63 : Sah!

145 10 0
                                    

Zafran merangkul bahu Ayahnya, menguatkan pria itu agar tak lagi menangis karena sebentar lagi akan menyerahkan Maira pada calon menantunya.

Arya menyeka air matanya dan mulai menjabat tangan kanan Radeva yang kini sudah duduk di depannya. Keduanya saling berjabat tangan.

Arya menatap jabatan tangannya dan Radeva. “Bismillahirrahmanirrahim. Astagfirullahaladzim astaghfirullahaladzim, Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhadu anna Muhammadar Rasullullah.”

Hening.

Arya mulai menatap manik mata Radeva.

Suasanya terasa sangat sakral dan semua orang di dalam masjid jadi semakin tegang saat Arya mulai membacakan kalimat ijab.

“Saudara Radeva Arkantyasa Tsabit Qais bin Almarhum Arzan Tsabit Qais, saya nikahkan dan saya kawinkan putri kandung saya Humaira Naufa binti Arya Winantha kepada engkau dengan mas kawin emas logam mulia empat puluh gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai.”

“Saya terima nikah dan kawinnya Humaira Naufa binti Arya Winantha dengan mas kawin tersebut tunai.” Dalam satu tarikan nafas Radeva berhasil mengucap kalimat qobulnya.

“Bagaimana saksi? Sah?”

“SAHHHH!!”

“ALHAMDULILLAHI RABBIL ‘ALAMIN. BARAKALLAHU LAKUM WA BARAKA ALAIKUM.” (*)

Radeva mengembuskan napas lega.

Setelah itu dilanjutkan pembacaan doa oleh penghulu hingga selesai.

“Aamiin… ”

Lagi-lagi Radeva mengembuskan napas lega. Laki-laki itu mengusapkan kedua telapak tangannya ke wajah sembari tak henti mengucap syukur dalam hati. Bahkan kedua manik mata elangnya tampak berair saking terharunya.

Tak jauh di belakang Radeva, ada Maira yang sedang dipeluk Fatima dengan erat. Wanita itu menangis. “Selamat menempuh hidup baru ya, Mai. Jadi istri yang baik, Bunda yang baik. Jangan jadi kayak Bunda ya. Selama ini Bunda belum bisa jadi Bunda yang baik buat kamu, Bunda udah banyak sakiti kamu, maafin Bunda,” isak Fatima.

Maira ikut terisak, ia mengangguk.

Setelahnya Fatima dan Zulaikha menuntun Maira mendekat ke Radeva dan mendudukkan gadis itu ke sebelah suaminya.

Radeva terdiam menatap seseorang yang tadi pagi masih berstatus sahabatnya dan kini sudah berganti jadi istrinya. Ia tersenyum haru. Maira sangat cantik.

Maira balik menatapnya. Gadis yang tampil anggun dengan gaun, headpiece, veil, dan henna tangan serba putih serta bold makeup namun natural itu tersenyum kikuk karena masih deg-degan. Apalagi melihat betapa tampannya Radeva.

Makin deg-degan lah!

“Tukar cincin, Nak,” tutur Zulaikha.

Radeva dan Maira mengangguk.

Dengan tangan yang sama-sama dingin, keduanya pun bertukar cincin. Baru setelahnya, Maira menyalami tangan Radeva. Maira cium lembut punggung tangan suaminya selama beberapa saat.

Sejauh ini, ini kali pertama mereka berkontak fisik. Jadi ya mustahil kalau mereka tidak grogi? Lalu setelah itu berganti Radeva yang mencium kening Maira.

Lama?

Tentu tidak.

Tapi sangat-sangat lama!

“DUHH BETAH BANGETT,” celetuk Elden yang sejak tadi jadi kameramen akad bersama dengan beberapa kru WO lain. Teman-teman alumni A-7 dan tamu-tamu yang hadir di sana bersorak. Tak terkecuali Chiko dan Fla yang bertepuk tangan paling semangat.

Romansa Cakrawala ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang