9 0
                                    

“MAIRAAAA!!!”

Anak-anak A-7 berlari berhamburan menghampiri Maira dan langsung memeluk gadis itu. Mereka langsung membawa Maira ke ruang tengah resort, menyelimuti, dan memberi teh hangat untuk gadis itu.

Mereka tau kalau Maira sedang kedinginan, tenggorokan gadis itu pasti sakit dan Maira akan susah untuk berbicara.

“Nihh minum duluu.”

Naya membenahi jaket serta selimut yang membungkus hangat tubuh Maira. “Lo nyasar ke mana aja, Mai?”

“Lo ilang sama Nino tapi dia kagak macem-macem kan sama lo?” sela Riri mulai heboh.

“Gue ngga papa,” balas Maira menggunakan bahasa isyarat dengan tangannya. Semua paham.

Dari arah lain, Altair datang membelah kerumunan. “Kalian jangan ngerubungi Maira kayak gini dong, Sayang-Sayangnya Altair. Nanti Maira nggak bisa napas.”

“Idihh!”

Altair tertawa. “Sana pada kumpul di halaman aja. Mayan noh banyak makanan,” usirnya pada teman-teman perempuan di kelasnya yang akhirnya mulai membubarkan diri.

Benar kata Altair.

Kasihan kalau Maira jadi merasa sesak.

Setelah kerumuman anak-anak perempuan sudah pecah, Altair menghampiri Maira dan duduk di sofa kosong sebelah gadis itu. Cukup menciptakan jarak, tentu saja.

“Mai, lo mau makan apa?” tanya Altair.

“Apa aja, yang penting hangat,” ucap Maira pelan. Suaranya sudah mulai kembali.

“Yang hangat-hangat itu kayak pelukannya suami ke istrinya gitu?? Duh kalo itu sih gue belum bisa kasih, Mai. Kan kita masih haramㅡtapi apa halalin sekarㅡawh!!”

Altair langsung meringis dan refleks menatap Riri yang barusan menabok lengannya.

“Sakit atuh, Ri.”

Riri berdecak. “Lo kalo mau gombalin Maira pas di depannya Nino sana!”

Altair tertawa. “Mundur aja deh gue.”

Malamnya…

Di saat kebanyakan anak-anak A-7 sudah tidur, Maira dan Riri justru tak bisa tidur. Mereka berdua akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi resort. Saat melewati halaman belakang, terlihat ada Nino dan teman-teman yang lain sedang berenang. Oh ya, minus Radeva.

“Dasar tidak ingat waktu,” gumam Maira saat Nino tersenyum sembari melambaikan tangan ke arahnya.

Tak hanya anak-anak cowok yang ada di halaman belakang resort itu. Tapi juga ada Bel, Pat, dan beberapa teman perempuan yang sedang sibuk membakar sosis-sosis di sana.

“Loh Mai, Ri, kok belum tidur?” tanya Bel. Maira dan Riri hanya tersenyum, lalu kompak menggeleng.

“Sini sinii!” ajak Pat.

Maira dan Riri pun duduk di karpet tebal yang ada di dekat Bel yang sedang sibuk dengan grill nya.

“Lo udah enakan, Mai?”

“Alhamdulillah.”

“Maira mau sosis sama apa lagi? Jamur? Daging? Apa dua-duanya?” tanya Bel sambil mengambilkan piring untuk Maira.

“Jamur aja, Bel.”

“Okee.”

“Duh jadi ngga enak,” canda Maira tapi sambil menerima piring dari Bel. Bel terkekeh.

Romansa Cakrawala ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang