91 : Sah

106 11 0
                                    

Arya mulai membaca basmalah, istighfar, kemudian berlanjut syahadat.Yaa Daffinino Zaidan Alkhalifi bin Al Nahwi Alkhalifi… ”

Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka binti Humaira Naufa alal mahri mushaf Al-Quran wa alatil ‘ibadah haalan.”

Nino terdiam sejenak, lalu menarik napas dalam-dalam. Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur haalan.”

Nino berhasil mengucapkan qobulnya dengan lantang dalam satu tarikan napas.

“SAH?”

“SAH!”

“Alhamdulillah… ”

Sebulir air mata Maira lolos begitu saja. Mulai detik itu suaminya adalah Daffinino, bukan lagi Radeva. Ia terus menunduk dan sebisa mungkin untuk tegar. Ia tidak boleh membuat keluarganya sedih hari ini.

Setelah selesai berdoa, Nino dan Maira bertukar cincin, serta menandatangani buku nikah juga. Nino pun menyentuh ubun-ubun Maira sembari membacakan doa, lalu ia cium lembut kening perempuan cantik yang sekarang sudah sah menjadi istrinya itu.

“Maaf, Mai,” lirih Nino.

Ia tau pasti Maira sedih.

Maira menggeleng. Ia balas mencium punggung tangan kanan Nino. Sebuah hal yang membuat Nino sempat membeku dan membuat orang-orang di sana menangis haru.

🥀

Di sore harinya, Nino menjemput Maira dan anak-anak untuk pulang ke rumah salah satu saudara Annisa yang baru saja ditinggal ke Mekkah untuk beberapa bulan. Jadi sementara mereka yang meninggali rumah itu. Sengaja tak tinggal di rumah Maira karena takut Maira semakin larut dalam kesedihan.

Dan memang perihal Nino dan Maira yang tinggal bersama hal itu disarankan Khalif karena kalau keduanya tidak serumah, dikhawatirkan hubungan mereka jadi semakin renggang.

Malamnya…

Nino mendapati Maira sedang duduk melamun menatap ke arah luar jendela kamar yang berhadapan langsung dengan kolam ikan.

Nino terdiam sejenak. Maira kini sudah sah menjadi istrinya. Jujur, ia memang masih mencintai perempuan itu. Tapi ia tak pernah ingin hal sepilu ini sampai terjadi. Selama ini Radeva lah sumber kebahagiaan Maira. Tentu saja ia juga bahagia kalau Maira bahagia, meskipun tak bersamanya.

Semenjak Maira dan Radeva menikah, Nino tak pernah lagi berkeinginan memiliki Maira. Tapi takdir tak semulus itu. Mungkin Allah memang memiliki rencana lain yang jauh lebih baik.

“Maira?”

Maira menoleh.

“Sudah mau isya’… ”

Maira mengangguk.

“Undaa?”

Maira dan Nino menoleh.

Hasbi berjalan mendekati Bundanya. “Unda, Om Nino ciapanya Habi? Ayah Habi kan Ayah Deva,” polos Hasbi.

“Hasbi… ”

Maira menggenggam kedua tangan mungil Hasbi, lalu ia usap-usap pipi anak itu. Maira terdiam sejenak, berdoa semoga Hasbi bisa menerima kenyataan. “Ayah Deva, Ayahnya Hasbi. Dan Om Nino… Ayahnya Hasbi juga,” ucap Maira selembut mungkin.

Hasbi mengerjap. “Habi punya dua Ayah, Unda?”

Maira mengangguk.

Hasbi berjalan pelan mendekati Nino. Ia mendongak menatap laki-laki tampan yang jelas jauh lebih tinggi darinya itu, Nino. “Om Nino?”

Romansa Cakrawala ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang