Aku telat tiga hari ya. Masih suasana lebaran, jadi lumayan sibuk dan baru sempetin pagi ini update lagi. Ini belum tidorr loh...
^^^
_Happy Readding_
"Jutaan hari sudah berlalu, tetapi tak ubahnya rasa yang masih terpendam. Perasaanku abadi. Meski tahu, mungkin memang sulit untuk dapat memiliki."
^^^
Plak!
Suara ringan itu berlangsung hanya dalam satu detik. Hingga pada detik itu berlalu, sukses membuat dua pemuda pemudi yang tengah bersitatap itu seketika sama-sama memasang wajah tegang. Adel dengan rasa terkejutnya atas tindakkan refleks dari tangan ringannya, serta Ardhan yang sama terkejutnya saat wajahnya tiba-tiba mendapat satu tamparan keras.
"I–itu ... habisnya lo mau main nyosor aja."
Antara takut, dan rasa bersalah. Raut wajah Adel tidak luput dari dua hal tersebut. Terlebih, saat menyadari sepasang mata Ardhan yang mendelik tak terima serta dipandukan dengan wajah dinginnya yang kini mendominasi. Sungguh kombinasi yang sukses membuat nyali Adel menciut.
Lagian, tindakkannya tidak salah bukan? Mencium tanpa izin bukankah termasuk suatu pelecehan? Jelas dia langsung menghadiahi Ardhan tamparan.
"Gue cuman mau ngambil milik gue."
Untuk sesaat, Adel menegang, merasakan jemari Ardhan yang menyentuh permukaan kulit telinganya guna melepas sebuah benda yang sedari tadi tersangkut pada telinganya.
Sialan!
Jadi, apa ada orang yang tengah menggali kuburan sekarang? Jika ada, Adel ingin mengajukan diri untuk ikut serta dikubur juga.
Sambungan Bluetooth yang terhubung langsung pada ponsel Adel terputus karna memang baterai ponselnya tiba-tiba habis, bahkan sebelum mereka benar-benar sampai tujuan. Alhasil, Adel—yang tadinya tengah mendengar musik—sampai lupa jika dia masih memakai salah satu Earphone milik Ardhan yang tersangkut pada telinga kanannya.
Adel kikuk. Lalu, dalam seperkian detik tertawa garing hingga rasanya gadis itu benar-benar terlihat bodoh di depan orang di hadapannya sekarang. Terlebih, ketika sosok Ardhan hanya menatapnya datar tanpa ekspresi.
"Pikiran lo terlalu jauh, Del," ungkap Ardhan. Wait, apa barusan Ardhan baru saja mengejek isi otaknya?
Lagian, manusia normal mana yang tidak akan berpikir seperti dirinya tadi ketika sadar lawan jenis di depannya mendekatkan wajahnya pada kita?
"Ya siapa tau aja karna kejadian di bascamp waktu itu terus lo malah..." Adel tidak melanjutkan. Gadis itu segera membuang wajah ke sembarang arah, menyadari akan tindakkan bodohnya karna malah membahas lagi masalah waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelia's World
Подростковая литератураLayaknya hujan, cinta Adel terhadap Qen mengalir deras. Cintanya seperti derai air hujan yang berjatuhan. Banyak, dan tak terhitung berapa jumlah rintiknya. Namun, siapa sangka, jika di balik cintanya yang mengalir ada sebuah badai yang menghalau l...