♡Happy Reading♡
^^^
Terik matahari yang menyengat dan suasana Dufan yang ramai oleh pengunjung. Ditambah, napas tersengal dan keringat yang terus berjatuhan di keningnya. Lengkap sudah penderitaan Adel.
Matanya mungkin terasa segar saat melihat pemandangan di sekitarnya yang di kelilingi oleh banyaknya wahana permainan dan tempat-tempat keren yang cocok untuk dijadikan spot berfoto yang apik, tetapi badan Adel tidak bisa berbohong jika dia ... kelelahan.
“Tadi lo yang tarik-tarik gue, sekarang kok gue ditinggal sih!” Adel berdecak. Kakinya bergerak, dientak-entakkan di atas tanah yang sama sekali tidak tahu salahnya apa.
“Adan, gelo!”
Teriakan Adel mengundang beberapa pasang mata. Antara kasian dan juga lucu, itulah yang tersirat dari raut wajah para pengunjung yang tengah memandangi sosok Adel.
"Mbak, lagi marahan sama pacarnya, ya?" Celutuk pengunjung lelaki yang Adel perkirakan sepantaran dengannya.
Adel hanya melirik sekilas, sebelum akhirnya memilih mengabaikan orang tersebut dan kembali mengejar sosok Ardhan di depannya.
Dari jarak dua meter di belakang Adel terlihat sosok Qen yang sudah meremas kedua telapak tangannya, mati-matian menahan diri untuk tidak mendekati Adel, dan menyuruh gadis itu untuk beristirahat.
Tatapan kasihan terpancar jelas di wajah Qen. Suara decakkan kemudian terdengar. Lelaki itu terlihat jelas tengah menahan kesal dengan kelakuan bodoh Adel.
Sedari awal Qen memang sudah mengikuti Adel di Dufan. Bukan hanya Qen saja, tetapi ada Dino dan juga Rafli yang sekarang sudah tidak lagi Qen pedulikan keberadaannya.
“Ardhan!”
Akhirnya teriakan Adel mujarab. Sosok Ardhan menghentikan langkahnya, hingga kemudian berbalik menatap Adel.
“Gue capek,” keluh Adel dengan bibir yang dimanyunkan ke depan.
Ardhan berdecak. Bukannya menghampiri Adel lelaki itu malah duduk di bangku rotan yang berada di dekatnya, berniat menunggu Adel tanpa harus menghampirinya kembali.
Tidak berperasaan!
“Lo nggak mau nyamperin gue?” tanya Adel dengan nada yang sengaja dinaikkan.
“Gue samperin, kalo lo siap gue seret.”
Adel menghela napas.
Sampai detik ini Adel masih berpikir kenapa dirinya akhir-akhir ini bisa tahan menghadapi sikap dingin Ardhan. Padahal, sebelum-sebelumnya mereka pun tidak pernah sedekat ini, ya ... walaupun sebenarnya sekarang pun tidak bisa dikatakan dekat, tetapi seingat Adel saat SMP ia dan Ardhan sama sekali tidak pernah akrab atau bahkan sekedar bertegur sapa pun tidak pernah.
“Ih ngeselin!” Adel kembali mengentakkan kakinya. Gadis itu berjalan dengan raut wajah yang tampak dongkol hingga tidak menyadari jika tali sepatunya lepas dan menyandung kakinya sendiri.
Brug!
Adel meringis.
Di belakang semak-semak sosok Qen terlihat panik. Kaki lelaki itu spontan melangkah maju, tetapi seketika tertahan saat sosok Ardhan sudah lebih dulu menghampiri Adel.
Telapak tangan Qen semakin terkepal dengan kuat. Matanya dipejamkan sesaat guna menetralisir perasaan marah di dalam hatinya.
“Jalan aja nggak becus,” ejek Ardhan, yang kini sudah berdiri tepat di hadapan Adel dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam celana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelia's World
Roman pour AdolescentsLayaknya hujan, cinta Adel terhadap Qen mengalir deras. Cintanya seperti derai air hujan yang berjatuhan. Banyak, dan tak terhitung berapa jumlah rintiknya. Namun, siapa sangka, jika di balik cintanya yang mengalir ada sebuah badai yang menghalau l...