♡Happy Readding♡
^^^
"Tidak semua luka diperlihatkan dengan berkeluh kesah. Terkadang, beberapa orang lebih suka menutupi lukanya sendiri dengan tawa yang mengudara, dan membiarkannya mereda dengan sendirinya."
^^^
Di balik sifatnya yang ceria dan percaya diri yang tinggi, sejujurnya Adel juga sering kali suka dibuat iri oleh orang-orang di sekitarnya, yang bisa berlama-lama berada di bawah terik matahari tanpa merasa lemas, atau pun kelelahan yang berlebihan.
Seperti sekarang misalnya, saat yang lainnya bisa mengikuti olahraga di tengah lapangan, tetapi tidak dengan Adel, yang hanya bisa duduk di pinggir lapangan seraya memeluk kedua lututnya.
Bosan? Pastinya.
Dan paling menyebalkannya lagi, meskipun tidak mengikuti olahraga Adel tetap tidak diperkenankan untuk pergi ke kelas maupun ruang UKS.
Tapi apa gunanya dia berada di sini?
Adel menghembuskan napas pelan.
Di tengah lapangan sosok Qen berulang kali melempar pandangan ke arah gadis yang tengah memasang muka masam.
Meskipun beberapa hari ini hubungannya dengan Adel tengah tidak baik-baik saja, tetapi saat melihat Adel murung Qen juga langsung merasa kasihan.
"Qen, ganti posisi!" Qen tersadar. Dia langsung memandangi orang-orang yang berbaris di dekatnya yang ternyata sudah ganti posisi pemanasan.
"Maaf, Pak."
"Gantian kamu yang berhitung!" Suara Pak Tio yang kembali terdengar langsung buru-buru diangguki oleh Qen, dia memilih kembali fokus pada pemanasannya.
^^^
"Lo punya penyakit kronis apa sih? Masa darah rendah aja sampe nggak ikut olahraga. Lemah!"
Dan, ada satu hal lagi yang paling, dan paling menyebalkan bagi Adel, yaitu ketika olahraga di kelasnya tiba-tiba digabung dengan kelas anak-anak Bahasa.
"Bacot!"
Mereka tidak berada di posisinya. Mereka tidak pernah merasakan bagaimana tersiksanya saat berlari dengan jantung yang berdetak tidak normal, dan bisa menimbulkan bunyi abnormal pada jantung. Napas yang terasa sesak, tubuh yang langsung berkeringat dingin, serta kedua kaki yang ikut bergetar. Rasanya tidak enak.
Perlu kalian tahu, sebenarnya setiap bulan sekali Adel harus menjalani Chek Up di rumah. Masih ingat dokter Rian? Dokter pribadi keluarga Qen yang hampir setiap bulan sekali pasti datang untuk mengecek keadaan Adel.
"Lo ngomong apa barusan?!" Fanya melotot ke arah Adel.
Salah satu temannya segera melerai. "Udah, Fan, jangan ribut di sini. Nanti yang ada kita kena hukum sama Pak Tio."
Fanya mendengus. Melihat Adel yang tetap cuek membuat Fanya merasa bertambah kesal dan memilih untuk berjongkok di sebelah Adel.
"Lo lihat mereka, Del? Mereka cocok banget, kan? Kalo Qen disandingin sama lo sih, nggak cocok banget."
Adel mengangguk, dengan pandangan yang masih tertuju pada sosok Qen yang tengah mengajari Alika cara posisi tangan saat melakukan Passing bawah pada bola voli.
"Hm, bener kata lo. Apalagi kalo disandingin sama lo. Nggak ada cocok-cocoknya!" Adel geleng-geleng kepala pelan, setelah menekan kata terakhirnya.
"LO!" Adel menoleh, saat itu juga matanya langsung melihat jelas raut wajah marah Fanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelia's World
Teen FictionLayaknya hujan, cinta Adel terhadap Qen mengalir deras. Cintanya seperti derai air hujan yang berjatuhan. Banyak, dan tak terhitung berapa jumlah rintiknya. Namun, siapa sangka, jika di balik cintanya yang mengalir ada sebuah badai yang menghalau l...