97 : Kamu tidak rindu saya?

84 10 0
                                    

Setelah menyelesaikan umrah di Mekkah, Nino dan keluarga kecilnya kembali ke kota Madinah. Mereka berganti ke masjid Nabawi. Saat sore hari mereka sempat mengunjungi rumah para Paman dan bibi Nino, salah satunya Habib Ali. Berakhir, Nino dan keluarga kecilnya menginap di rumah Abi dan Umi.

“Selamat malam, Kakek.”

“Selamat malam, Cucu kakek yang paling ganteng.”

“Selamat malam, Nenek.”

“Selamat malam juga, Hasbi ganteng.”

Hasbi, Annisa, dan Khalif saling mengurai pelukan. Nino dan istri serta anak-anaknya pun masuk ke kamar untuk tidur. Diam-diam Annisa dan Khalif tersenyum melihat rumah tangga anak ketiga mereka yang terlihat sangat baik-baik saja. Bahkan terlihat sejak datang tadi Nino dan Maira saling bergandengan tangan, sebuah hal yang sangat baik.

Maira melepas cadar hitamnya lalu pergi ke kamar mandi. Sepertinya hari ini ia agak kurang enak badan. Nino yang sedang bermain dengan anak-anaknya di tempat tidur mengernyit sesaat. Terhitung sudah beberapa kali ia melihat Maira ke kamar mandi.

Ceklek

Maira ikut bergabung di tempat tidur.

“Kamu sakit, Sayang?”

Maira tersenyum. Ia membalas genggaman tangan suaminya dengan lembut. “Engga kok. Saya nggak papa.”

Nino tersenyum.

“Ayah, besok kita ke Masjidil Aqsha?”

“Iya, Bi.”

“Yeayyy!!”

“Ayah, Unda. Habi tadi dikasi banyak cokelat cama uncle.” Hasbi mengeluarkan semua isi di dalam tas selempangnya. Ada banyak coklat dan jajan-jajanan yang lain. Nino dan Maira tersenyum.

“Wahh enak banget. Ayah juga mau dong,” goda Nino. Dengan murah hati, Hasbi mulai membagikan tiga coklat untuk Ayah, Bunda, dan adiknya yang ada di pangkuan sang Ayah.

“Ini buat Ayah.”

“Ini buat Unda.”

“Ini buat Hula.”

“Makasih, Sayang.”

“Makannya besok aja ya? Jangan sekarang, malem-malem makan cokelat takut nanti sakit gigi.”

“Oke, Ayah.”

“Ayo bobo, Bi. Udah malem ini.”

Hasbi mengangguk. Dengan cadel ia mulai berbicara dengan bahasa Arab yang cukup lancar. Maira menatap Nino. “Habi bilang apa?”

“Hasbi bilang waktu kelilingi ka’bah di Masjidil Haram kemarin, dia lihat seseorang yang mirip Radeva. Tapi setelah dicari-cari orang itu hilang.”

Maira mengusap-usap kepala Hasbi. “Hasbi di Mekkah kemarin banyak doain Ayah Deva juga?”

“Iya, Unda.”

“Hasbi sekarang kangen?”

“Iya, Unda.”

Dengan mata berkaca-kaca, Maira menatap Nino. Nino langsung memeluk istri dan kedua anaknya. “Ayah juga kangen Ayah Deva.”

“Hasbi jangan menangis, Sayang. Nanti Ayah Deva sedih.” Maira menyeka air mata anak sulungnya. Hasbi segera menyeka air matanya. Ia tidak mau Ayah Deva sedih.

“Hasbi bobo ya? Ayo Ayah ceritain kisah nabi. Kemarin sampe kisah nabi siapa, Sayang?” hibur Nino.

“Nabi Yusuf yang ganteng banget, Ayah.”

Romansa Cakrawala ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang