Chapter 3 | Penonton Kisah Orang

167 56 105
                                    

"Ceroboh itu aku. Bukan hanya sifatku yang ceroboh, tapi hatiku juga sama cerobohnya karna membuat kesalahan telah menaruh hati pada ruang yang sudah berpenghuni."

_Adelia Qoinne_

Entah sudah berapa lama Adel terpejam? Gadis itu mulai terjaga saat telinganya mendengar suara pintu UKS yang dibuka dengan kasar.

Dengan kedua mata yang belum terbuka sempurna, samar-samar mata Adel tidak sengaja menangkap sekelebat siluet seseorang yang baru saja berjalan di depannya.

Entah itu manusia atau bukan, tetapi Adel yakin jika barusan ada yang lewat di depannya. Adel tidak mau ambil pusing. Dia bukanlah sosok gadis yang takut dengan hantu dan sejenisnya. Justru hantulah yang mungkin takut dengan dirinya.

Adel memilih memejamkan matanya kembali.

“Al, lo denger suara gue?”

Adel kembali membuka kelopak matanya saat mendengar suara seseorang yang terdengar tidak asing. Gadis itu kemudian menoleh ke arah samping. Dari balik tirai putih ia bisa melihat bayangan sesosok lelaki yang tengah berdiri membelakanginya. Itu...

“Qen?”

Itu suara Alika, pacar Qen. Gadis itu sudah membuka matanya setelah tadi sempat ambruk di tengah lapangan saat upacara berlangsung.

Di sisi lain, Qen tersenyum lega, kemudian langsung berjongkok untuk mengambil air mineral di dalam kardus, yang memang sudah disediakan oleh pihak sekolah.

Qen memegang belakang leher Alika penuh kehati-hatian guna membantu gadis itu mengganti posisinya menjadi duduk.

“Minum dulu, Al.” Qen
menyodorkan air mineral kepada Alika.

Alika tersenyum, tangannya lantas menerima minuman yang disodorkan ke arahnya, “Makasih, Qen.”

“Kenapa bisa pingsan?” tanya Qen, setelah Alika selesai meneguk air yang ia berikan.

“Tadi pagi, enggak sarapan.”

Qen mengaguk-anggukkan kepalanya pelan, kemudian mengambil alih botol yang berada di genggaman Alika untuk di letakkan di atas meja.

“Yaudah, gue ke kantin dulu beli makanan buat lo.”

“Gak, jangan. Kamu di sini aja, temenin aku. Nanti temen-temen aku pasti juga bakal ke sini. Biar mereka aja yang beli.”

Qen menurut. Dia menjatuhkan pandangannya ke bawah, menatap tangannya yang sudah digenggam Alika. Entah kenapa, kali ini Qen tidak menolak tangannya digenggam oleh Alika, dan itu sukses membuat Alika bersorak dalam hatinya. 

Jujur, saat pertama kali berpacaran dengan Alika, Qen sama sekali tidak mempunyai perasaan apapun pada gadis itu. Untuk sekarang pun, sebenarnya Qen masih bingung dengan perasaannya sendiri.
J

ahat memang. Namun, saat itu Qen memang tidak punya pilihan lain.


Sejauh ini, Alika di mata Qen adalah gadis yang baik. Alika juga tidak terlalu banyak menuntut seperti kebanyakan mantan-mantannya yang selalu mengeluh akan sikapnya.

Adelia's WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang