102 : Pertengkaran dengan Bunda

78 9 0
                                    

Bahu Nino langsung berguncang hebat karena menumpahkan segala air mata yang sejak kemarin ia tahan. Ia menangis lega akhirnya Maira dan kedua anak mereka bisa sama-sama selamat.

Nino langsung memeluk Maira dan menghujani ciuman di seluruh wajah pucat perempuan itu. “Terima kasih, Sayang… ”

Maira mengatur napasnya. Ia sempat terpaku beberapa saat melihat betapa terharunya Nino saat itu. Nino benar-benar menangis bahagia. Lelaki itu menatapnya teduh penuh cinta, namun juga tersirat tatapan takut, seperti begitu takut kalau ia sampai kenapa-kenapa. Maira mengusap-usap kepala suaminya dan menggeleng, memberi isyarat tidak apa-apa.

Nino menciumi tangan Maira. “Saya mencintaimu, Mai. Saya takut kamu kenapa-kenapa,” lirihnya.

Maira tersenyum.

Nino dan Maira beralih menatap dua bayi mungil yang masih dibersihkan para perawat. Mereka kehilangan kata-kata saking terharunya. Nino mengusap-usap perut datar Maira sambil ia cium, lalu dipeluknya lagi sang istri. “Apa ada yang sakit, Sayang?”

Maira menggeleng.

Setelah memberi ucapan selamat pada Maira dan Nino, Dokter Nafa meminta waktu bicara dengan Nino sebentar. Keduanya berbicara di tempat yang agak jauh dari Maira. Setelah itu, Dokter Nafa pamit pergi dan mengabarkan kabar bahagia ini ke keluarga pasiennya di luar ruangan.

Nino menghampiri Maira dan mengusap-usap kepala sang istri. Melihat kedua manik mata Nino yang berkaca-kaca, Maira langsung panik. Ia genggam tangan Nino yang di pipinya. “Kenapa? Apa yang dibilang Kak Nafa?”

Nino menatap manik mata Maira dalam-dalam. Kesedihan tersirat jelas di matanya. Nino tidak sekuat itu, ia akhirnya menangis.

“Kenapa, No?? Apa yang Kak Nafa bilang??”

Nino menyembunyikan muka ke leher Maira dan berucap lirih. “Bayi kedua kita tidak bisa melihat, Sayang.”

Maira langsung menangis.

Keduanya berpelukan lagi dan menangis. Meskipun hatinya hancur, Nino tetap terus mencoba menguatkan diri sendiri dan Maira agar mereka ikhlas. Bagaimanapun juga ia sebagai suami harus kuat demi istri dan keempat anaknya.

Tak lama dua orang perawat menghampiri mereka dan menidurkan kedua bayi di sebelah kanan Maira. Nino dan Maira tersenyum haru melihat kedua bayi mungil mereka yang sangat lucu. Bayi-bayi itu menggeliat sambil sesekali tersenyum.

Nino menggendong bayi pertama dan mencium keningnya. Bayi itu bayi laki-laki yang tampan. Wajah blasteran Arab tampak jelas pada bayi itu. Nino mengadzani di telinga kanan bayinya, lalu mengiqomahi di telinga kiri. Nino lantas mencium kedua pipi si kecil.

Setelah itu Nino berganti menggendong bayi keduanya yang perempuan, sangat cantik. Perpaduan wajah cantik asia Maira dan wajahnya menjadi perpaduan yang sangat Masya Allah. Nino mencium kening bayi itu, mengadzani, lalu mengiqomahi juga. Lantas Nino mencium kedua pipi bayinya.

Maira menangis haru melihat kedua bayi di sebelahnya. Kedua anak kembarnya yang mungil itu sangat lucu. Tapi sayang sekali putri kecilnya kini justru tak bisa melihat dunia.

🤍

Sepulang dari rumah sakit.

Di dalam kamar, Nino mengamati istrinya yang sedang menyusui kedua anak kembar mereka. Nino menoel-noel pipi gembul bayi berselimut merah muda. “Si Cantik sedang minum susu ya.”

Romansa Cakrawala ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang