50 : Kegilaan

82 11 0
                                    

Lusa sudah memasuki bulan suci Ramadhan. Dan hari ini, Maira diajak Annisa ke kediaman keluarga Alkhalifi untuk makan siang bersama. Sekalian bersilaturahmi.

Sejauh ini memang hubungan antara Maira dengan keluarga Nino sudah semakin baik. Bahkan hampir setiap hari Maira diajak Annisa ke rumah wanita itu. Lebih-lebih lagi orangtua Maira juga fine-fine aja kalau Maira sering ke sana.

Toh juga tidak berbuat macam-macam.

Jadi tak heran kalau Maira sudah sangat akrab dengan Habib Khalif, Alif, Lia, Ezar, juga Reyhan. Seperti sekarang ini, Maira sedang di dapur membuat es buah bersama Reyhan.

“Ini ditaruh mana, Mai?” tanya Reyhan sambil menenteng beberapa sachet bubuk agar-agar.

Ia yang punya rumah, ia sendiri yang tak tau di mana letak-letak barang di rumahnya.

“Situ,” jawab Maira tanpa menoleh. Ia sedang fokus memotong-motong buah naga.

Si cowok yang pakai behel itu pun kebingungan. “Situ? Situ mana, Mai?”

Maira menunjuk ke lemari dapur yang ada di belakangnya. “Rak kedua.”

Rey menemukannya.

“Oh oke, Mai.”

Sekilas Maira melihat pisau yang tergeletak di tepi pantry namun dengan posisi ujung pisau yang tajam mengarah ke perut Reyhan yang sedang berjalan mendekatinya. “Rey, awas!”

Reyhan refleks menghindar. “Eits! Ngga kena!” konyolnya.

Maira terkekeh geli.

Reyhan ikut terkekeh. “Kenapa?”

Maira menggeleng.

“Seru amat masaknya,” celetuk Ezar sambil meletakkan sekresek apel hijau yang baru ia beli ke atas meja. Reyhan dan Maira hanya tersenyum.

“Maaf ya, Mai. Kamu yang jadi tamu, tapi kamu yang harus repot-repot,” ujar Ezar tak enak hati.

Maira tersenyum. “Nggak papa, Kak.”

Saat Maira mau mengambil buah naga terakhir di dekatnya, Reyhan lebih dulu merebutnya. Maira menatap cowok itu. Reyhan menyengir, memperlihatkan deretan gigi berkawatnya yang sudah rapi.

“Biar aku aja.”

Maira mengangguk.

Melihat interaksi keduanya, Ezar tersenyum. Tapi pandangannya teralihkan saat melihat Reyhan sedang memotong-motong apel di tangan cowok itu.

Karena potongannya tidak rapi, Ezar pun menegur adiknya dengan bahasa Arab. Reyhan juga menjawab dengan bahasa yang sama.

Dan akhirnya mereka ribut dengan bahasa Arab…

Maira yang tidak paham dengan pembicaraan dua pemuda di dekatnya hanya diam menyibukkan diri dengan mengupas jeruk-jeruk di tangannya. Sesekali ia juga tersenyum geli saat teringat perkataan Riri dulu.

“Waktu itu kan ada orang Arab yang tanya jalan ke gue, nah gue kan kagak paham lah ya! Ya udah pas dia ngomong, gue aminin aja pokoknya.”

“Bang Nino ke mana?” tanya Reyhan tiba-tiba.

“Lagi beresin kamarnya.”

“Abi?”

“Ngobrolin hal penting sama Umi.”

Reyhan manggut-manggut.

“Rey, Zar, ke sini sebentar,” panggil Annisa dari teras depan rumah.

“Bentar ya, Mai.”

Romansa Cakrawala ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang