43 : Apa isi hati mereka?

64 9 0
                                    

“MAIRAA??”

“NINOO??”

Maira dan Nino kompak saling berpandangan. “Itu kan suaranya… ”

Keduanya menatap ke arah bawah. Senyum dua remaja itu langsung merekah sempurna. Di bawah sana ada Dean dan beberapa teman cowok mereka sedang memanggil-manggil nama mereka.

“Yan!”

Di bawah sana Dean, Keylo, dan yang lain menghentikan langkah. Mereka semua saling berpandangan dan kompak mendongak menatap ke bangunan kayu sederhana yang ada di atas pohon.

“MAIRA NINOO?!?!”

“ALHAMDULILLAH KETEMUUU!!”

“YA ALLAH, BIKIN PANIK AJA LO PADA!!”

“SINII, BURUAN TURUNN!!”

“Mai, kamu turun duluan ya?” pinta Nino. Maira mengangguk.

Nino tersenyum. Ia beralih menatap teman-teman di bawah mereka. “Woii jangan pada lihat ke sini!! Maira mau turunn!!” serunya kencang.

Semua cowok kompak memutar badan membelakangi pohon dan menunduk. Sangat tidak sopan kalau mereka melihat Maira turun dari pohon, sedang posisi mereka yang ada di bawah pohon.

Setelah dengan susah payah dan penuh kehati-hatian karena harus menghadapi licinnya kayu setelah hujan, akhirnya Maira berhasil menuruni satu demi satu anak tangga dari kayu yang menghubungkan permukaan tanah dengan rumah pohon yang tingginya sekitar tiga meter itu.

“Udah, Mai?”

“Udah.”

Semua teman-teman cowok A-7 di sana langsung memutar badan dan mengamati apakah Maira baik-baik saja atau tidak. Mereka menghela napas lega. Maira baik-baik saja, tanpa sedikitpun lecet.

Di saat yang lain membantu Nino menurunkan barang-barang, Radeva menghampiri sahabatnya yang sedang berjongkok di bawah. Cowok itu ikut berjongkok di depan Maira. “Kamu nggak papa, 'kan?” tanyanya.

Maira mengangguk. Ia ingin menjawab pertanyaan Radeva, tapi karena saking dinginnya hawa di sana membuat energinya seolah diserap habis. Bahkan hanya sekadar untuk bicara saja ia tidak bisa.

Radeva segera melepas jaketnya dan memakaikannya ke tubuh mungil Maira. “Kuat jalan 'kan, Mai?” Maira mengangguk lagi.

Setelah Nino turun juga, mereka semua memutuskan kembali ke resort. Maira dan Radeva lebih dulu berjalan di depan. Nino yang berada di belakang bersama dengan yang lain hendak maju, tapi yang lain segera menahannya.

“Biarin sama Radeva dulu,” ujar Rafa.

“Biarin Radeva ngelakuin tugasnya sebagai sahabat,” imbuh Melvin.

Altair yang berjalan tepat di sebelah Nino hanya tersenyum sembari menepuk-nepuk pelan bahu kokoh cowok itu. Nino paham. Ia pun mengangguk.

Dalam diam, Nino mengamati kedua remaja di depannya. Sekilas tampak tak ada yang istimewa dari keduanya. Berjalan bersisian dengan jarak yang cukup nyata, saling diam tanpa sepatah kata, beberapa kali saling membantu melewati jalan yang licin tanpa adanya kontak fisik dan kontak mata.

Se-begitu kah Radeva menjaga sahabatnya??

Dalam kebisingan rintik air dari sisa-sisa hujan yang jatuh dari tiap-tiap daun, pikiran Nino mulai melayang-layang membayangkan. Apa yang sebenarnya tersimpan di hati Maira dan Radeva?

Apa isi hati mereka?

TBC

Romansa Cakrawala ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang