60 : Lamar besok, mau?

76 9 0
                                    

Saat sudah sampai di mall, Maira dan Radeva berputar-putar menyusuri tiap sudut mall untuk mencari hadiah yang pas untuk Fla. Maira bingung, Radeva makin bingung. Radeva bingung, Maira makin bingung.

Jadi sama-sama bingung.

Mereka berdua memutuskan untuk shalat ashar dulu di masjid yang ada di sebelah mall, lalu kembali muter-muter keliling mall lagi. Radeva sama sekali tak keberatan. Ia tau kalau Maira memang suka jalan-jalan.

Akhirnya mereka pun sepakat membelikan mukena, mushaf, dan aneka makanan kesukaan Fla. Karena secara kebetulan kemarin mukena anak itu sobek. Setelah membayar di kasir, mereka kembali jalan-jalan.

“Dev?”

“Hm?”

Maira menatap sekitarnya dengan sendu.  “Aku capek.”

“Ya udah, ayo istirahat dulu.”

Maira menggeleng. “Capek hidup.”

Radeva membelalak. “Ssttt, nggak boleh ngomong gitu, Mai.”

Maira menghela napas.

Radeva menatap iba gadis di sebelahnya yang hanya setinggi dadanya. “Mau cerita sesuatu?” Maira mendongak menatap Radeva, lalu tersenyum dan menggeleng.

Ngomong-ngomong, sudah hampir seminggu ini mereka tak bertemu, baru tadi malam dan hari ini. Ya tak lain tak bukan karena ta’aruf Maira dengan Reyhan. Mereka sama-sama tak enak hati dengan Reyhan.

“Mau makan dulu?”

“Mau.”

Radeva sedikit mengernyit heran. Tidak biasanya Maira mau kalau makan berdua dengan yang bukan mahram. Termasuk dengannya. Ya mereka memang beberapa kali makan bersama, tapi aneh saja kalau sore ini Maira tiba-tiba jadi lengket padanya. “Mau makan apa?”

“Mau bakso.”

“Bakso yang di seberang jalan depan mall?”

Maira mengangguk.

Radeva mengernyit. “Terakhir ke sini bukannya kita makan bakso itu juga?”

“Iya. Mau lagi, Dev.”

“Nggak mau yang lain?”

“Yang lain?”

Radeva mengangguk.

Maira berpikir sejenak, detik berikutnya ia tersenyum lebar hingga menampakkan kedua gigi kelincinya yang lucu. “Pengen tteokbokki tapi belinya di Seoul.”

Radeva terkekeh. “Kamu ngidam?”

Maira ikut terkekeh. “Ih kamu mah.”

“Ya udah ayo.”

“Ke mana?”

“KUA.”

Maira tertawa.

Lucu sekali.

Tapi ia ingin itu jadi kenyataan haha…

Singkat cerita, Maira dan Radeva sudah di kedai bakso seberang mall. Saat Maira memesan menu, Radeva pamit pergi mengangkat telfon. Setelah selesai, laki-laki itu kembali ke mejanya dan Maira. Mereka duduk bersebelahan.

Pesanan pun datang. Radeva terkaget melihat pesanan Maira. Gadis itu memesankannya bakso ori tapi memesan bakso yang isi cabai-cabai untuk diri sendiri. “Mai, jangan bakso yang itu. Ganti aja yang lain. Nanti perut kamu sakit.”

Maira menggeleng. “Engga, Dev… ”

Makanan pedas.

Itu pelampiasan Maira saat sedang sedih.

Romansa Cakrawala ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang