15 : Ketemu lagi

78 11 0
                                    

“Maira?”

“Ya, Kak?” Maira mendekatkan diri ke Rena agar suaranya tak kalah dari bisingnya jalan raya yang ramai.

“Kamu lagi buru-buru pulang engga, Mai?” tanya Rena.

“Engga, Kak.”

“Mau engga temenin Kakak ke mall dulu engga?”

Maira tersenyum lebar. “Mau, Kak. Tau aja kalo Maira lagi pengen jalan-jalan.”

Rena terkekeh. “Okelah. Oh ya, tapi gapapa kan kalo kamu masih pake seragam sekolah?”

“Gapapa kok, Kak.”

Rena mengangguk.

Tak sampai lima menit akhirnya Rena dan Maira sampai di mall yang mereka tuju. Setelah memarkirkan motor di basement, keduanya pun naik ke lantai tiga dengan lift. Kebetulan di dalam lift mereka juga hanya berdua saja.

“Ke butik gaun-gaun ya, Mai?”

Maira mengangguk. “Kak Rena mau nikah?”

Rena tertawa. “Buat kondangan aja kok, Mai. Sahabat kakak ada yang mau nikah, jadi kita sahabat-sahabatnya mau couple an warna gaun gitu.”

Maira manggut-manggut. “Emang rencana nikah umur berapa, Kak?”

Rena tertawa lagi dan mencubit pipi Maira. “Belum tau, Maira Sayang. Belum ada jodohnya. Emang kamu sendiri kapan, Mai?”

Maira terkekeh. “Lulus sekolah aja belum, Kak.”

Rena merangkul bahu kecil Maira. “Gapapa. Nikah muda aja, Mai. Lumayan kan bisa menyempurnakan iman.”

Maira menghela napas. “Gak mau, Kak. Belum siap berkomitmen seserius itu.”

Rena tersenyum. “Ya udah, rajin belajar dulu biar nanti bisa kuliah di yang kamu pengen. Sukses dulu baru nikah.”

“Aamiin.”

“Oh ya, Kak Rena engga ngorder?” tanya Maira menyadari bahwa Rena tidak satupun memakai seragam kerjanya. Perempuan berhijab itu memakai outfit santai.

Rena menggeleng. “Lagi pengen istirahat, Mai. Tadi pagi bantuin Bunda masak buat pesenan catering.”

Maira manggut-manggut mengerti.

Ting!

Keduanya sampai di lantai tiga dan masuk ke butik yang Rena maksudkan tadi. “Kamu liat-liat dulu juga gak papa, Mai. Itu yang aksesoris-aksesoris ada di sebelah kanan.”

Maira mengangguk.

Di butik itu, Rena dan Maira berpencar. Rena melihat-lihat gaun, sedangkan Maira sedang melihat-lihat aksesoris-aksesoris.

“Assalamualaikum, Calon Istri.”

Maira membulatkan mata. Cowok dengan outfit serba hitam di sebelahnya sekarang adalah seseorang yang sedang tak ingin ia lihat. “Kamu?!”

Nino tersenyum. “Kayaknya kita emang jodoh deh, sampe-sampe ketemu di mana-mana.”

Maira menghela napas dan pergi. Nino mengikutinya.

“Maira.”

“Perutmu sudah tidak sakit?”

Maira menggeleng.

“Harusnya kamu istirahat di rumah saja, Mai.”

Maira diam.

Nino melihat ke sekitar, memandang was-was setiap laki-laki yang sedang ada di butik itu. Barangkali salah satu di antara mereka ada hubungannya dengan Maira. Kan dia jadi cemburu!

Romansa Cakrawala ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang