79 : Bulan Suci

93 9 0
                                    

Setelah diperiksa Dokter Belva, dokter spesialis penyakit dalam yang beberapa hari terakhir ini terus memeriksa Radeva, mengizinkan Radeva untuk pulang. Sore itu juga Radeva dan keluarga kecilnya bisa pulang kembali ke rumah kesayangan mereka. Sedangkan Zulaikha, Abel, dan Fatima pulang ke rumah masing-masing.

“Istri istri istri istri istri istri istri istri istrinya Bapak Radeva Arkantyasa Tsabit Qais… Ibu Humaira Naufa Tsabit Qais yang cantik banget comel banget gemesin banget ini lagi apa, Sayang?”

Radeva berlari kecil dan langsung memeluk Maira dari belakang dengan erat, menyalurkan rasa rindunya yang beberapa hari terakhir ia simpan. Laki-laki itu sudah seperti anak lima tahun yang tak ingin lepas dari ibunya saja.

Gemesin, kekeh Maira dalam hati.

“Kangen banget kangen banget kanget banget, Maiii. KBL KBL KBL Kangen Banget Loh!”

Maira tertawa. “Iya… kangeeeen bangett.”

Radeva tersenyum. 

Maira mengambilkan pakaian-pakaian ganti untuk Radeva. Sedangkan suaminya itu masih juga tak mau sedetikpun melepaskannya dan tak berhenti menciumnya. Maira hanya pasrah. “Oh ya Dev, aku mau tanya sesuatu.”

“Tanya apa, Sayang?”

“Dulu habis kita nginep di resortnya Rafa, kamu kan ke rumahku ambil jaket.”

“He em.”

“Kamu tepuk-tepuk boneka di kepalaku terus bilang ke aku buat sabar. Sabar maksud kamu apa?”

“Sabar nunggu aku nikahin kamu.”

“Beneran?”

“Beneran, Maira.”

“Ih masa masih SMA kamu udah mikir nikah?”

“Bahkan dari umur sepuluh tahun aja aku udah punya cita-cita jadi suami kamu, Mai.” Maira tertawa.

Radeva mengerucutkan bibir. “Aku serius tauu.”

“Iya iya. Ini nih baju ganti kamu, Dev.”

“Aku boleh mandi, Sayang?”

“Boleh.”

“Air hangatnya udah aku siapin di bath up, Sayang.”

Radeva mengecup singkat pipi Maira. “Makasih. Kamu juga belum mandi 'kan? Ayo barengan.”

Maira menggeleng. “Kamu duluan aja ya? Aku harus temenin Hasbi sama Haura. Mandiin mereka juga. Kamu nggak papa 'kan mandi sendiri? Oh apa kamu mandi sama Hasbi aja?”

Radeva mengangguk. “Dengan senang hati, Nyonya.”

Setelah satu keluarga kecil itu selesai mandi, shalat, dan makan malam, keempatnya berkumpul di ruang keluarga dan menghabiskan waktu bersama di sana. Tempat tidur, selimut tebal, televisi, camilan, minuman hangat, dan juga keluarga. Ah, lengkap sudah malam ini bagi mereka.

“Ayahh jangan gelitikin Habii ahahaha… ”

Hasbi terus tertawa di pangkuan Ayahnya. Sedang sang Ayah ikut tertawa sambil terus menggelitiki anak sulungnya.

“Ayah udahh… gelii ahahahaha… ”

Radeva berhenti menggelitiki dan langsung memeluk anaknya dengan erat, sambil ia cium puncak kepala anak itu beberapa kali. “Kamu belum ngantuk, Nak?”

“Belum, Ayah.”

“Ya udah, ayo Ayah antar ke kamar mandi dulu.”

“Iya, Ayah.”

Romansa Cakrawala ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang