♡Happy Readding♡
^^^
“Gue rasa, badan lo makin panas, Del.”
Kedua mata sayu milik Adel menatap Qen, lalu mengaguk mengiyakan. Adel sendiri juga merasakan jika badannya bertambah panas.
Dokter Rian—dokter kepercayaan keluarga Qen saat ini tengah berada di luar negeri. Beliau pergi tiga hari yang lalu, katanya karna ada urusan pribadi—yang Qen sendiri tidak terlalu tahu urusan apa yang membuat Dokter Rian pergi.
“Hm, obatnya gak manjur di tubuh gue.”
Sudah setengah hari setelah Adel meminum obatnya, tetapi suhu badan Adel masih panas. Bahkan, Qen rasa tubuh Adel bertambah panas.
“Obatnya kalah sama penyakit ini. Gue... sekarat!” terusnya.
Qen yang mendengar itu dengan refleks langsung menyentil kening Adel, membuat si empunya meringis.
“Hus! Nggak boleh ngomong aneh-aneh, Del!”
“Bukannya, elo yang duluan ngatain gue sekarat?”
“Gue gak pernah ngomong gitu, ya,” Qen mengelak. “Lagian gue juga nggak mau lo pergi,” terusnya.
“Kenapa? Lo bakal sedih kalo gue pergi?” tebak Adel, bibir pucatnya kembali tersenyum.
Qen menatap Adel dengan tatapan yang dibuat-buat agar terlihat sedih, lelaki itu lantas mengagukkan kepalanya.
“Iya, gue sedih. Karna kalo lo enggak ada, nanti ladang gue buat cari pahala juga ilang, dong.”
Karna ketika Qen mengurusi Adel, lelaki itu selalu meniatkan perbuatannya sebagai ibadah. Dasar Qen... untung ganteng!
Adel memilih diam sesaat. Jadi, maksud Qen dirinya itu adalah ladang pahala untuk lelaki itu? Baiklah kalo begitu. Toh, nanti kalau ia dan Qen menikah Qen-lah yang akan menjadi ladang pahala untuknya. Bukan begitu?
“Sebelum nikah, gue yang jadi ladang pahala buat lo. Sesudah nikah, nanti giliran lo yang jadi ladang pahala buat gue ya, Qen.”
Qen menghela napas pelan. Dia salah bicara lagi. Memang ada baiknya dia tetap menjadi orang yang pendiam jika tengah bersama Adel. Lihatlah sekarang, gadis itu masih saja mengembangkan senyumnya setelah merasa menang.
^^^
“Gue kayaknya sakit deh Qen."
Bolehkah Qen marah?
"Lo emang lagi sakit, Adel..." kesal Qen.
"Sakit gue kali ini beda, Qen."
Qen lelah. Dia menghela napas seraya membuang muka ke arah lain. Menghadapi Adel butuh berjuta-juta lipat kesabaran.
"Qen, gue kayaknya sakit jiwa karna tergila-gila sama lo, Deh."
Qen segera menghadapkan wajahnya ke arah Adel. Menatap gadis itu dengan intens, lalu sedikit mencondongkan kepalanya di hadapan Adel, lantas mengucapkan, "Sinting!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelia's World
Teen FictionLayaknya hujan, cinta Adel terhadap Qen mengalir deras. Cintanya seperti derai air hujan yang berjatuhan. Banyak, dan tak terhitung berapa jumlah rintiknya. Namun, siapa sangka, jika di balik cintanya yang mengalir ada sebuah badai yang menghalau l...