56 : Campur aduk

57 9 0
                                    

Day 2 Ta’aruf

Sama seperti kemarin, hari ini Maira, Reyhan, Alif, Lia, dan Ara bertemu lagi untuk memberi waktu Maira dan Reyhan saling mengenal lebih jauh.

Day 3…

Day 4…

Day 5…

Day 6…

Tak terasa lima hari sudah berlalu. Di hari keenam ini Maira dan Reyhan dijadwalkan tidak bertemu secara langsung. Keduanya diberi waktu sendiri untuk memantapkan hati.

02.55 a.m.

Maira mengakhiri shalat malamnya dengan berdoa. Kedua kelopak matanya terpejam rapat. Bulir demi bulir air mata mengalir membasahi pipinya. Sejauh ini, ia terus berusaha memantapkan hati. Sekarang ia yakin dengan sesuatu, ia harus segera mengambil keputusan.

Di sisi lain, Reyhan membaca kitab-kitab tafsir di rak meja kerjanya. Tiba-tiba ia teringat Maira. Reyhan menutup kitabnya dan mengusap-usap wajahnya kasar. “Astaghfirullah… ”

Tok tok tok

Reyhan bangkit dari duduknya dan membuka pintu kamar.

“Ayah?”

Khalif tersenyum. “Udah bangun apa belum tidur?” tanya pria itu dengan hangat.

Reyhan tersenyum dan mempersilahkan Ayahnya masuk. Mereka duduk di tepi ranjang. “Udah bangun, Yah.”

Khalif manggut-manggut. “Gimana perkenalanmu dengan Maira? Udah putusin lanjut ke nikah atau engga?” tanyanya.

Reyhan menggeleng. “Belum tau, Yah.”

Khalif tersenyum. “Apa Maira mencintai laki-laki lain?”

Reyhan terdiam.

“Kalau ada laki-laki lain yang dicintai Maira, apa kamu bisa ikhlas lepas dia, Nak?” tanya Khalif lagi.

“Insya Allah ikhlas, Yah.”

Khalif menepuk-nepuk punggung anak bungsunya dan tersenyum bangga. “Tanyakan tentang perasaannya.”

Reyhan mengangguk.

🌼🌼🌼

“Rey?”

“Hm,” cuek Reyhan sambil membuka pintu kulkas di dapur. Laki-laki itu berdecak pelan saat menyadari keberadaan Abangnya di sebelahnya.

“Cie yang udah punya calon,” goda Ezar. Reyhan menatap Abangnya datar, lalu pergi sembari membawa yogurt di tangan kanannya.

Ezar tersenyum. Disusulnya Reyhan yang sudah berjalan menjauh. Dirangkulnya bahu kokoh Reyhan. “Gue mau ngomong sama lo.”

“Apaan?”

“Ngomong di kamar lo aja.”

Reyhan mengangguk setuju. Sesampainya di kamar, Reyhan menutup pintu kamarnya. Sedangkan Abangnya sedang merebahkan diri ke tempat tidurnya.

“Kenapa?”

“Soal Nino,” gumam Ezar.

“Bang Nino kenapa?”

Ezar menghela napas. “Gue tau kalo lo juga cinta sama Maira sampe sekarang. Gue tau kalo lo terima ta’aruf ini karena Bunda. Gue tau kalo sejak awal lo udah ambil keputusan tentang kelanjutan ta’aruf lo sama Maira.”

Reyhan ikut merebahkan diri di sebelah Abangnya. Ia menghela napas. “Gue harus gimana lagi?” gumamnya.

“Jadi lo pilih ikhlas?”

Romansa Cakrawala ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang