Chapter 52 | Dekrit

42 6 11
                                    


Aku begadang dan selesain 2k kata lebih loh🔥

Enjoy the storyline, ya :)

_Happy Reading_

^^^

"Konsekuensi terdapat pada tiap-tiap pilihan. Sedangkan memilih tanpa memikirkan risiko adalah kesalahan besar."

^^^

Memutuskan suatu hal yang menyangkut perasaan memang terkadang sangatlah sulit.  Kepercayaan diri yang mantap, serta memikirkan konsekuensi yang akan terjadi—atas pilihan kita—itu sangat diperlukan. Karna ya, setiap pilihan pasti akan ada konsekuensi yang akan terjadi di kemudian harinya. Oleh karna itu, penting bagi kita memikirkan terlebih dahulu untung dan ruginya atas keputusan yang nantinya akan kita ambil. Berpikir lebih terbuka dan waktu yang cukup adalah solusinya.

Karna itu, setelah beberapa hari pikiran Qen dipenuhi oleh pilihan yang sulit, akhirnya hari ini lelaki itu telah menentukan keputusannya sendiri. Qen rasa, waktu berpikirnya sudah cukup. Dia tidak ingin membuang banyak waktu lagi. Hatinya sudah mantap. Apa yang hari ini akan dia pilih, Qen sudah mempersiapkan diri untuk menerima segalanya.

Dia siap.

Sebelum menyalakan mesin mobil, Qen menatap pantulan wajahnya dari balik rear vision mirror  yang berada di dalam mobil. Lelaki itu fokus menatap sepasang matanya sendiri dari balik kaca dengan ekspresi wajah yang penuh kemantapan.

Hari ini, Qen berniat mengakhiri hubungannya dengan Alika. Dia sadar, mungkin ini akan terdengar sangat jahat karna alasan Qen ingin mengakhiri hubungannya karna memang dia sama sekali tidak memiliki perasaan kepada Alika. Rasanya sudah cukup Qen merasa menjadi penjahat karna selama ini telah mempermainkan perasaan Alika. Dia tidak bisa lagi. Alika sosok gadis yang baik dan tulus. Akan terlalu sakit bagi gadis itu jika hubungan dia dengan Alika terus berlanjut.

Dan di sinilah akhirnya Qen berada, di depan gerbang rumah Alika. Qen turun dari dalam mobil setelah mengirim chat pada Alika jika dirinya sudah berada di depan rumah gadis itu. Tidak lama kemudian gerbang terbuka, dan memunculkan sesosok wanita berumur sekitar 26 tahunan yang mendekat ke arah Qen dengan tersenyum.

"Qen, ya?" Qen mengangguk kecil,  bibirnya saling bertarikan membentuk sebuah senyuman, kemudian lelaki itu mengulurkan tangannya untuk menyambut tangan wanita di hadapannya. "Saya Ira. Alika keponakan saya." Wanita itu memperkenalkan diri kepada Qen. Karna dirasa tidak perlu menyebut namanya lagi, Qen hanya membalasnya dengan sebuah senyuman.

"Semenjak masuk SMA, Alika tinggal sama saya. Kedua orang tuanya di luar negeri," jelas Ira, yang sontak membuat Qen sedikit terkejut karna baru mengetahui sebuah fakta itu.

Dari sini, semakin jelas jika dia  memang pantas disebut penjahat.

"Alika sering cerita tentang kamu ke saya. Katanya—"

"Maaf ya agak lama." Tiba-tiba Alika datang dan memotong ucapan Ira. Gadis itu melemparkan pandangan ke arah Ira curiga, takut jika Bibinya berbicara macam-macam kepada Qen.

Sadar akan gelagat Alika, Ira langsung tersenyum dan mengedipkan mata seolah mengatakan 'tenang aja' hanya dengan isyarat yang ditunjukkan dari raut wajahnya.

"Udah sana pergi. Have fun, ya!"

^^^

Kebanyakan orang ingin dirinya bisa masuk ke sekolahan yang memiliki citra yang baik, sekolah favorit, atau sekolah terkenal di kota masing-masing. Padahal, sekolah yang demikian justru memasukkan kita pada tantangan yang lebih sulit. Tingkat keamanan yang sangat ketat, peraturan yang berbaris untuk ditaati, serta persaingan yang sangat ketat pula. Dan oleh sebab itu, perlunya keseriusan yang tinggi setelah memutuskan untuk masuk ke sekolah seperti itu.

Adelia's WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang