Minal Aidzin Wal Faidzin kalian.
Mohon maaf apabila selama kalian ngikutin cerita ini, aku pernah buat kalian marah karna sering ngaret update bab baru dan hobi banget gantungin kalian. Intinya, mohon maaf lahir batin ya☺️
^^^
♡Happy Readding♡
^^^
Berjalan kembali ke arah cermin. Sosok gadis cantik dengan cardigan rajut yang dipadukan rok tartan sepanjang di bawah lutut itu kembali berbalik, mengurungkan niatnya untuk keluar kamar lalu kembali menghadap ke arah cermin. Untuk kesekian kalinya.
"Gue dandannya berlebihan nggak sih?" Adel memegang bagian rambut lurusnya yang sengaja dibuat sedikit keriting dan dipasangi jepitan berbentuk kupu-kupu.
Rasanya aneh. Seumur-umur, ini pertama kalinya bagi Adel pergi bersama lelaki saat malam minggu. Dia nervous. Namun, ada rasa sedih juga saat memikirkan jika lelaki pertama yang mengajaknya pergi saat malam minggu bukan Qen. Padahal, Adel selalu memimpikan hal itu terjadi tetapi ternyata memang hanya sebatas mimpi yang mana tidak akan menjadi nyata.
Di depan cermin Adel menatap pantulan wajahnya sendiri dengan tegang. "Gue nggak lagi mikir ini kencan, kan?" Lantas, gadis itu menggeleng cepat, mencoba mengenyahkan pikiran anehnya kalau dia akan pergi berkencan.
Ini bukan kencan. Ardhan hanya mengajaknya untuk meminta balas budi kepadanya. Astaga Adel pikiran bodoh macam apa tadi?
"Efek kelamaan ngejomblo gini banget, ya."
^^^
Saat menutup pintu rumah pandangan Adel langsung menangkap lelaki berbadan tegap yang tengah membuka pintu gerbang. Qennan.
Melihat penampilan Qen yang sudah rapi dengan setelan kemeja yang dipadukan celana jeans pasti lelaki itu hendak pergi juga. Malam mingguan? Adel mencebikkan bibir, sedikit kesal.
Dia tidak bisa berbohong jika dirinya masih merasa jengkel saat tahu Qen akan jalan bersama Alika. Oke, Adel akui jika tekadnya untuk melupakan Qen memang masih belum berhasil.
Setelah berdebat dengan perasaannya sendiri akhirnya Adel memutuskan melangkah, memilih menunggu Ardhan di depan gerbang karna lelaki itu sudah mengirim pesan tiga puluh menit lalu akan menuju ke sini. Pasti sebentar lagi datang, jika Ardhan yang menunggunya pasti lelaki itu akan marah.
Adel berdehem, dan setelah itu juga tubuh tinggi Qen berbalik menghadap gadis itu.
Sesaat, Qen tertegun. Entah karna efek dari terkejut karna tiba-tiba melihat sosok lain di belakangnya atau apa, namun yang pasti saat melihat Adel di depannya jantung Qen seketika langsung berdegup kencang.
Adel mengangkat salah satu alisnya, merasa bingung mengapa Qen diam di tempat dan menatapnya dengan sorot mata terkejut. Apa penampilannya tampak menakutkan? Apa bedaknya terlalu tebal hingga terlihat menyerupai Kuntilanak? Adel rasa tidak juga. Dia juga tidak pernah memakai bedak yang terlalu tebal.
Suara deruman motor yang tiba-tiba terdengar akhirnya membuat Qen tersadar. Dia menoleh ke belakang dan mendapati sosok Ardhan dengan motor besarnya, sebelum akhirnya kembali menghadapkan wajahnya ke arah Adel.
"Mau ke mana lo?" Adel tercengang sesaat mendengar nada suara Qen yang terdengar sinis.
"Pergi," sahutnya, dibuat sesantai mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelia's World
Teen FictionLayaknya hujan, cinta Adel terhadap Qen mengalir deras. Cintanya seperti derai air hujan yang berjatuhan. Banyak, dan tak terhitung berapa jumlah rintiknya. Namun, siapa sangka, jika di balik cintanya yang mengalir ada sebuah badai yang menghalau l...