Hai-hai...
Kemarin aku nggak up ya :(
Maaf, huhu...
Sebagai gantinya, aku kasih doble up nih. Seneng gak tuh?
♡Happy Reading♡
^^^
"Aku sudah terlanjur menyerah, kepada orang yang selalu membuat perasaanku lelah."
^^^
Panggung sudah berdiri dengan megah bersama satu poster besar yang terpampang dengan jelasnya. Belasan balon berwarna-warni ditempelkan di setiap sudut panggung. Rangkaian bunga dan lampu tumbler sebagai pelengkapnya. Di sepanjang jalan menuju tempat acara juga sudah dipasangi bendera merah putih.
Diadakannya Festival Band Musik tahunan ini bertujuan sebagai wadah untuk silaturahmi antar pelajar SMA. Serta, bertujuan juga untuk menumbuhkan semangat para pelajar dalam bidang kesenian musik. Tujuan lainnya, yaitu sebagai ajang hiburan untuk para siswa setelah pusing dengan kegiatan PAS selama satu minggu penuh.
Terlihat, sosok Qen yang tengah berjalan di koridor sekolah. Dia menghentikan langkahnya tepat di depan ruang musik untuk menghampiri sesosok gadis dengan Id card yang dikalungkan di lehernya. Gadis itu bernama Nadin, teman sekelas Qen sekaligus salah satu anggota osis yang tengah bertugas untuk acara hari ini.
“Lo lihat Adel?” tanya Qen, dengan suara yang sedikit dikeraskan karna keadaan di sekitarnya cukup berisik.
“Tadi gue lihat dia pergi ke arah ruang lukis sama Ocha,” jawabnya. Qen mengaguk dan pergi setelah mengucapkan kata terima kasih.
Dari tempatnya melangkah, Qen bisa melihat sosok Ocha yang tengah memainkan ponselnya. Gadis itu berdiri di samping pintu ruang lukis yang tertutup, hanya seorang diri.
Tidak ada tanda-tanda keberadaan Adel, lantas kemana gadis itu berada?
“Adel mana?” tanya Qen entah kepada siapa.
Ocha mengangkat pandangannya, agak terkejut dengan kedatangan Qen yang tidak sadari olehnya.
“Hah?”
“Adel ada dimana?” Qen mengulangi pertanyaannya.
“Oh, dia ada di dalam.”
Setelah sahutan dari Ocha tiba-tiba pintu ruang melukis terbuka. Fokus Qen teralihkan, menatap gadis cantik dengan dress putih di bawah lutut. Rambutnya yang dibiarkan terurai sudah terpasang sebuah sunflower crown, membuat kesan cantik lebih mendominasi di wajahnya yang ceria.
Adel masih belum menyadari keberadaan Qen di dekatnya. Gadis itu keluar dengan badan yang langsung diputar-putar dengan sendirinya, mencoba memperlihatkan kepada Ocha tentang penampilannya kali ini.
“Cha, gimana penampilan gue? Tambah cantik kan, ya? Iya dong jelas... Adelia gitu lho!” tanya Adel, sekaligus menjawab pertanyaannya sendiri.
Setelah puas berputar hingga membuat rambut panjang sepunggungnya sedikit beterbangan, Adel kembali mendongkak.
“Eh, Qen?”
Adel meringis bodoh. Ocha menggeleng pelan saat melihat Adel yang tampaknya salah tingkah.
“Lo kenapa ganti pakaian?”
Tatapan heran dilemparkan oleh Qen. Pasalnya, saat mereka berangkat ke sekolah Adel hanya mengenakan kemeja putih yang dipadukan dengan rok tartan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelia's World
Teen FictionLayaknya hujan, cinta Adel terhadap Qen mengalir deras. Cintanya seperti derai air hujan yang berjatuhan. Banyak, dan tak terhitung berapa jumlah rintiknya. Namun, siapa sangka, jika di balik cintanya yang mengalir ada sebuah badai yang menghalau l...