33 : Kamu cantik

84 8 0
                                    

Setelah shalat isya, Maira duduk di kasur lantai ruang keluarga. Di sebelahnya ada gadis kecil yang baru berusia enam tahun. Keduanya sedang bermain dengan bayi dua bulan yang sedang tiduran di tengah mereka.

“Halo, Sayanggg… ”

Radeva yang masih memakai baju koko putihnya tiba-tiba datang dan ikut duduk di sebelah Fla. Cowok itu langsung menguyel-uyel bayi di tengah-tengah mereka hingga sang bayi tersenyum geli karena terkena rambut tebalnya.

“Ih Abang, Adek jangan digituin,” cadel Fla.

Radeva tersenyum dan berganti menguyel-uyel Fla hingga anak itu tertawa geli karena digelitiki Radeva. “Abanggg… ”

“Apaa, Sayanggg?”

Fla lari dan bersembunyi di belakang Maira. “Kalo Abang mau gelitikin Fla, Abang halus gelitikin Kak Maila dulu dong,” kekeh Fla.

Radeva dan Maira saling berpandangan. Detik berikutnya Radeva langsung tertawa, cowok itu lantas beranjak mengejar Fla. “Ya Allah, Fla… Sini kamu, Nak!”

Akhirnya Fla dan Radeva terlibat kejar-kejaran. “Abang ihhh sanaaaa!!! Nenekkk, Mamaaa, Kak Mailaaa, Chikoo, tolongin Flaaaa. Ih Abang nakall!!” teriak Fla karena tertangkap oleh Radeva.

Zulaikha geleng-geleng. “Devaaa… ”

“Iya, Bunda… ”

Radeva menciumi pipi Fla dengan gemas lalu menggendong anak itu kembali ke tempat mereka semula. Fla duduk di pangkuan Radeva. Tapi setelah itu Fla pergi menyusul Mamanya di ruang kerja.

Radeva tersenyum melihat Maira yang sedang menggenggam jemari mungil Chiko sambil sesekali mencium pipi bayi merah itu.

“Mai Mai.”

“Hmm?”

“Gimana sama dia?”

“Dia siapa?”

“Dia.”

Maira berpikir sejenak, lalu menggeleng.

“Dia jadi nikah?”

“Jadi.”

“Sabar ya, Mai. Itu berarti dia emang bukan jodoh kamu,” kekeh Radeva.

Maira menghela napas. “Aku tuh ngga suka sama dia.”

“Iya ngga suka, tapi kagum.”

Maira berdecak.

Tiba-tiba Chiko menangis. Refleks Maira dan Radeva menoleh. “Halo, Gantengg. Kenapa nangis, Nak?” Radeva mengangkat bayi yang diselimuti dengan selimut tebal itu untuk digendongnya, lalu ditimang-timangnya.

“Kayaknya Chiko laper, Dev.”

“Laper… apa haus, Mai?”

“Sama aja.”

Radeva terkekeh. “Mai, tolong gendong Chiko bentar. Biar aku yang ambil susu buat Chiko.”

Maira mengangguk. Ia pun mengambil alih Chiko dari gendongan Radeva, sementara cowok itu beranjak mengambilkan susu hasil pumping Kak Abel yang sudah Kak Abel siapkan kalau ia sedang tidak bisa menyusui Chiko.

“Ini, Mai.”

Maira menerima sebotol dot berisi ASI yang diulurkan Radeva padanya, lalu menyusukan botol kecil itu ke bayi dalam gendongannya. Keduanya tersenyum menatap bayi yang sedang menyusu dengan semangat itu.

“Emm… Mai?”

“Hm?”

“Kamu… ” ragu Radeva.

Romansa Cakrawala ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang