69 : Kembali

115 10 0
                                    

Nino tersenyum kikuk. Laki-laki dengan rambut belah tengah sebahu itu melangkah lebih dekat. Kini ia berdiri tepat di hadapan Radeva. Radeva terdiam. Tujuh tahun lamanya, dan Nino…

baru kembali sekarang?!

Radeva dan Nino langsung berpelukan erat, seolah keduanya adalah dua orang sahabat yang berpisah sangat lama. “Lo ke mana ajaa,” heboh Radeva sembari menepuk-nepuk punggung Nino.

Annisa, Khalif, Reyhan, dan Maira tersenyum.

Nino juga tersenyum senang. Sedikit tak menyangka kalau respon Radeva akan se-begitu senangnya saat bertemu ia lagi. Laki-laki yang baru jadi ayah itu tampak tak punya amarah sedikitpun padanya.

Tapi di detik berikutnya Nino sadar kalau memang Radeva itu laki-laki yang sangat baik. Ia bahkan tak begitu yakin kalau sebenarnya Radeva itu bisa marah.

“Gue di Madinah, Dev.”

Radeva membulatkan mata dan langsung mengurai pelukannya. “Masya Allah. Kalo ke sana lagi ajak-ajak dong, No.”

“Iya, tapi administrasi tanggung sendiri, Dev.”

Semua terkekeh.

Tanpa sengaja mata elang Nino beradu tatap dengan perempuan pucat yang duduk di hospital bed sambil menggendong bayi. Nino langsung memutus kontak mata. Perempuan itu sudah menjadi milik orang lain, ia sudah tak boleh mendekati lagi.

“Selamat, sekarang lo udah jadi Ayah,” ucap Nino sambil menepuk-nepuk bahu Radeva.

Radeva mengangguk. “Thanks, No.”

Reyhan dan Radeva juga berpelukan ala laki-laki. “Selamat, Dev.”

“Thanks, Rey.”

Setelah mereka mengobrol-ngobrol sebentar, Annisa dan Khalif pamit ke luar ruangan untuk ngobrol dengan keluarga Maira dan Radeva. Tersisalah Maira, Radeva, Hasbi, Nino, dan Reyhan di ruangan itu.

“Gue boleh gendong?” tanya Nino.

Radeva beralih menatap Maira. Maira mengangguk. Radeva pun mengambil alih bayinya dari gendongan Maira, lalu ia gendongkan ke dalam gendongan Nino dengan hati-hati.

Nino tersenyum lebar menatap bayi mungil dalam gendongannya. Bayi tampan itu manis sekali. Dikecupnya pipi bayi itu. Reyhan yang juga di sebelah Nino ikut menoel-noel pipi si bayi dengan gemas. Tanpa diduga Hasbi tertawa.

Semua langsung tertawa.

“Namanya siapa, Dev?” tanya Reyhan.

“Hasbi.”

“Hasbi? Wah namanya bagus.”

Belum sempat melanjutkan obrolan, ketiga laki-laki dewasa di ruang inap itu langsung beralih menatap Maira. “Kenapa, Sayang?” panik Radeva karena mendengar ringisan istrinya.

Maira menggeleng kikuk. “Nggak papa kok. Cuma tadi tanganku kepentok besi tepi bed aja.”

Radeva mengembuskan napas lega. Diperiksanya pergelangan tangan Maira yang merah. “Lain kali lebih hati-hati.”

Maira mengangguk.

Reyhan dan Nino hanya meringis dalam diam.

ENGGAK KOK, ENGGAK PANAS.

KAN UDAH IKHLAS!

☁️☁️☁️

“Wih anak lo ganteng banget gini rahasia Lailatul Zafaf lo apaan, Dev?” gemas Orion sambil menoel-noel pipi Hasbi yang sedang digendong Ayahnya.

Romansa Cakrawala ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang