♡Happy Reading♡
^^^
"Sikapmu yang seolah tersakiti, justru telah membuat orang lain semakin dibenci."
_Adelia Qoinne_
"Udah?"Rafli mengangguk, mengerti akan arah pertanyaan yang Dino maksud. Lelaki itu berjalan mendekat dan duduk di samping Dino, sebelumnya dia sempat melirik sekilas ke arah Ocha yang tengah menatap Adel cemas.
"Qen masih lama, ke sininya?" Mendengar itu membuat Dino langsung menjatuhkan pandangannya ke arah Ocha, yang memang sudah lebih dulu menatap ke arahnya. "Kasihan Adel. Dokter Fani hari ini enggak masuk. Adel harus dibawa ke rumah sakit."
Rafli yang sudah sibuk bermain dengan dunia game-nya, berdecak, "Cuman pingsan biasa, Cha. Ga usah lebay deh."
Dino melirik Rafli tajam. Ada perasaan ingin mencekik yang tiba-tiba muncul saat Rafli mengatai Ocha lebay.
Sementara Ocha, dia memutar bola matanya. Meskipun yang dikatakan oleh Rafli memang benar bahwa Adel hanya pingsan, tapi tetap saja ia merasa Adel harus diperiksa oleh dokter.
"Gue ga lebay. Adel emang harus diperiksa."
Raut wajah itu tampak gelisah. Dino menghembuskan napas pelan, melihat ekspresi wajah Ocha yang terlihat sangat cemas malah membuatnya frustrasi. Ocha-nya tidak pernah menatapnya seserius ini.
"Yaudah, tunggu Qen-lah. Bentar lagi juga datang."
Tepat setelah Rafli menyelesaikan kalimatnya terdengar suara pintu UKS yang dibuka kasar. Perlu menunggu dua detik untuk mereka mengetahui siapa sosok yang baru saja memasuki ruang UKS tersebut.
"Itu pasti Qen."
Benar. Sosok itu adalah Qen, lelaki yang sedari tadi tengah mereka tunggu-tunggu akhirnya muncul dengan wajah yang sudah keringatan.
Qen berlari kecil mendekati brankar Adel. Ditatapnya, sosok Adel yang tengah terbaring lemah dengan kedua mata terpejam. Lelaki itu masih terdiam sembari mengatur deru napasnya yang masih tak beraturan, sebelum akhirnya bersuara.
"Adel, kenapa bisa pingsan, Cha?"
"Dia, kayaknya kecapean gara-gara dihukum buat bersihin kamar mandi, Qen," Ocha menyahuti.
Qen yang mendengar itu cukup terkejut. Pasalnya, biasanya jika Adel membuat kesalahan pasti guru akan memberikan hukuman ringan kepada Adel. Contohnya seperti cukup menulis surat perjanjian hingga ratusan atau ribuan kali. Namun, kenapa sekarang terkesan berat?
Bagi siswa lainnya di hukum membersihkan kamar mandi mungkin adalah hal yang biasa, namun jika bagi gadis semacam Adel itu sangat berbahaya. Qen tahu itu. Adel merupakan spesies makhluk yang kekurangan energi, mungkin penyebabnya karna sejak kecil gadis itu sudah dibiasakan tidak pernah melakukan hal-hal berat.
"Jadi, Adel tadi beneran berantem?"
Pertanyaan Qen membuat Ocha menatap lelaki itu agak lama, sebelum akhirnya mengaguk ragu.
Qen menghembuskan napas untuk kedua kalinya. Ternyata perkataan Alika memang benar. Tunggu sebentar. Alika? Qen memejamkan kedua matanya beberapa detik. Dia baru menyadari akan perbuatan bodohnya. Astaga. Dia telah meninggalkan Alika di kantin? Sial!
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelia's World
Teen FictionLayaknya hujan, cinta Adel terhadap Qen mengalir deras. Cintanya seperti derai air hujan yang berjatuhan. Banyak, dan tak terhitung berapa jumlah rintiknya. Namun, siapa sangka, jika di balik cintanya yang mengalir ada sebuah badai yang menghalau l...