75 : Honeymoon

120 8 0
                                    

Ini sudah pukul tujuh, jam kerja Maira sudah selesai. Tapi ia masih tetap di rumah sakit untuk menjaga Radeva. Kalau Hasbi dan Haura sedang dijaga kedua Bunda mereka di rumah.

Radeva mengusap pelan pipi Maira. “Aku mau minta sesuatu, boleh?”

Maira mengangguk.

Radeva tersenyum. “Aku mau honeymoon.”

Maira mengernyit. “Honeymoon? Ke mana?”

“Ke mana aja.”

“Kapan?”

“Bulan-bulan ini, mau?”

Maira mengangguk patuh. “Hasbi sama Haura?”

“Mereka ikut kita juga.”

Maira mengangguk. “Tapi nanti kalo kamu udah pulih ya?”

Radeva mengangguk.

Maira mencium punggung tangan suaminya. “Ya udah, bentar ya aku temuin Dokter Belva dulu,” pamitnya karena tadi setelah memeriksa Radeva sebelum sarapan, ia diminta untuk menemui Dokter Belva di ruangan Dokter Senior itu.

Radeva mengangguk dan balik mencium tangan istrinya. Setelah Maira meninggalkan ruangan, Radeva meraih ponselnya yang ada di atas nakas dekatnya. Diketikkan sesuatu di layar ponselnya, lalu ia dekatkan ke telinga. Beberapa detik menunggu, akhirnya panggilan telfonnya tersambung.

“Assalamualaikum, No.”

🌼🌼🌼

Dua minggu setelah Radeva benar-benar pulih, Radeva, Maira, Hasbi, Haura, Fla, Chiko, dan Zulaikha pun berlibur ke salah satu villa yang ada di Bandung selama tiga hari dua malam.

Di sana ada dua kamar besar. Kamar utama untuk Radeva, Maira, dan dua anak mereka. Kamar kedua yang berisi dua tempat tidur untuk Zulaikha, Fla, dan Chiko.

Di malam hari kedua, Radeva dan Maira tidur di kamar hanya berdua saja. Kalau Haura dan Hasbi tidur bersama Zulaikha dan yang lain. Keduanya hanya tersenyum menatap langit malam yang bisa mereka lihat dari skylight di atas mereka.

“Love you, Maira.”

“Love you more, Radeva.” kekeh Maira.

Radeva terkekeh.

“Ini jam berapa?” gumam Maira sembari memejamkan mata.

Radeva menoleh ke jam dinding yang samar-samar terlihat di antara kegelapan kamar. “Jam dua. Kamu nggak ngantuk, Sayang?”

“Ngantukk,” lesu Maira.

“Ngantuk banget?”

“Nggak juga sih. Tapi badanku sakit semuaaa,” rengek Maira membuat Radeva terkekeh. Laki-laki itu pun mulai memijit-mijit pelan tubuh mungil istrinya.

“Aku ngantuk,” gumam Maira sangat pelan.

Radeva mengusap-usap kepala perempuan itu. “Ya udah, bobo aja. Nanti jam tiga baru kita mandi trus shalat. Oh iya, mau wudhu dulu sebelum tidur?”

Maira menggeleng pelan. “Aku nggak mau bobo kok. Nanti bentar lagi kita langsung mandi aja.”

Radeva mengangguk. Ia menyelipkan helai-helai rambut Maira yang sedikit menutup wajah perempuan itu. Beberapa saat ia terdiam menatap wajah Maira yang tersinari cahaya bulan melalui kaca jendela di atap kamar. Dikecupnya pipi Maira. “Kamu cantik. Jauh lebih cantik dibanding bulan di atas kita,” gumamnya.

Romansa Cakrawala ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang