Chapter 45 | challenge

45 8 11
                                    

♡Happy Reading♡

^^^

"Hatimu sadar jika merasa terancam. Namun sialnya, egomu yang terlalu keras membuatnya tak bisa selaras."

^^^

Keramaian masih terasa di sebuah lapangan luas yang sudah disinggahi oleh ratusan manusia Bumi. Terdengar suara musik dari wahana permainan yang tengah berjalan, saling bertabrakan dengan suara bising dari para pengunjung di Pasar Malam.

Suara tawa dua orang dewasa dan satu anak kecil berusia kisaran 5 tahun berhasil meraup atensi Adel. Jari jemari mungil yang merekat pada telapak tangan kedua orang tuanya membuat Adel tersenyum kecil, turut merasakan kehangatan dari keluarga kecil yang tengah berjalan tepat di depannya.

Ardhan memperhatikan itu. Tatapan berbinar, tetapi masih dapat terlihat ada kesedihan juga di dalam sorot mata gadis di sebelahnya.

Adel menatap tanah yang dirubungi rerumputan kecil. "Coba aja waktu itu Ibu nggak pergi jemput gue ke sekolah."

Walaupun terdengar seperti sebuah gumaman, tetapi telinga tajam Ardhan masih bisa mendengarnya.

Meskipun ada beberapa pertanyaan di dalam benak Ardhan mengenai Adel, tetapi lagi-lagi semuanya musnah saat egonya berhasil berkuasa. Apa pentingnya dia tahu tentang Adel? Tujuannya adalah balas dendam.

^^^

Di tempat yang sama, berulang kali Qen mengucap syukur saat ajakannya ternyata tidak ditolak oleh Alika. Qen senang karna setidaknya, dia tidak perlu terlalu mengkhawatirkan Adel karna gadis itu juga bersamanya. Oleh karna itu, sekarang sosok Qen sudah berjalan berdampingan dengan kekasihnya. Alika.

Sementara Adel? Tentunya gadis itu tengah bersama Ardhan tepat tiga langkah di depan Qen.

"Ar, pengin itu!" Dari belakang Qen memperhatikan tingkah Adel yang terlihat bersemangat menunjuk arumanis seraya meloncat-loncat layaknya anak kecil. Qen menarik sudut bibirnya. Menggemaskan.

"Yaudah, belilah."

Adel menyikut lengan Ardhan. "Bayarin dong, lo kan cowok," pintanya, ditutup dengan cengiran.

"Lo lupa kalo yang seharusnya ngeluarin uang untuk malem ini itu elo, bukan gue?"

"Gue kira lo cuman minta waktu gue buat jalan bareng, bukan uang gue. Lo kan orang kaya masa minta ditraktir sama gue yang fakir kasih sayang ini sih?" Adel manyun, dibuat semenyedihkan mungkin.

Ardhan hanya geleng-geleng kepala. Fakir kasih sayang? Apa hubungannya?

"Biar gue yang bayarin." Suara Qen yang tiba-tiba terdengar membuat Adel dan Ardhan segera menengok, menatap Qen yang sudah berniat mengeluarkan uang dari dompetnya.

"Dia mintanya ke gue." Ardhan menjauhkan tangan Qen yang sudah menyodorkan uang ke penjual arumanis.

"Bukannya tadi lo nggak mau bayarin dia?"

"Lo nguping?"

Qen terdiam, tidak tahu harus menjawabnya dengan apa sebab apa yang ditanyakan Ardhan adalah benar.

Adelia's WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang