Chapter 27 | Kilas Balik

93 11 16
                                    

Part ini kebanyakan narasinya, maaf ya kalo buat ngantuk, xixix...

Dibaca dengan cermat dan diresapi, karna di part ini pertanyaan-pertanyaan kalian bakal terjawab. Tapi, kalo ada yang bertanya-tanya juga si😌

Oke deh, itu aja...

♡Happy Reading♡

^^^

Hidup di lingkungan yang baik dan keluarga yang harmonis membuat sosok Adel tumbuh menjadi gadis yang ceria dan penuh semangat. Tidak ada hari yang terlewatkan tanpa pujian yang selalu dia dapatkan dari gurunya. Adel kecil—atau para guru dan tetangga setempat biasa menyebutnya Peri Kecil—dia selalu menjadi kebanggaan para guru di sekolahnya. Bidang akademik maupun non akademik semuanya Adel kuasai.

Ibunya dulu seorang pianis hebat yang akhirnya memilih menjadi seorang ibu rumah tangga yang mengasuh anak dan suaminya setulus hati. Sementara Ayah Adel, dia merupakan seorang pengusaha terkenal yang memiliki cabang di Jakarta dan di Jerman. Keluarga kecil Adel tumbuh dengan hangat. Bukan hanya kekayaan yang gadis kecil itu dapatkan, tetapi kasih sayang yang melimpah juga selalu Adel rasakan hingga membuat gadis itu tumbuh menjadi pribadi yang hangat kepada orang-orang di sekitarnya.

Hingga suatu ketika semuanya berubah. Kematian Ibunya mengubah sesuatu yang semula tersusun dengan rapi menjadi berantakan dengan seketika.

Tubuh separuh jiwanya yang terkapar di antara bagian-bagian mobil yang ringsek, wajah yang dipenuhi oleh darah, dan suara bising orang-orang yang berdatangan hendak menolong, semuanya disaksikan langsung oleh Adel, satu menit sebelum kepalanya berdenyut hebat dan semuanya mengabur.

“Tante Kinan, Ibu luka parah dan dokter bilang Ibu meninggal. Dokter jahat Tante, mereka jahat bilang kaya gitu sama Adel.” Kinanti mengusap kepala Adel, menatap prihatin seraya menahan tangis. Sepasang mata hitam Adel menyorot ke arah bingkai foto Ibunya, jari-jemari kecilnya tidak henti-hentinya mengusap benda mati itu. 

“Tante Kinan, pasti adik kesakitan di dalam perut. Pasti, pasti dia, hiks...”

Sejak kejadian itu cahaya kehidupan Adel meredup. Ayah Adel terpukul, dia tidak sanggup mengasuh putrinya dalam kondisinya yang masih belum bisa mengikhlaskan kepergian istri serta anak yang tengah dikandungnya. Karnanya, pada saat itu juga Adel dititipkan kepada Kinanti, kakak ipar dari mendiang Ibu Adel.

Layaknya anak kandungnya sendiri, Kinanti mengasuh Adel penuh kasih. Dia memberikan gadis kecil itu cinta dan perhatian yang sama dengan yang dia kasihkan kepada anak laki-lakinya.

Adlar Qennan.

Semuanya berjalan dengan yang diharapkan. Sosok Adel kembali ceria. Kehangatan dan perlindungan dia dapatkan dari keluarga Qen. Begitu juga dengan Qen, dia menjaga Adel seperti adik kandungnya sendiri.

Namun, keceriaan itu tidak berselang lama. Ombak kehidupan kembali menimpa Adel. Dia terguncang hebat di antara kumpulan ombak yang menerjang. Kedatangan Ayahnya bersama wanita lain membuat hati kecil Adel berdenyut hebat. Rasa takut dan kecewa menyeruak di dalam dirinya.

Hingga pada akhirnya, rasa takut itu menjadi nyata. Ayahnya pergi. Untuk kedua kalinya Adel merasakan kehilangan orang-orang tersayangnya. Tepat di umurnya ke tujuh tahun.

Adelia's WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang