Chapter 26 | Egois

100 22 87
                                    

♡Happy Reading♡

^^^

"Jika itu benar-benar cinta, maka biarkanlah dia bahagia.
Terkadang, cinta itu diharuskan untuk mengikhlaskan, meskipun berujung kenestapaan.

Namun, percayalah ... Saat kita melihatnya bahagia itu jauh lebih indah dibandingkan memaksakan cinta pada orang yang tidak diharuskan untuk kita..."

^^^

"DI DEPAN KALIAN INI ADALAH DUA CONTOH ORANG YANG TIDAK BAIK UNTUK DITIRU!" Penggaris yang memiliki panjang satu meter digerakan maju, menunjuk dua orang yang tengah berdiri di depan papan tulis secara bergantian.

Semua orang tertuju pada dua orang itu, Adel dan Qen. Sepasang remaja yang hanya bisa pasrah ketika diseret dengan cara dijewer hingga dibawa ke depan semua siswa di dalam kelas.

"Lagian juga siapa yang mau tiru-tiru orang lain, Bu? Jadi diri sendiri kan jauh lebih baik. Bukan begitu para rakyatku?" Suara Rafli menginterupsi para penghuni ruangan. Lelaki keturunan Jakarta-Bandung itu dengan percaya dirinya menyuarakan pendapatnya yang justru mengundang malapetaka bagi lelaki itu sendiri.

"BETUL!"

Suasana tegang yang diciptakan oleh Bu Endang seketika sirna, digantikan oleh suara gelak tawa yang mendominasi ruang kelas X IPA 2.

Sejurus kemudian Bu Endang bertindak, untuk satu detik lamanya suara gebrakan meja menggema. Suara tawa yang mengalun terhenti.

"RAFLI, MAJU KE DEPAN! BAWA JUGA KERTAS SOAL DAN LEMBAR JAWAB KAMU!"

"Salah hamba apa, Bu? Siswamu yang termanis ini kan ngomong-"

"MAJU, ATAU KELUAR SEKARANG JUGA?!"

Adel menggeleng lelah. Dia ingin memberikan julukan bodoh kepada Rafli, tetapi itu juga tidak dibenarkan karna otak dan kelakuan lelaki itu sangat berbanding terbalik. Ah, sudahlah...

"Jangan duduk!" Bu Endang dengan sigap menghentikan Rafli yang hendak menjatuhkan pantatnya di atas lantai. "Kerjakan sambil berdiri!"

"Berdiri Bu?" Raut wajah tidak percaya Rafli terlihat jelas. "Jadi ini mejanya gaib, Bu?" Jari telunjuk Rafli bergerak, menunjuk-nunjuk sesuatu yang tak kasat mata di depannya.

PLAK!

"Allahuakbar!!" Rafli mengaduh saat penggaris panjang mendarat di pantatnya. Para siswa mengulum bibir, mati-matian menahan tawanya karna takut akan menjadi korban selanjutnya jika tertawa.

"Hadap ke arah papan tulis dan jadikan papan tulis itu sebagai pengganti meja!"

Bukan hanya Rafli yang dibuat melongo. Adel dan Qen yang juga turut menjadi tersangka utama pastinya ikut terkejut mendengar penuturan Bu Endang. Jika disuruh hanya untuk berdiri saja mungkin itu adalah hal yang mudah, tapi ini ... Bagaimana bisa mengerjakan ulangan sambil berdiri?

"Saya nggak setuju, Bu!" Kini fokus mereka teralihkan ke arah gadis yang berada di antara Qen dan Rafli. "Saya kan punya HB rendah dan nggak kuat berdiri lama-lama, Bu," lanjut Adel, berusaha sebaik mungkin untuk mengamankan diri.

Adelia's WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang